Rania sampai setengah jam kemudian, dia cukup panik dengan kondisi Falah. Ya,jelas dia panik karena dia adalah sahabatnya Falah. Ada rasa aneh yang menderaku,entah kenapa aku sedikit kesal saat Rania khawatir dengan kondisi Falah, tapi semua aku tepis. Selama perjalanan bawel Rania keluar sekarang. Aku hanya bisa diam mendengar setiap perkataan yang keluar dari mulut Rania.
"Lagian loe itu kenapa coba minta di jemput Falah segala?. Bukannya loe bawa mobil ya"kata Rania.
"Ya,bawa Ran. Cuma ada sesuatu yang buat gue males bawa mobil"jawabku.
"Kasihan Falah,setidaknya loe mesti perhatian sedikit dong sama dia"kata Rania kesal.
Aku masih saja diam, mana mungkin aku menceritakan kalau aku akan di jemput Farid. "Ran,anterin gue kerumah sakit ya. Gue mau ambil mobil"kataku. Rania hanya menghela nafas kemudian melajukan mobilnya kerumah sakit.
Saat melewati parkiran mobil, aku tak menemukan sosok Farid. Aku harap dia menyerah untuk menungguku, aku menuju ke bagian parkiran belakang,parkiran khusus karyawan rumah sakit dan dokter. Rania sudah melajukan mobilnya terlebih dahulu meninggalkan rumah sakit. Selama perjalanan aku masih merasa bersalah, mungkin aku harus meminta maaf kepada Falah. Tapi,bagiku maaf saja tidak cukup. Oh,apa yang harus kulakukan sekarang?.
Sesampainya dirumah aku dikejutkan dengan adanya buket bunga mawar merah,aku melihat Shasa yang duduk di sofa ruang tamu sambil memegang buket mawar itu senyuman manis terukir di wajahnya, dia begitu sangat antusias saat melihat bunga tersebut. Tak ada tanda pengirimnya, misterius sekali orang ini. Sebuah pesan masuk dan betapa terkejutnya aku siapa yang mengirim.
Aku harap kamu menyukai kiriman bunga dariku. Farid.
Sontak aku ingin melempar hapeku ke lantai,Jadi yang mengrim bunga ini adalah Farid. Aku menarik nafas panjang kemudian mengambil bunga itu dari tangan Shasa dengan kasar membuat Shasa sedikit terkejut. Kemudian berjalan ke arah dapur, aku membuka tong sampah.
"Eh,mau loe apain buang itu?"tanya Shasa. Aku menoleh ke belakang dan baru menyadari kalau Shasa mengikutiku.
"Buang"jawabku singkat.
"Loh,kenapa dibuang Te?. Sayang kan,bunga bagus kayak gitu dibuang"kata Marinka. Bahkan aku tak sadar kalau Marinka ada di dapur, ya bisa aku lihat dia habis mencuci piring.
"Bunganya jelek"kataku dingin.
Shasa mengambil bunga itu dari tanganku, kemudian menatap ke kesal. "Bunga bagus kayak gini loe bilang jelek. Mending buat gue aja. Lagian loe itu harusnya seneng dapet bunga bagus gini, gue aja jarang dapet bunga dari cowok gue"kata Shasa kemudian memegang bunga tersebut dan berjalan meninggalkan dapur.
Ya, walaupun Shasa memeliki pacar tapi,pacarnya bisa dibilang kurang romantis. Terkadang membuat Shasa kesal sendiri dengan pacarnya. Kalau mau di romantisin aja, Shasa harus kasih kode keras dulu kepacanya. Aku hanya menghela nafas kesal. Bunga itu memang cantik, bahkan sangat cantik. tapi,kalau itu bunga dari laki-laki menyebalkan itu, aku jadi tak tertarik dengan bunga itu dan ingin sekali membuangnya jauh-jauh. Aku mengikuti Shasa kemudian ke ruang tamu, dia meletakkan bunga tersebut di vas bunga dan meletakkannya di meja ruang tamu. Aku duduk di sofa ruang tamu dan mentap bunga tersebut.
"Ngapain coba bunganya loe letakkan di vas bunga, jadi jelek tahu ruang tamu kalau ada bunga itu"kataku ketus.
"Jelek darimana?. Loe tahu nggak ruang tamu kita jadi cantik sekarang. Lagian loe sensi banget sih hari ini"kata Shasa tanpa melihat ke arahku dan masih sibuk menata bunga tersebut di sofa.
KAMU SEDANG MEMBACA
Jodohku Itu Kamu
RomanceDengan kepribadian dingin,mana mungkin ada yang mau jadi suamiku,jangankan suami pacar aja belum tentu mau. tapi,berbeda saat aku bertemu dia,kepribadian yang bertolak belakang denganku membuat dinding ice itu perlahan mencair sampai kata itu keluar...