Aspettare - 2

7.6K 529 88
                                    

"Menunggu akan menjadi menyenangkan. Bila yang ditunggu itu pasti."

***

Senja tiba, aku memutuskan untuk berjalan-jalan menikmati suasana senja. Kulihat hiruk pikuk jalan raya yang dipadati oleh kendaraan. Aku terus melangkahkan kaki, entah akan pergi kemana. Aku hanya ingin menikmati suasana senja diluar rumah karena bosan. Aku terus berjalan, hingga sampailah pada taman kota. Aku duduk di bangku sendirian. Tak lupa kubawa note kecil dan juga pena.

Kuhirup napas dalam-dalam. Entah mengapa aku merasa sangat nyaman dalam suasana ini. Kulihat kendaraan yang saling berlomba-lomba berada di barisan paling depan. Kulihat sebuah mobil yang tak asing bagiku melintas dengan kecepatan tinggi. Baru kusadari itu mobil Alison. Tentu saja bersama pasangannya, Evelyn.

Biarkan saja. Bukan urusanku.

Aku kembali menikmati suasana senja ketika tiba-tiba seseorang menepuk pundakku. Aku membalikkan badan.

"Kak Arion..." ucapku lirih.

Kak Arion adalah senior di sekolahku, ia adalah siswa kelas duabelas, seangkatan dengan Evelyn. Ia seorang anggota OSIS dan ketua klub fotografi di sekolah yang sebentar lagi akan melepas jabatannya karena aturan di sekolahku menyebutkan jika siswa-siswi kelas dua belas sudah tidak boleh menjabat atau mengikuti organisasi dan ekstrakulikuler apapun di sekolah. Ia adalah salah satu yang dulu mengurus Masa Orientasi Sekolah ketika aku masih menjadi murid baru. Tingkat kedisiplinannya tinggi. Ia tak segan-segan memberi hukuman pada siapa saja yang melanggar aturan saat masa orientasi berlangsung.

"Sedang apa, Kei?" tanya Kak Arion dengan santainya.

Aku setengah mati menahan gugup, sementara kakak kelasku itu dengan santainya mengajakku berbincang-bincang.

Kak Arion yang sepertinya mengetahui bahwa aku sedang gugup terkekeh lalu berkata "Santai, Kei, aku enggak bakal marahin kamu."

Aku hanya bisa tersenyum kecut. Rasanya malu sekali ketahuan bahwa aku sedang gugup.

"Bosan di rumah, Kak, jadi aku coba jalan-jalan keluar," jawabku dengan berusaha setenang dan senormal mungkin.

Kak Arion manggut-manggut. "Kei, maaf ya kalau aku galak waktu MOS beberapa bulan yang lalu," ucapnya tiba-tiba.

Aku menyerngitkan dahi, kenapa tiba-tiba dia membahas itu?

"Aku dapat banyak laporan kalau ternyata banyak murid baru yang takut karena aku terlalu tegas saat MOS kemarin."

Aku sebagai salah satu murid yang takut kepadanya bingung harus merespons bagaimana. "Bukannya malah bagus ya, Kak?"

"Enggak, Kei, aku enggak mau bikin murid baru takut. Niatku kan mendisiplinkan mereka, bukan menakuti mereka."

Aku menganggukkan kepala, mulai mengerti maksud dari Kak Arion.

"Mungkin aku yang terlalu tegas kali ya, sampai-sampai peminat klub fotografi tahun ini menurun. Jangan-jangan gara-gara murid baru tahu kalau aku ketuanya mereka jadi semakin takut buat daftar." Kak Arion melanjutkan pembicaraannya dengan nada yang terdengar seperti menyesali sesuatu.

"Loh, memangnya klub fotografi udah buka pendaftaran, Kak?"

Kak Arion ganti menatapku bingung. "Udah, Kei, sekitar dua minggu yang lalu, tapi sampai sekarang yang daftar cuma lima orang dan mereka semua adik kelasku semasa SMP."

"Kak, kayaknya masalahnya bukan di Kak Arion yang terkenal galak," ucapku.

Kak Arion menyerngitkan dahi, tidak mengerti dan terlihat sangat kebingungan. "Maksudnya gimana?"

AspettareWhere stories live. Discover now