Prolog

124K 7.5K 113
                                    


"Mas?"

Mata Lintang melebar saat merasakan denyut aneh yang menyebar diseluruh tubuhnya. Keningnya mulai berkeringat, sementara dadanya berpacu hebat.

Pria itu menatapnya sayu. Berjalan menutup pintu. Ia bersandar lama di sana.

"Apa yang kamu lakukan, Mas?" Lintang sadar, ada yang tak beres dengan tubuhnya. "Mi—minuman apa itu, Mas?" lalu perhatiannya beralih pada gelas jus yang tertinggal di atas meja. Tepatnya di kamar pria itu.

"Maafkan saya, Lin."

Lintang menggeleng cepat. Ia tahu apa yang akan terjadi, jika mereka tetap nekat berada di dalam satu ruangan yang sama. "Kamu nggak boleh begini, Mas." Lintang memilih mundur saat pria itu mulai maju.

"Maafkan saya, Lin."

"Aku nggak akan maafin kamu, Mas." Lintang tak akan memaafkannya jika pria itu benar-benar akan melakukan apa yang Lintang pikirkan saat ini. "Berhenti di sana, Mas!" teriak Lintang kalap.

Pria itu membuka kacamatanya, dan meletakan benda tersebut di atas nakas. Ia kembali berjalan sambil menelan saliva. Mencoba menghilangkan akal sehatnya, ia hanya berdoa, agar setan terkutuk tersebut tetap menjadi sekutunya untuk beberapa saat lagi. Karena kalau tidak, ia bersumpah, lebih baik mati daripada harus melakukan hal ini kepada wanita yang ia cinta.

Saat Lintang tak lagi dapat melangkah kebelakang, pria itu menguatkan tekad, mengulurkan tangan bersiap membelai.

Dan ketika sapuan pertama, tubuh keduanya menegang dengan percikan gairah yang menyebar mengerikan.

"Mas?" Lintang berujar lirih. Napasnya yang mulai tersengal sekarang, bukanlah hal baik untuk mencoba menepis.

Pria itu merunduk, mengendus leher Lintang yang berkeringat. "Obat itu juga bekerja dalam tubuh saya, Lin." Bisiknya meninggalkan kecupan lembut di sana. "Maafkan saya."

Dengan sisa-sisa tenaga yang ada, Lintang meletakan kedua tangannya di atas dada pria tersebut. "Kamu nggak boleh ngelakuin ini, Mas." Usaha terakhir Lintang mendendang.

"Saya mencintai kamu, Lin."

Lalu ketika bibir terengah mereka bertemu, Lintang yang setenagh hati tak lagi mampu menolak. Tuntutan pria yang mengaku mencintainya ini membuatnya kewalahan. Kemudian diperparah dengan siraman perangsang yang berada dalam minumannya tadi. Lintang tahu, sekali lagi, hatinya pasti terkoyak.

Dia, satu-satunya pria yang ia pikir benar-benar mencintainya.

Dia, seorang pria yang ia harapkan tak akan pernah mengecewakannya.

Dan dia, telah menghancurkan harapan itu.

Satu-satunya harapan Lintang yang tersisa, setelah asa yang selama ini ia kembangkan mendadak layu sebelum berkembang.

"Mas," pekikan Lintang melagu mendayu. Pejaman matanya mengerat, dan air mata yang sejak tadi menemani pergumulan mereka merebak, saat perih menyebar di ujung paling selatan tubuhnya.

Mereka menyatu. Tanpa jarak dan penghalang, keduanya melebur.

Kecupan manis mendarat di kening Lintang yang berpeluh. Harusnya Lintang merasa bangga dan bahagia, tetapi kecewanya lebih dalam dari sekadar menyadari bahwa ia bukanlah diperkosa. Dan pria yang mengisinya, bukanlah pria biasa dengan label asing yang baru saja ia jumpa.

Diam-diam, hati Lintang sudah menyimpan nama pria tersebut. Dan pelan-pelan, benang mimpi telah mulai merajut harapan untuk masa depannya dengan pria yang kini mulai menunjukkan keperkasaan sesungguhnya kepada dirinya. Menandai Lintang layaknya pejantan terhadap betinanya.

"Lin?" panggilan serak itu tak juga membuat Lintang membuka mata. Bahkan saat pria itu mengecup leher dan turun ke dadanya, Lintang hanya mampu menahan diri agar tak mendesah.

Hati Lintang sedang terluka akibat masalah yang ia buat sendiri dengan keluarganya. Lalu merana, ketika ia pikir pria ini benar-benar mencinta.

Mengadu pada takdir yang tak berpihak, Lintang merintih. Inikah hukuman dari mencintai keponakan sendiri?

*** 

Different Taste (COMPLETE) Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang