39. Adam Pias

25K 3.4K 121
                                    

Hallooo... ada yang kangen akuu di sini...?? wkwkkkk... sorryy ... dunia nyata lagi menyita waktuu banget. makanya nggak bisa update di sini. hihihihii.. yuk yuk, ketemu mas Adam, terus kita jitak Lintang yang ngegemesin. wkwkkwkkk... 

*** 

Lintang bisa merasakan tatapan Dennis menghunus tajam ke depan. Bahkan tanpa berkedip, pemuda yang menderita penyakit kronis itu tampak serius mengamati kedatangan Adam ke rumahnya. Dennis memang tak mengatakan apapun semenjak Dinda mempersilahkan Adam duduk. Dennis benar-benar bungkam dan hanya melipat kedua tangannya di atas dada semenjak tadi.

Bukan apa-apa, tumbuh menjadi pribadi yang dewasa tentu bukanlah perkara mudah. Ia memang sudah mengikrarkan diri untuk mencintai Lintang sebatas saudara. Walau pada kenyataannya, perasaan tak rela kerap mendatanginya setiap kali melihat Adam berkunjung ke rumahnya. Memang tidak sering, namun cukuplah bagi dirinya yang terbakar kejengkelan tiap kali mendapati mobil Adam terparkir di halaman rumahnya.

Entah apa tujuan pria itu. Yang jelas, Lintang dan Adam tampak tidak lagi terlalu akrab. Dan Dennis mulai bisa merasakan ada yang berbeda dari mereka berdua. Ada yang janggal dari interaksi Lintang terhadap Adam yang mendadak kaku. Dennis tidak tahu karena apa, namun ia juga tak bisa menutupi rasa leganya karena hal itu. Paling tidak, ia berharap sekali pada Tuhan, sekalipun Lintang bukanlah jodohnya didunia ini, semoga bukan Adam yang kan berjodoh dengannya.

Serius, Dennis tak akan merelakan hal itu. Entah kenapa, sedari awal ia memang tak suka melihat Adam.

Dan semakin bertambah saat mendapati Lintang sedang berganti pakaian ketika mengetahui kedatangan pria itu, Dennis tengah berasumsi, bahwa Lintang akan pergi dengan Adam. Dan hal itu membuatnya tidak suka.

"Mau ke mana?" Dennis menatap Lintang dari atas ke bawah, ketika wanita itu tiba di ujung tangga yang sama dengannya. Lintang memang tidak berdandan berlebihan. Hanya mengganti pakaiannya dengan baju yang lebih sopan saja. Bahkan Lintang juga tak menggunakan lipstick, wewangian juga. Sebagai tambahan, wanita itu mengenakan tas kecil dan ia sampirkan ke atas bahunya.

Sederhana saja memang, namun Dennis tetp tak suka.

Well, apapun yang berhubungan dengan Adam, Dennis bersumpah tak akan menyukainya.

"Mau pergi sebentar ya, nggak lama kok, paling beberapa jam doang." Senyum kecil Lintang terbit sambil mengedipkan mata. Mencoba membuat mood Dennis membaik karena Adam akan membawanya pergi itu bukanlah perkara yang mudah.

Ya, Lintang akan pergi bersama Adam.

Kemajuan yang luar biasa bukan? Hahha ... tapi tidak seperti itu sebenarnya.

Well, begini ceritanya.

Hari ini adalah jadwal kunjungan Lintang kedokter. Biasanya, Lintang hanya akan pergi dengan supir untuk menuju rumah sakit di mana Farah bekerja. Tetapi tidak kali ini. Farah sedang melakukan seminar di Solo, sementara supir di rumah sudah tidak masuk selama dua hari ini. Bagas tidak memperbolehkannya menyetir sendiri selama masa kehamilan ini. Dan berhubung Dennis belum mengetahui perihal kehamilannya, Lintang jadi harus menyetujui perintah Bagas yang memintanya untuk pergi bersama Adam.

Ngomong-ngomong soal Adam, sudah beberapa kali dalam periode satu bulan ini, Adam selalu datang ke sini. Walau Lintang kerap mengabaikannya, Adam tak keberatan duduk sendirian selama satu jam di teras rumah dan kemudian pergi setelah berpamitan dengan siapa saja yang berada di ruang tamu. Entah itu Dinda atau Dennis sekalipun.

Dan ini adalah kali pertama mereka untuk pergi bersama setelah puluhan hari tak saling sapa. Adam memang mengiriminya pesan beberapa kali, namun tak sekalipun ia membalasnya lagi. Lintang sedang memperbaiki hatinya. Jadi ia butuh waktu yang lebih banyak lagi.

Different Taste (COMPLETE) Where stories live. Discover now