Abstrak - 5

2.1K 158 6
                                    

Abstrak - 5
Siapa dia?

"Biar Prilly sama gue!"

Deg. Suara itu!

Prilly dan Nick menoleh secara bersamaan, Prilly menganga, tidak percaya ucapan tadi diucapkan oleh orang tersebut.

"Ali?" lirih Prilly. Nick berdehem.

"Ehm. Yaudah, Prilly sama lo aja pulangnya," Bukan Nick takut sama Ali atau apa, tapi dia hanya tidak ingin membuat masalah, karena dia masih tergolong murid baru disini. Nick yang ingin melepas genggaman tangannya kepada Prilly, malah ditahan Prilly dengan Prilly yang semakin erat menggenggam tangan Nick.

Ali yang melihat itu geram, ada perasaan sesak yang menyelinap kedalam hatinya saat melihat genggaman tangan itu.

"Nggak...nggak! Gue tetep pulang sama lo!" ujar Prilly bersikeras kepada Nick tanpa melihat perubahan ekspresi Ali. Rahang Ali mulai mengeras, matanya menatap mereka --Prilly dan Nick-- tajam.

"Prilly!" gertak Ali menahan emosinya. Prilly menghela nafasnya gugup, jujur dia tidak suka suasana mencengkam ini.

'Ini si Ali gimana sih. Katanya kagak cemburu, tapi marah-marah gini. 'Kan gue kagak suka dimarahin, sukanya marahin!' batin Prilly melihat tatapan tajam Ali.

Ali mencoba menarik tangan Prilly dari genggaman Nick. Tapi, Prilly memberi kode kepada Nick dengan tatapan matanya, seolah 'tahan gue! Kalau lo enggak nahan gue, abis lo sama gue!'. Nick menggaruk tengkuknya yang tak gatal.

Dia harus apa?

Akhirnya Nick menahan tangan Prilly yang ditarik Ali, Ali menggeram menahan amarahnya yang ingin meledak sekarang juga. Prilly mencoba melepas genggaman Ali pada pergelangan tangannya. Tapi tangan Ali yang lebih besar dan kuat daripada tangan mungil milik Prilly, membuat pergelangan tangan Prilly memerah.

"Auhh..." rintih Prilly saat Ali semakin mempererat genggamannya.

"Lo, pulang sama gue!" gertak Ali. Prilly menatap mata Ali tajam, sebenernya dia takut, tapi bodo amat dah.

"W-woy, bro! Kalau cewe lo nggak mau, jangan dipaksa, Prilly kasian. Pergelangan tangannya udah merah gitu. Dia cewe, bro!" nasehat Nick.  Nick itu tipe cowo yang nggak suka cari masalah, kalau ada masalah, semua masalahnya diselesaikan dengan kepala dingin.

"Lo nggak usah ikut-ikutan!" bentak Ali semakin menarik Prilly, hingga Prilly jatuh kepelukan Ali. Prilly terdiam membeku, nyaman yang dirasakannya saat dia jatuh dipelukan Ali.

'Dadanya sandar-able banget!.... Eh, inget, Prilly! Lo itu lagi masa-masa cuekin dia!' batin Prilly. Prilly mencoba melepas pelukan Ali.

"Lepasin!" Prilly mencoba melepas pelukan ternyaman yang dia rasakan setelah pelukan bersama Papanya dan Mamanya.

"Nggak! Lo pulang sama gue, harus! Nggak ada penolakan! Ayo!" Ali langsung menarik Prilly menjahui Nick. Prilly menoleh ke belakang, Prilly menatap Nick tajam.

'FAKYU, NICK!' batin Prilly mengacungkan jari tengahnya kepada Audi. Nick hanya menyengir menatap Prilly seraya mengacungkan kedua jarinya.

><

Canggung.

Itulah yang dirasakan Prilly saat dia semobil dengan pria yang masih berstatus kekasihnya itu. Ali hanya diam, fokus menyetir. Sedangkan Prilly, dia hanya memainkan ponselnya. Nggak ada yang menarik di ponsel Prilly. Hanya untuk mengatasi kegugupannya.

Menu - instagram - home - twitter - menu - geser-geser menu - playstore - nggak jadi download - menu - kunci - buka kunci - kunci lagi.

Yah, itulah yang sedang dilakukan Prilly. Ali sesekali melirik Prilly dan matanya tidak sengaja menangkap pergelangan tangan Prilly yang memerah. Ali meringis pelan.

"......kita ke café dulu. Gue pengen jajan, lo harus ikut," ucap Ali dengan nadanya yang masih sama, dingin.

"I-iya," jawab Prilly gugup lalu mengarahkan pandangannya kejendela.

Tak lama, mereka sampai di salah satu kafe favorite Ali, FCB Café. Ali menyukainya karena selain nyaman, tempat-tempat kafe itu mendominasi Barcelona, klub bola favoritenya.

Prilly berjalan mengikuti Ali, terlihat Ali yang berjalan menuju salah satu meja dikafe itu. Prilly duduk dihadapan Ali. Masih sama, canggung.

"Mau pesan apa, Mas Ali?" tanya pelayan kafe itu. "Saya pesan oreo chocolate cake satu, dan red velvet cake nya satu. Untuk minumnya, saya pesan blue sky satu dan soda float satu," pesan Ali.

"Baik, saya ulangi," kata pelayan itu. "Oreo chocolate cake 1, red velvet cake 1, blue sky 1, dan soda float 1," imbuh pelayan itu. Ali mengangguk pelan.

Tak lama pesanan mereka datang, mereka langsung menyantap cake yang telah dipesan sampai habis. Ali yang melihat ada sisa krim cake red velvet disekitar bibir Prilly, membersihkannya dengan ibu jarinya.

Deg.

Jantung Prilly berdebar tidak karuan saat jarak dirinya dan Ali sangat dekat.

'Omaygott. Ya Allah tolong Prilly Ya Allah,' batin Prilly saat nafas Ali terasa dipermukaan wajahnya.

Tiba-tiba...

"Ali!"

><

a/n;

Hai kembali lagi sama gue haha. Garing banget ini, tapi bodo amat yang penting next ;p

Oh, ya. Mungkin part selanjutnya mulai gegana (?). Ya, ngga tau, baca aja terus! :p

Jangan kepo ya, dadaaahh!

Batang,
1 Januari 2017
(alhamdulillah udah tahun baru, alhamdulillah tahun ter-menyakitkan sudah kelewat :v)

AbstrakDonde viven las historias. Descúbrelo ahora