Abstrak - 7

1K 72 5
                                    

Berbeda

Prilly di koridor sekolah menuju kelasnya dengan menunduk. Pikirannya terlempar pada hari-hari kemarin. Semangat. Itu yang di sugestikan kepada dirinya sendiri.

Prilly menghela nafas panjang, ternyata Ali sangat berpengaruh pada hidupnya. Terlalu sibuk memikirkan Ali, Prilly sampai lupa kalau dia tidak makan seharian.

"Pril!!"

Panggilan dari suara itu membuat Prilly tersadar. Tanpa menoleh, Prilly sudah tau siapa yang memanggilnya. Ali.

Prilly tak memperdulikan panggilan itu, ia tetap melangkahkan kakinya menuju kelasnya.

Ali bingung. Tidak biasanya Prilly begini. Ali langsung mengejar dan mencekal tangan Prilly yang membuat Prilly langsung berhenti.

"Pril! Lo denger gue manggil gak sih?" Ali kesal, beberapa kali Ali memanggil namun Prilly tidak menghiraukannya.

"Apa? Masih peduli?" Singkat namun menyakitkan.

Ali terdiam. Batinnya selalu bertanya. Cewek ini kenapa.

"Apasih Pril. Maksud lo apa ngomong gitu? Lo masih pacar gue, ya?" Tidak tau malu. Batin Prilly. Setelah kemarin Prilly di usir sekarang baru mengakui kalau status mereka Pacaran?

"Udah lah, Li. Kamu gak usah peduli lagi sama aku. Aku udah capek" Prilly langsung berlalu pergi dari hadapan Ali.

-

"ARRRGGGHHHHH!!"

Ali sedang berada di Taman berteriak frustasi. Prilly nama itu membuat hatinya kacau.

Kalau saja ia tak sayang pada Mamanya mana mungkin kemarin ia melakukan hal itu kepada Prilly.

Dan akibatnya, Prilly berbeda.

Ali menetralkan emosinya. Sedikit-sedikit mulai menghilang.

Ali berjalan menuju kelasnya. Prilly lagi yang ia liat sedang berjalan bersama Audi, sahabatnya.

Ali tidak menyapa Prilly. Ia tau Prilly butuh waktu.

-

Bel pulang berbunyi, Prilly berjalan sendiri. Tadinya ia akan nebeng mobil Audi. Tapi Audi langsung ke rumah saudaranya.

Prilly berjalan dengan sesekali melihat ponselnya. Entah dia menunggu pesan dari siapa.

Sampai sebuah motor berhenti di sampingnya.

"Mau nebeng gak?"

"Gak usah!" Prilly tetap berjalan dengan cuek.

"Yakin? Mau ujan nih? Kamu yakin dibolehin hujan-hujan sama Mama kamu?" Ali tetap kekeh agar Prilly satu motor dengan dirinya.

"Ntar bisa neduh" Ali yakin, lihatlah ini Prilly sangat berbeda.

"Dih kolot banget sih kalau dibilangin!! Cepet naik!!"

Prilly menghela nafasnya. Percuma dia menolak toh Ali juga akan tetap memaksa. Lebih baik ia saja yang mengalah.

"Pegangan!"

"Gak!"

"Ntar jatoh,"

"Gak mau! Ntar ada yang marah cowoknya bonceng cewek lain," Ali sempat terdiam beberapa saat.

"Cewek lain? Lu kan cewek gua, Pril,"

"Oh iya kah? Lupa aku kalau punya pacar kamu."

Saat itu juga Ali ingin tenggelam di rawa-rawa.

***

Semoga bisa mengobati kerinduan kalian.



Hai finito le parti pubblicate.

⏰ Ultimo aggiornamento: Apr 25, 2018 ⏰

Aggiungi questa storia alla tua Biblioteca per ricevere una notifica quando verrà pubblicata la prossima parte!

AbstrakDove le storie prendono vita. Scoprilo ora