14. I Can't Believe You Cheated On Me

25.4K 2.6K 68
                                    


Aloha. Hai.... Hai.... Lama ya nunggunya? Maaf ya, selain mager buat ngetik, lagi agak sibuk juga. Liburan hanyalah mitos haha.

Selamat Tahun Baru 2017 readersku tersayang. Terima kasih untuk 2016 yang manis. Untuk semua vote dan komentar yang kalian berikan, semuanya berharga untukku.

***



From: Rivorda Damarsandi Rivorda@damarsandi.com

To: Revvina Celovia S. Auriga Revvinacelovia@auriga.com

Subject: Kompetisi Wonderland

Date: 28 Feb 2016 19.00 AM

Dear, cucu-cucuku tersayang,

Kompetisi ini akan berbeda dengan pernah kalian lakukan. Kompetisi ini berhubungan dengan bahagia. Hanya ada satu hal yang perlu kalian lakukan. JADILAH BAHAGIA.

Kompetisi ini akan berakhir satu bulan sejak email ini sampai pada kalian. Ketika kompetisi berakhir, kalian punya tugas untuk menjelaskan soal bahagia itu tadi. Jawaban yang paling memuaskanku akan keluar sebagai pemenang.

Best regard,

Rivorda Damarsandi


"Sedang apa?"

"Baca email soal kompetisi." Revvina masih menelusuri halaman yang dibacanya tanpa menoleh ke arah Aileen. Sekarang sudah pukul sembilan malam, dan artinya ia sudah dua jam berada di depan laptop.

Dua jam? Astaga.... Suaminya pasti kelaparan.

"Kamu laper, nggak?"

"Sedikit."

Sedikit? Revvina mengerutkan kening, yakin bahwa jawaban itu tidak benar adanya. Mereka berdua terakhir makan siang tadi, pastilah sekarang perut suaminya itu butuh diisi makanan lagi. Ya Tuhan, ia terlalu sibuk dengan dirinya sendiri sampai melupakan kalau ada orang yang harus diperhatikan.

"Aku masak dulu ya. Kamu mau makan apa?"

"Apa saja."

"Serius? Apa aja?" Revvina menatap sang suami yang hanya memberi jawaban dengan anggukan kepala. Revvina tersenyum sendiri. Well, karena tidak ada permintaan khusus, Revvina memutuskan membuat makanan sederhana saja. Sebenarnya, ia sedang malas memasak.

Lima belas menit kemudian, Revvina memanggil Aileen untuk makan bersama. Revvina langsung harap-harap cemas begitu Aileen menarik kursi di meja makan. Tak ada suara berupa protes yang datang dari bibir lelaki yang telah lebih dulu menyantap makanan itu, membuat cemas Revvina semakin menjadi-jadi.

"Kamu nggak marah kan, aku cuma masak itu?" tunjuk Revvina pada mangkuk Aileen.

"Tidak."

Singkat, padat, dan membuat penasaran. Selalu saja begitu jawaban yang diberikan Aileen pada Revvina. Kata 'tidak' yang dilontarkan suaminya, tidak membuat Revvina puas. Ia butuh jawaban panjang yang menyenangkan hatinya.

"Kamu nggak bisa ya kalo jawab itu panjangan dikit? Biar nggak bikin aku bertanya-tanya gitu?"

Diliriknya Aileen yang meletakkan sendok. Lelaki itu menatapnya. Jenis tatapan yang membuat jantung Revvina berdetak liar, tak terkendali, dan rasanya jantung itu akan copot dari tempatnya.

"Sayangku...." Revvina menahan napas begitu tangan Aileen mengelus rambutnya. Tangan itu kini berhenti di bahunya. "Aku tidak masalah dengan apa pun yang kamu masak. Aku akan makan apa aja yang kamu buat. Racun pun akan kuminum kalau itu kamu yang memberikan. Jadi... berhenti berpikir yang tidak-tidak hanya karena malam ini yang kumakan hanyalah mi instan. Toh itu kamu yang memasak, istriku sendiri."

The Princess BrideTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang