18. Him

4.1K 321 13
                                    

"Aku mencintaimu,"

"Aku mencintaimu,"

"Aku mencintaimu,"

Kai berbisik sangat pelan di atas kepalaku sejak sepuluh menit yang lalu. Dan hanya itu saja yang dia bisikkan. Aku tidak tahu sejak kapan dia bangun dan berbisik seperti itu tapi yang jelas aku bangun karena suara bisikannya. Suaranya tidak lebih dari hembusan napas, jarinya mengelus punggung telanjangku naik turun dengan sangat lembut.

"Aku mencintaimu."

Aku menggeliat pelan untuk memberinya tanda bahwa aku sudah bangun. Kai segera menghentikan bisikannya dan kedua lengannya mengendur untuk melepaskanku. Aku menjauhkan wajahku dari dadanya dan mendongak untuk menatap wajahnya.

"Pagi." aku menyapanya dengan senyuman.

Kai balas tersenyum lalu mengelus helaian rambutku. "Pagi."

"Apa yang kau lakukan sejak tadi?"

"Diam," dia menatapku lekat. "Dan memelukmu. Sangat erat. Aku takut ini hanya mimpi."

Aku tersenyum dan mengelus pipinya. "Aku juga takut ini hanya mimpi. Tapi jika ini mimpi, aku tidak pernah ingin bangun dari mimpi ini. Karena semuanya terlalu indah."

Kai meraih tanganku dari pipinya lalu mengecup telapak tanganku hingga seluruh jemarinya membuatku tertawa geli. Kami tertawa seperti orang bodoh.

"Jung Soojung. Aku mencintaimu." ucap Kai.

Aku merangsek maju lebih dekat ke arahnya hingga hidung kami saling bersentuhan. "Kim Kai. Aku mencintaimu."

Kai tertawa lalu mengecup bibirku singkat. "Jadi, apa sekarang kita pacaran?"

"Masih pertanyaan yang sama." aku memutar mataku.

"Karena saat itu kau tidak memberiku jawaban yang pasti, aku bisa mengerti kenapa. Tapi sekarang tidak ada apapun yang menjadi penghalang, jadi ... Aku ingin mendengar jawabanmu."

"Ya. Aku pacarmu. Tapi sebenarnya kau bisa menganggapku apapun, kecuali kakakmu." aku menyentil pelan hidungnya.

Kai tersenyum sangat lebar, kebahagiaan terlihat jelas di sorot matanya yang menatapku berbinar.

"Secara teknis kau memang seorang kakak. Soojung noona." Kai tertawa menggodaku.

Aku mendengus. "Oh, hentikan. Kita tidak ingin membahas masalah usia."

"Kenapa? Berkencan dengan wanita lebih tua itu sangat seksi, noona."

"Kim Kai berhenti memanggilku noona!"

"Noona... Noona... Noona... Noona..."

"Kau akan menyesalinya." aku menggerutu meniru ucapannya tadi malam. Kai hanya terkekeh saat aku merengut.

Aku memaksa melepaskan diri dari pelukan Kai dan duduk di atas ranjang memunggunginya. Sementara itu suara kekehan Kai masih terdengar.

"Apa yang bisa kusesali? Dari sini pemandangannya bahkan terlihat lebih seksi." ucap Kai.

Aku menoleh dengan kesal saat dia tidak henti-hentinya menggodaku. Dan aku menyesal telah menoleh ke arahnya karena ya Tuhan ... Kim Kai di pagi hari terlihat sangat panas. Lebih panas dari matahari terbit. Terlalu panas dibanding inti matahari. Aku akan terbakar jika berada di dekatnya, dan itu sering terjadi. Kai adalah penyulut gairah.

Dia berbaring dengan tangan sebagai bantalan di belakang kepalanya, kulit cokelatnya kontras dengan sprei putih yang menutupi pinggangnya asal-asalan, rambut hitamnya berantakan, senyumnya nakal dan main-main, matanya menatapku sambil memicing genit dan dia bertelanjang dada. Oh tidak, dia tidak hanya bertelanjang dada saat ini.

Who's Bad? [COMPLETED] (#Wattys2017)Where stories live. Discover now