9. The Girl Who Cried Wolf

58 9 0
                                    

Aku kira, aku bakalan dapetin 5SOS squad di ruang tamu kayak pagi-pagi biasanya.

Tapi, malahan ruang tamu udah kosong. Selimut-selimut juga udah dirapikan dan ditaruh ke tempatnya. Alisku bertaut. Ketika kutelusuri meja makan, aku menemukan secarik kertas bertuliskan,

Dear Naya yang gue sayank ... he he ... mohon diingat tulisyan tanganq. By Calum.

Nay, pas pagi-pagi banget, kami tiba-tiba aja dapet telepon dari si tua jelek, eh, maksud gue manajer kami. Dia manggil kami, buat persiapan konser hari ini. Yah, kayaknya hari ini kami bakal sibuk banget, dan nggak akan pulang sebelum konser dimulai.

Jadi, maafin kalau kami tiba-tiba aja ngilang tanpa kepastian. Fyi, gue bukan terong yang suka kayak gitu, hm.

Maqasyi.

Sinkerenli,

      -Penjaga Maling Spesial Lu.

Ah, iya. Hari ini, kan, mereka bakal tampil. Aku sempat bingung karena kemarin mereka nggak ngapa-ngapain, dan nggak ada kegiatan buat persiapan konser. Tapi sekarang, kayaknya mereka sibuk banget.

Kusobek selembar kertas dari buku catatan yang ada di sana, untuk membalas balasannya.

Nggak pa-pa. Semoga konser kalian hari ini sukses! Aku bakal datang, kok.

Detik kemudian, aku melongo.

Naya, kamu itu udah diinpit ke grup 5SOS. Kenapa nggak balas di sana aja?

Telat mikir waktu di pagi hari, hm.

***

"Nay! Kamu kenapa? Kok kayak cengengesan gitu hari ini?"

Aku tersentak tepat ketika Lara tiba-tiba muncul di hadapanku. Kemudian, terkekeh.

"5SOS konser hari ini!"

"Oh."

Itu cewek cuma melengos keluar dapur.

Gitu, doang, ekspresinya?

Tarik napas, Naya.

Dia sukanya Uttaran.

"Oh, iya, Lar," Panggilku. Lara menyembulkan kepalanya di balik pintu, "isiin aku kuota, dong!"

[.]

Berkali-kali aku mencek grup tapi tetap gak ada tanda-tanda pemberitahuan dari Naya. Kami sudah menghubungi cewek itu, memberitahu bahwa kami akan tampil beberapa menit lagi. Tapi, dia masih belum datang, bahkan batang hidungnya saja nggak keliatan sedari tadi di antara barisan para penonton.

"Luke, Naya di mana?" Tanya Calum. Wajahnya nampak cemas.

Aku menarik napas. "Kali aja itu cewek lagi sibuk di kafenya. Santai aja, Cal. Nggak usah cemas kayak gitu!"

"Ya, kupikir juga gitu." Sahut Ashton. Calum hanya mendesah. Kayaknya, mereka semua nggak semangat kalo nggak ada cewek itu.

Tapi, aku tahu, ada satu cewek yang bakal tetep datang, meski kedatangannya udah nggak aku harapin lagi. Ah, maaf sarkatis.

Hufftt ...

Meski perasaan itu tetap masih tersisa. Aku tau, kalau aku pengecut, dan aku nggak berani ngaku kalau aku masih nyimpen sedikit perasaan sama dia. Tapi, toh, itu nggak penting. Aku juga nggak ada niatan buat balikan sama dia. Sama sekali nggak ada.

SugarWhere stories live. Discover now