11. Pantai Dadakkan

24 6 1
                                    

Kami mencoba banyak permainan di pantai.

Kayak voli, atau lempar tangkap.

Dan acara pantai dadakkan pun berlangsung seru, karena suasana pantai sesepi ini, tuh, ngedukung banget. Kenapa aku bilang mendukung? Di sini tuh, ya, nggak perlu cemas jika nantinya piringan itu bakal mengenai orang lain, atau adanya ada gangguan anak-anak nakal kayak biasanya di pantai yang ramai pengunjung.

Pantai berasa kayak milik sendiri! Eaa ... udah lagi air lautnya jernih banget ..., dingin, juga. Padahal cocok banget kalo panas-panas kayak gini, nih, nyemplung ke pantai terus berenang.

Tapi, apalah daya? Aku yang satu-satunya cewek di sini.

Nggak nyangka juga, sih, bahwa ternyata Calum sudah mempersiapkan semuanya sebelumnya. Ia membawa piringan dan juga bola voli di bagasi belakang mobilnya.

Dan, kamu juga harus percaya,

Calum sempat beliin semua kawannya, termasuk aku, baju ganti buat nginap di pantai. Salah satunya sempak.

Di saat dia ngasih aku sempak baru, yang katanya udah ia cuci diam-diam, aku langsung kepikiran buat mukul pipinya saking malunya.

Terus, tepat ketika Calum mengeluarkan panggangan barbeque, Kak Ashton tambah melongo, dan nggak bisa ngomong apa-apa sejak anak itu ngasih dia sempak.

"Kapan kamu nyiapin ini semua, Cal?" Tanya Luke datar.

Pertanyaannya nyaris sama denganku. Nggak. Kayaknya semua kawanannya juga mikir kayak gitu.

"Mobil gue selalu siap buat diajak ngetrip. Jadi, aku bawa ini ke mana-mana." Sahutnya bangga sambil ngelipat tangannya. "Oh, iya, jangan lupa dipake, ya, sempaknya. Masih baru, dan baru aja kemarin gue cuci. Nay, maafin, gue minjem mesin cuci lu nggak bilang-bilang."

"Yah, aku nggak mikir soal mesin cucinya, sih."

"Kepikiran apa lu, Cal, jadi beliin kami semua sempak?" Tanya Mic,

Luke menarik napas, "Kok, sempakku ada gambar Ultraman?"

Calum ngakak ngedenger keluhan Luke. Nggak cuma Calum. Michael langsung ngerebut sempaknya Luke, terus mengangkatnya tinggi-tinggi.

"Sempak Ultraman punya Luke! Obral! Obral!"

Sontak, Luke kembali merebutnya. Itu cowok langsung nunduk malu. Blushing kayak gitu. Ngeliatnya, aku juga langsung ketularan.

Anjay, manis banget!

"Syukuri apa yang ada, Luke. Itu spesial buat lu. Aku padamu, Luke." Tukas Calum,

"Jijay."

"Btw, gue nggak kepikiran apa-apa. Cuman, ya, aku inget kalo kita di pantai itu sampe larut malam, jadi kali aja ada yang mau ganti sempak. He he ...." papar Calum,

"Nggak ada tempat ganti, kamu kira aku gantinya di mana?!" Tanyaku setengah teriak. Sumpah, ini malu-maluin!

Calum nepuk jidat. "Oh, iya, ya. Lupa!" Serunya. Detik kemudian, raut wajahnya berubah menjadi 180 derajat. "Yah ... nggak bisa nginap."

"Mau gimana lagi." Sahutku,

Mic menepuk bahu kawannya, "Cal, kita tetep bisa, kok, ngenikmatin malam ini di pantai, dan bakal pulang pas larut." Katanya, kemudian melemparkan tatapannya ke arahku. "Btw, Nay, ntar mau aku bantuin pas gantinya, biar bisa ganti di sini?"

Aku menggeleng kuat-kuat. "Nggak perlu!"

"Yah ...."

"Anjir ...."

SugarWhere stories live. Discover now