6. Warna Kilau Champagne

71 8 0
                                    

"Ini suatu kehormatan bagi saya karena telah diundang dalam acara makan malam ini." Seorang wanita separuh baya mengangkat cangkirnya yang berisi champagne. Kemudian, ia melirik putrinya yang tengah duduk di samping.

"Tidak apa-apa." Sahut wanita tak terlalu tua yang duduk di seberangnya. "Ini hanya sekadar perkenalan. Tapi aku minta maaf sebesar-besarnya kepada kalian, karena Luke, ah, maksudku, anak itu, tidak hadir dalam acara penting ini."

"Aku sudah menghubungi anak itu tadi sore. Dan, katanya, ia ada kesibukan di sekolah."

Nyonya Benedith tersenyum mendengar ucapan lawan bicaranya. "Remaja memang sangat sibuk belakangan ini. Begitu juga dengan Agafia. Ya, kan, Sayang?" Wanita itu melirik Agafia. Agafia tersenyum singkat. Nampaknya, gadis itu tak menyukai acara makan malam mewah dan formal seperti ini.

"Biarkan mereka menikmati masa muda mereka, Nyonya Hemmings. Jangan terburu-buru."

"Tapi, setidaknya kita harus mempertemukan mereka malam ini, Nyonya Benedith."

"Lihatlah ini, Nyonya Hemmings," Nyonya Benedith memperhatikan cangkirnya yang berisi penuh champagne. "Brut Rose Champagne."

Nyonya Hemmings terkejap, "Kau kurang menyukainya?"

"Tidak, aku menyukainya." Wanita itu tersenyum, "kilauan ini menunjukkan warna muda. Dan aku menyukainya."

Nyonya Hemmings hanya tersenyum bingung.

"Kita harus menyimpan champagne dengan baik dan benar jika tak ingin melihat ada kilauan yang memudar. Suhu pun berpengaruh pada kualitasnya." Nyonya Benedith menarik napas. "Warna muda ini menggambarkan sifat labil seorang remaja. Jika kita salah memperlakukannya, maka, kilauan di dalamnya akan perlahan memudar tanpa kita sadari."

"Maksudku, ini hanya champagne, kan?"

"Bukankah sebelumnya mereka pernah pacaran? Sedikit banyaknya, remaja harus menikmati masanya." Balas Nyonya Benedith, langsung pada intinya. Agafia menarik napas.

"Tapi, sekarang sudah berbeda." Nyonya Hemmings meminum champagnenya sekali lagi. "Anak itu, setidaknya ia sudah meninggalkan dunia bermusik saat ini."

Nyonya Benedith menatap wanita keras kepala itu dengan senyuman kecut.

[.]

SugarTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang