7

13.9K 1.3K 12
                                    

Zayba Shadha Rumaisa

Oops! This image does not follow our content guidelines. To continue publishing, please remove it or upload a different image.

Zayba Shadha Rumaisa

Ku tutup Al-qur'an kecil yang biasa kubawa kemana-mana, saat Nazril masuk ke dalam mobil. Cahaya lampu remang-remang dari dalam mobil Nazril, membuat mataku sedikit sakit karena membaca dalam cahaya lampu yang minim.

"Maaf, kamu udah nunggu lama yah?" Tanyanya, seraya memutar kunci dan menghidupkan mesin mobilnya.

Aku tidak menjawab, aku sudah cukup malas berada dalam ruangan sempit di mobilnya bersama dengan nya. Kuputuskan untuk mengalihkan pandangan ku pada pelataran masjid, sebelum mobil Nazril keluar.

Masha Allah! Aku membelalakkan mata ku, dan memperjelas pandangan ku pada sosok yang saat ini sedang berdiri di depan sebuah motor dan tengah memasang helm. Astaga, nafasku terasa tercekat. Benarkah yang kulihat saat ini? Benarkah yang kulihat adalah, dia?

Mataku terus menjurus padanya yang masih berada di belakang, sementara mobil yang dikendarai Nazril sudah keluar dari pelataran masjid. Ya Allah, jika benar itu dia, mengapa dia tidak mencariku? Kenapa dia terlihat begitu santai, seolah tak ada beban yang ia tinggalkan sebelum pergi?

Astagfirullah al adzim, aku meremas ujung lengan baju sebelah kiri ku. Hatiku terasa sakit, tanpa sadar aku meneteskan air mata. Kenapa aku begitu cengeng? Yang tadi kulihat itu, belum tentu dia. Bisa saja orang lain yang memiliki wajah mirip dengan nya. Yah, tadi itu hanya orang lain. Tidak mungkin dia yang ku tunggu, dia pasti sudah menemuiku jika benar dia sudah tiba di Indonesia.

Assalamualaikum warahmatullah wabarakatuh, afwan mengganggu aktivitasmu. Aku hanya ingin memberikan kamu novel ini, dan berharap kamu dapat mencontoh perilaku tokoh utama dalam novel ini. Aku tau, aku bukan orang yang pantas untuk meminta hal seperti ini pada wanita normal sepertimu. Tapi, aku mohon sama kamu. Tolong ubah sikap dan penampilan mu semata-mata karena Allah. Bukan karena permintaan aku. Aku hanya ingin mengingatkan kamu, tubuhmu itu terlalu indah untuk dinikmati oleh semua lelaki. Aku ingin, satu-satunya orang yang dapat melihat auratmu adalah suami mu kelak. Dan, aku berharap kalau aku yang akan menjadi suami mu. Aku tau, harapanku ini terlalu bodoh. Aku terlalu berangan-angan ingin menjadi imammu, membimbing mu pada kebaikan, dan membangun sebuah keluarga yang sakinah mawaddah warahmah bersamamu.

Zayba, mungkin kamu akan tertawa membaca surat ini. Tapi aku mohon, tunggu lah aku dirumahmu sampai aku kembali dari menimba ilmu di negeri orang. Aku janji, setelah kembali dari Kairo, aku akan datang melamarmu dan memintamu untuk menjadi istriku. Aku tidak peduli, jika lamaranku suatu saat nanti akan kamu tolak. Aku sudah mempersiapkan hal itu dari sekarang, atau bisa saja, kemungkinan terburuk yang kudapat setelah kembali, ialah mendapati dirimu telah menjadi istri orang.

Wassalam..

Tertanda,
Pria abnormal yang mengharapkan cintamu.

Aku meremas sepucuk surat pemberiannya padaku. Surat ini, selama tujuh tahun selalu kubawa kemana-mana. Dan setiap malamnya, sebelum tidur, aku pasti membacanya kembali. Lalu setelahnya, aku menangis sambil memeluk surat itu.

Aishtaqat Lak | [COMPLETED]Where stories live. Discover now