Part 1

43.5K 1.8K 80
                                    

Haiii ini coretan baruku semoga suka ya😊😊....

Happy reading........😀😀

========================

Pagi itu di sebuah rumah minimalis bercat putih tengah terjadi perdebatan yang sengit, antara sang tante -Tatia- yang merupakan si pemilik rumah dan keponakan dari suaminya, Wita.

Tatia merupakan sosok perempuan paru baya, yang mempunyai sifat keras dan tidak suka dibantah. Sangat jauh berbeda dengan Wita yang penurut, dan selalu melakukan apapun yang diperintahkan oleh Tatia.

Wita seorang perempuan berusia 30 tahun berparas ayu khas Indonesia dengan kulit kuning langsat dan rambut hitam panjangnnya itu bertanya kepada Tatia sang tante. "Harus banget ya tante, aku terima perjodohan ini?"

"Iyalah. Emang kamu nggak malu apa sama tetangga sebelah?! Umur sudah tiga puluh tahun tapi masih belum nikah," kata Tatia sinis. "Tante aja malu kalau setiap pergi ada acara-acara di komplek selalu saja kamu yang jadi pembahasan gosip. Ya, walaupun mereka ngomongnya bisik-bisik tapi tante bisa denger, Wit," lanjutnya berbicara menggebu-gebu.

Wita membuang napas kasar. Dalam hati ia merutuki nasibnya, yang entah kenapa di usianya saat ini jodoh belum datang menghampirinya. Sehingga sekarang membuat Tantenya murka.

"Pokoknya tante nggak mau tahu besok kamu harus ketemu sama calon suami kamu, tidak ada penolakan. Dan minggu depan kamu nikah sama dia." Suara Tatia terdengar tidak terbantahkan.

Tatia sebenarnya sangat menyayangi Wita, meski mungkin caranya salah. Di tambah lagi, selama ini Ia memang tidak pernah menunjukkan rasa sayangnya pada Wita, lantaran egonya yang terlalu tinggi.

Oleh karena itu, ia berniat menjodohkan keponakan suaminya itu dengan putra temannya semasa sekolah dulu. Ia merasa kasihan dengan Wita yang sampai saat ini belum menemukan jodohnya.

Bahkan Anita putrinya saja yang lima tahun lebih muda dari Wita sudah menikah dan mempunyai anak. Masa iya, dia kalah. Belum lagi dengan anak tetangga sebelah yang beberapa minggu lalu juga menikah, yang cantiknya dibawah Wita. Ya meski Wita tidak terlalu cantik dan mempunyai penampilan biasa saja, harus ia akui wajahnya cukup enak dipandang.

"Tapi tante ap-," Wita berusaha menyela namun ucapannya langsung di potong oleh sang tante.

"Tidak ada penolakan. Anggap saja ini sebagai ucapan terima kasih kamu sama tante yang sudah mau merawat dan membesarkan kamu," ucap Tatia tajam.

Ucapan Tatia tersebut kembali mengingatkannya tentang kecelakaan tragis yang menimpa kedua orang tuanya. Wita hanya bisa memandang tantenya dengan ekspresi wajah sedih.

Wita memang sudah menjadi yatim piatu di saat usianya menginjak 14 tahun. Kecelakaan tragis yang terjadi pada kedua orang tuanya memaksanya harus tinggal bersama keluarga omnya, Handoko.

Handoko yang hanya seorang pegawai biasa di kantor pajak, dulu sempat menolak untuk merawatnya. Mengingat sang istri -Tatia- yang memang dari dulu sangat tidak menyukai keluarganya. Namun apalah daya rasa kasihan menghinggapi Handoko, pada keponakan satu-satunya itu. Wita yang sebatang kara dan tidak mempunyai siapa-siapa lagi. Dengan sangat terpaksa, ia pun akhirnya memutuskan untuk merawat Wita dan membawanya ke rumah.

Masih diingat oleh Wita bagaimana penolakan Tatia dulu, saat kedatangnnya ke rumah mereka. Bagaimana setiap hari pertengkaran Om dan Tantenya selalu menemaninya di rumah ini. Lantaran Omnya itu selalu membela dan juga melindunginya.

Begitu pun dengan Anita sepupunya, selalu mencoba melindungi dan menenangkannya. Bahkan ikut membela dirinya di hadapan sang ibu, Tatia.

Hingga pada akhirnya, Tatia pun mengalah untuk menerima Wita tinggal di rumah mereka. Dengan resiko setiap hari, Wita harus mendapat ceramah dari mulut tajam sang tante. Wita tidak pernah melawannya. Yah ia cukup tahu diri kalau disini hanya menumpang.

Married In 30 (Dreame)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang