17. PYS - Kebenaran

33 5 0
                                    

'Tidak semua hal bisa dimengerti hanya dengan kode-kode yang diberikan.'

~~~

Tenny bangun dari tidurnya, karena alarmnya sudah berbunyi. Tenny melihat sekelilingnya dengan aneh, karena ia merasa ini bukan kamarnya. Ia mencoba mengingat-ingat, tetapi tidak bisa. Tenny lalu keluar dari kamar, bersamaan dengan Adam yang juga keluar dari kamar Tenny. Tenny melotot melihat Adam keluar dari kamarnya.

"Aaaa.... l-lo ngapain di sini?" Tenny menutupi tubuhnya dengan kedua tangannya. Adam hanya mentap Tenny dengan heran dan penuh tanda tanya.

"Kok lo malah nanya, sih? Jelas-jelas gue di sini nginep karena nemenin lo yang ketakutan semalem." Adam membalas ucapan Tenny dengan dingin.

Tenny mulai berpikir tentang ucapan Adam. Maklumlah, karena baru bangun tidur, Tenny agak sedikit lemot.

"Oh iya, sorry deh, gue lupa. Yaudah, siapa dulu nih yang mau mandi?" tanya Tenny dengan salah tingkah.

Tenny masih tidak menyadari ucapan Adam yang tadi dingin kepadanya. Dan karena salah tingkah, Tenny lupa kalau di kamarnya terdapat kamar mandi.

"Lo aja," ucap Adam singkat.

Tenny mengangguk lalu berjalan ke kamar mandi.

Adam memasuki kamar Tenny kembali dan melihat foto dirinya bersama Tenny lagi. Kemarahannya kembali memuncak setelah melihat foto itu. Ia semalam sudah menelpon Hasan, kalau Tenny tidak akan masuk hari ini. Karena Adam ingin membawa Tenny ke suatu tempat.

Tenny sudah rapi memakai pakaian kerjanya. Adam juga sudah rapi memakai kemeja dan jeans milik abang Tenny. Mereka berdua berangkat menuju ke tempat yang sudah Adam pikirkan dari semalam. Tenny tidak tahu kalau Adam akan membawanya kemana. Tenny sudah sempat bertanya, tapi Adam tidak menjawab sama sekali, Adam lebih memilih diam, memendam rasa marah kepada dirinya sendiri.

Mereka hanya menempuh waktu lima belas menit untuk sampai di tempat tujuan Adam. Adam turun dan membukakan pintu untuk Tenny. Tenny terkejut saat mengetahui Adam membawa dirinya kemana. Tenny membungkam mulutnya, karena ia tidak bisa mengucapkan apapun. Kenangan yang ia coba kubur, kini terbuka kembali karena ia berada di tempat yang sudah tidak ingin ia datangi.

SMP Purwaniagara.

Tempat Tenny dan Adam dulu bersekolah. Di tempat itulah mereka bisa saling mengenal dan terdapat banyak cerita tentang mereka berdua.

Tenny menoleh ke arah Adam. Adam menunjukkan berbagai macam ekspresi yang tidak dimengerti oleh Tenny. Hati Tenny mulai sakit, apa mungkin Adam yang ada di sampingnya adalah Adam sahabatnya dulu? Tenny memang sudah menyadarinya dari awal, tapi ia mencoba berpikir positif.

"Kenapa lo waktu itu nggak dateng ke acara reuni?"

Tenny terdiam mendengar pertanyaan Adam. Ia sangat tahu apa maksud dari pertanyaan Adam barusan, tapi ia lebih memilih diam.

Adam membalikkan tubuhnya, sehingga Adam dan Tenny saling berhadapan. Adam memegang kedua pundak Tenny. "Kenapa, Luc? Kenapa lo nggak datang ke acara reuni? Kenapa seakan-akan lo menghindari gue? Apa kesalahan gue terlalu besar, sehingga lo sangat benci sama gue, Luc? Jawab gue, Luci!"

Tenny menegang saat mendengar Adam memanggilnya dengan nama yang dulu sangat ia banggakan. Tenny meneteskan air matanya, kenangan yang dulu mulai berputar seperti sebuah film.

"Lo mau tahu jawabannya? Ya, gue sangat membenci lo lebih dari siapapun. Gue emang nggak datang ke acara reuni itu karena gue nggak mau ketemu sama cowok pengecut kayak lo!" Tenny menepis kedua tangan Adam di pundaknya.

Pilihan yang SulitTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang