Oleh karena itu, pada hari kedua, pagi-pagi sekali Wan Fei Yang sudah muncul di luar kamar Gi song dan Cang song. Dia membawa seteko air yang baru mendidih. Sama sekali tidak mencari alasan yang lain. Dia mengetuk pintu lalu langsung masuk ke dalam.
Fu Giok Su yang melihat kedatangannya, tanpa sadar tertegun. Hatinya agak tegang. Tapi dari luar dia tidak memperlihatkan perasaan apa-apa. Sembari menyeduh air teh, Wan Fei Yang menyapanya. "Fu toako, bagaimana lukamu?"
"Sudah lumayan," Fu Giok Su menyahut datar. Dia memang tidak ingin banyak bicara.
Kebetulan Lun Wan Ji mendatangi. Tangannya membawa sangkar burung yang mereka beli di kota tempo hari. Kedua ekor burung yang ada di dalam sarang itu berloncat-loncatan. Kadangkala terdengar suara kcauan mereka. Enak juga kedengarannya.
Lun Wan Ji duduk di samping tempat tidur, dia meletakkan sangkar burung di atas meja yang terletak di sampingnya.
"Suheng, untuk apa kau meminta aku membawakan sangkar burung ini?" tanyanya.
Fu Giok Su tertawa lebar.
"Kalau kau sedang tidak ada, biar mereka yang menemani aku. Lebih enak mendengar kicauan mereka daripada ocehan kedua orang susiok," katanya.
Lun Wan Ji tertawa terkekeh-kekeh mendengar keterangan Fu Giok Su. Wan Fei Yang juga ikut tertawa. Tepat pada saat itu, Gi song dan Cang song kembali ke kamar. Melihat ketiga orang itu tertawa dengan gembira, hatinya merasa heran.
"Apa yang kalian tertawakan?"
"Tidak apa-apa," sahut Lun Wan Ji cepat-cepat mendekap mulutnya sendiri.
Wan Fei Yang segera maju menghampiri dan menjura dalam-dalam.
"Untuk apa kau ke sini? Apakah tempat ini juga pantas didatangi olehmu?" bentak Gi song dengan wajah garang.
"Dia hanya menyeduh the untuk kita," sahut Fu Giok Su.
Wan Fei Yang cepat-cepat menganggukan kepalanya. Dia mengangkat teko the yang masih dipegang di tangannya.
"Sudah selesai belum?" bentak Cang song tidak mau kalah.
"Sudah... sudah," sahut Wan Fei Yang gugup.
"Mengapa masih diam di sini ? epat pergi!" kata Cang song sambil mengibaskan lengan bajunya.
Wan Fei Yang cepat-cepat mengundurkan diri.
"Sam susiok, mengapa kau begitu galak? Aku sampai ketakutan," kata Lun Wan Ji dengan nada kurang senang.
Cang song mengelus jenggotnya yang seperti jenggot kambing. "Ini bukan galak, tapi wibawa," sahutnya tenang.
* * *
Wan Fei Yang tidak dapat digertak oleh wibawa Cang song. Setelah pergi tidak lama, dia kembali lagi. Dalam sehari penuh, dengan alasan menyeduh the saja dia sudah bolak-balik belasan kali.
Bukan hanya Fu Giok Su yang merasa enggan, Gi song dan Cang song juga merasa curiga. Tapi mereka tidak tahu apa yang dipikirkan oleh Wan Fei Yang.
"Apakah Ci Siong sudah curiga kepadaku sehingga mengutus Wan Fei Yang mengawasi aku?" pikir Fu Giok Su dalam hati.
Setelah Gi song dan Cang song masuk ke dalam kamar tidur yang berhubungan dengan kamar yang ditinggali Fu Giok Su. Anak muda itu melepaskan diri dari Lun Wan Ji. Setelah itu cepat-cepat dia mengeluarkan secarik kertas kecil berisi tulisan dari balik ikat pinggangnya. Belum sempat dia menyematkan kertas kecil tadi ke kaki burung di dalam sangkar telinganya mendengar suara derit pintu ter buka. Cang song keluar dari kamar sebelah. Fu Giok Su cepat-cepat menyelipkan surat kecil tadi di dalam genggaman tangannya.

KAMU SEDANG MEMBACA
Pendekar Ulat Sutra (Tian Chan Bian) - Huang Ying
Fiksi UmumPertarungan antara ketua Bu Tong dan ketua Perkumpulan Bu Ti Bun yang diadakan setiap 10 tahun sekali di Pintu Langit Selatan berakhir dengan kekalahan dari ketua Bu Tong Pay. Tapi kenapa sampai saat ini Bu Tong Pay belum dihancurkan oleh Bu Ti Bun...