dusta mendua

59 1 0
                                    

"Clara?" tanya seseorang sembari mengingat-ingat.
"Niko?" tanyaku kembali padanya untuk memastikan bahwa aku tidak salah orang.
"yaaaa, hi Clara. long time no see you" Niko memelukku sambil tersenyum lebar.
aku membalas pelukan Niko, dia yang sudah ku anggap seperti kakakku sendiri.
"apa kabar? kemana aja selama ini? gue coba hubungi tapi nomor lo udah gak aktif" jelasku padanya .
"hehe sorry, gue ganti nomer" jawabnya padaku.
"btw gimana keadaan lo setelah putus dari Kevin?" tanyanya dengan wajah sedikit cemas.
kubalas pertanyaannya dengan seraut senyum lebar dibibirku " I'm okay Nik, don't worry. gue udah bisa lupain dia." terang saja Niko khawatir, dia adalah orang yang paling tau bagaimana seluk beluk hubungan gue dengan Kevin (dulu). 
" iya , dia lebih bahagia sekarang dengan kehidupan barunya Ra" Niko mencoba menghiburku.
"iya . btw lo masih sering ketemu dia?" tanyaku penasaran pada Niko, sedikit mencari tau tentang keberadaan Kevin.
Wajah Niko menjadi pucat pasi, aku tau dia mulai gugup.
"Nik? jawab dong. lo masih sering ketemu dia?" tanyaku sekali lagi. kali ini dengan nada yang sedikit tinggi.
"sering. setiap sekali sebulan gue ketemu sama Kevin. bercanda bareng " jelas Niko dengan senyum di wajahnya . hatiku menjadi tak karuan. tiba-tiba aku ingin sekali berjumpa dengannya setelah hampir 1 tahun kami tidak bertemu.
"kapan lagi lo mau ketemu dia? gue pengen ikut, please ajak gue" pintaku dengan wajah memelas kepada Niko.
" lo yakin siap buat ketemu Kevin?" tanya Niko dengan wajah cemas.
"Yakin, apapun keadaannya gue siap" jawabku dengan penuh percaya diri untuk meyakinkan Niko.
"kalau gitu sekarang aja  kita ketemuan sama Kevin" ajak Niko.
akupun dengan semangat langsung menerima ajakan Niko. terang saja, hatiku belum sepenuhnya melepas Kevin. ya, Cinta pertamaku. dialah yang membuat aku mampu untuk meyakinkan hati bahwa tidak semua laki-laki itu jahat seperti mantan suami kakak ku.
"Masih jauh Nik?" tanyaku pada Niko.
"bentar lagi." ujar Niko.
"loh kita kok ke TPU? bukannya mau ketemu Kevin?" tanyaku penasaran pada Niko.
Niko tak menjawab pertanyaanku . Dia membimbing tanganku menuju satu pemakaman. hatiku mulai tak karuan, fikiranku jadi bercabang. tidak mungkin. sungguh tidak mungkin.
"Vin, sorry gue gak bisa nepati janji untuk gak ngasih tau Clara. gue gak tega harus bohongin dia terus-terusan. dia dateng karna rindu sama lo" ucap Kevin pada sebuah batu nisan.
lututku melemas tak mampu lagi menopang tubuhku. aku terjatuh, terduduk didepan kuburan itu. Ya, ternyata itu adalah kuburan Kevin. perlahan mutiara dimataku pun keluar. keluar semakin banyak. tak mampu membendung betapa sedihnya hati ku.
"Kamu bohong! kamu bilang hati kamu terbagi untuk wanita lain. tapi sekarang ini yang aku tau. kenapa ? aku lebih ikhlas kamu dengan wanita lain, karna aku masih bisa melihatmu walaupun dari kejauhan. sekarang, untuk melihat wajahmu pun aku sudah tidak bisa" aku menangis tersedu-sedu. aku masih tidak menyangka ternyata ini kebahagiaan Kevin yang dia maksud.
"maafin kita Ra" ucap Niko sambil memegang kedua bahuku.
"kenapa kalian semua tega ke gue? kenapa? apa kalian puas ngeliat gue terlihat bodoh kaya gini? puas?" bentak ku pada Niko sambil mendorongnya dengan air mata yang tak berhenti mengalir.
"Ra, kita ngelakuin ini semua karna Kevin yang minta. dia gak mau lo tau penyakitnya yang mematikan. dia gak mau liat lo sedih. karna dia tau lo sayang banget sama dia, dan begitu sebaliknya. maafin kita Ra" aku masih menangis. memeluk erat batu nisan Kevin.

Has llegado al final de las partes publicadas.

⏰ Última actualización: Jan 08, 2017 ⏰

¡Añade esta historia a tu biblioteca para recibir notificaciones sobre nuevas partes!

dusta menduaDonde viven las historias. Descúbrelo ahora