Loro

100 10 0
                                    

Pagi ini gue ke kantor, dimana pertama kali gue menangani agency talent.

Kalau Om Ford tidak memohon untuk anaknya yang kurang ajar itu, malas berhubungan dengan model - model itu.

Entahlah, banyaknya berita miring membuat gue tambah malas.

Kalau mungkin lu semua mandang cewek karena onderdilnya, it's okey, kalau itu cara pandang lu.

Gue juga ga munafik ketika melihat body sexy, mana ada yang melewatkan, tapi cantik tanpa otak, wait a minute.

Ini mungkin akan terdengar aneh, gue suka cewek pintar, kalau soal body itu bonus.

Fred akan mengolok gue karena ini, katanya pasti gue kurang percaya diri, jangan karena lu gempal, lu nyari yang standard, itu yang selalu dikatakannya.

Padahal gue juga suka cewek sexy, tapi harus pintar.

Fred selalu berpenampilan total, katanya untuk memikat lebih banyak lawan jenis. Otaknya memang sudah berpindah ke selangkangan sepertinya.

Kekayaan pasti membuat cewek - cewek terjerat pesona lu, begitu kata Fred, bagi gue, cewek gue harus mencintai gue apa adanya, bukan ada apanya, atau siapa orang tua gue.

Lumayan juga kantor si otak udang, gue langkahkan memasuki pintu FFF agency.

Nama agency yang aneh, kenapa juga Om Ford menamainya memakai nama si Fred.

"Mbak, Pak Fredy ada?"

Resepsionis itu memandang gue, entah apa yang dipikirkan di otaknya.

"Sudah membuat janji, dengan Bapak siapa?"

"Bimo, saya belum buat janji."

Cewek itu mendial nomer, kemudian setelah selesai, ia kembali menatap gue.

"Maaf, Pak Fredy belum datang."

Apa belum datang, bagaimana bisa dia....

"Terus bagaimana?"

"Bapak harus menunggu."

"Sampai kapan?"

"Saya kurang tahu."

Aaagh, sial perlu gue kebiri tuh anak, pasti tertidur di apartemen model random, entah siapa lagi korbannya.

Terpaksa gue menunggu, percuma kalau telepon, pasti tidak diangkat.

Ekor mata gue melihat datangnya seseorang yang mendekati resepsionis.

Aku menoleh, sepertinya seorang model. Dilihat dari jalannya.

"Fredy sudah datang?"

Model itu mencari si Fred.

"Belum Mbak."

"Gue tunggu di ruangannya."

Apa semua model bebas, masuk dan keluar ruangan si Fredy.

Gue segera berjalan cepat, menyusul model tersebut.

Sebelum lift tertutup, tangan gue menahan pintu lift.

Setelah berada dalam satu lift, baru sadar kalau model itu adalah Yasmeen Natanegara.

Gue memandangi cewe sexy di depan gue, baru kali ini gue takjub dengan seorang model.

"Lu sudah puas liatin gue, kalau sudah, bisa ga jangan liat gue, risih tahu?"

"Maaf."

Sial kepergok liatin cewek, salah sendiri dia sexy habis.

Dia tampak cuek sambil bermain ponsel, gue lirik dengan ekor mata gue.

Man With A Knife Behind  ( Private )Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang