Bab 12

42.9K 1.9K 41
                                    

Keesokan paginya Bima dan Shinta bersiap-siap pergi ke sekolah, karena sekolah mereka belum libur.
Mereka tinggal di rumah orangtua Bima.
Yang membuat Shinta kesal setengah mati ternyata abang Bima, Rama, tinggal di rumah itu juga, bahkan letak kamarnya berhadapan langsung dengan kamar Bima dan Shinta.

"Bim, abang lo tinggal di rumah ini juga ya?" Tanya Shinta.

"Yaiya sih, tapi biasanya abang gue lebih suka tinggal di suit hotelnya."

"Ohhh...yaudah yok kita turun, keburu telat nanti ke sekolahnya. Kita kan mau meeting soal perpisahan nanti."

"Ehh....tapi ingat ya Shin, kita kalo ada mami papi pura-pura mesra gitu."

"Oke boss!"
"Oya, gimana soal gebetan lo si Diva, gue jadi gak enak nih ganggu hubungan lo sama Diva." Ujar Shinta sedih.

"Udah, tenang aja lo. Ntar gue jelasin ke Diva. Lo bantuin gue kalo seandainya dia gak percaya sama gue ya."

"Iyaaa...tenang aja deh lo...pasti dong gue bantuin, secara lo jugak udah bantuin gue banget."

"Yaudah, yok turun, sini gue gandeng tangan lo, biar keliatan mesra kayak penganten baru gitu...hehehe." Kata Bima sambil cengengesan.

Sambil bergandengan tangan Bima dan Shinta turun ke lantai bawah menuju ruang makan.
Sampai di ruang makan, langkah Shinta sempat terhenti karena melihat Ramma sudah duduk di meja makan dengan stelan jasnya dan tampak sangat tampan yang memandangnya dengan tatapan yang sangat tajam. Seandainya tatapan bisa membunuh pasti Shinta sudah mati.

"Pagi sayaaang.....duuuuhhhh...pengantin kecil mami udah mau berangkat sekolah nih." Terdengar suara cempreng mami. " ayook sini sayang sarapan dulu."

Shinta dan Bima duduk bersebelahan. Sedangkan Ramma duduk tepat di depan Shinta. Papi duduk di ujung bersebelahan dengan mami.

Shinta meminum jus jeruk kemudian mengambil roti panggang. Memakannya dengan pelan dan terus menunduk karena takut dengan tatapan Ramma.

Ramma yang melihat kedua pengantin baru itu duduk bersebelahan membuatnya jadi geram dan bertanya-tanya dalam hati, apakah mereka sudah tidur bersama? Apakah Bima menyadari kalau istri kecilnya itu sudah tidak perawan lagi? Membayangkan kebersamaan adiknya dengan Shinta di kamarnya tadi malam sukses membuat Ramma dikuasai rasa cemburu. Rasanya ia ingin menarik Shinta dari sebelah adiknya itu.

"Yuukk sayang kita berangkat. Mi...pi...abang....kami berangkat dulu ya." Ujar Bima.

"Mi...pi....Shinta berangkat ya...assalamualaikum." sambung Shinta.

"Waalaikumsalam." Jawab papi dan mami bersamaan.

"Shinta sayang, minum dulu tuh susu kamu biar sehat." Ucap mami mengingatkan.

"Mmmm...i..iya mi." Shinta pun meneguk susunya hingga habis.

Bima dan Shinta mencium tangan mami dan papi.

"Bima...Shinta....ayo salam abang kalian juga." Tiba-tiba mami berkata.

Bima pun mencium tangan Ramma. Namun ketika Shinta mencium tangan Ramma, terasa oleh Shinta jemarinya diremas erat oleh Ramma. Dia gak berani menatap Ramma.

Shinta merasa lega ketika tangannya ditarik oleh Bima. Dan akhirnya bisa lepas dari kedekatannya dengan Ramma.

---------------

Ramma tersenyum sinis melihat kedua sejoli berseragam SMA itu pergi meninggalkan ruangan.

"Ramma heran kenapa mami dan papi menyetujui pernikahan mereka. Bahkan mereka belum tamat sekolah. Apa gak kecepatan mi..pi." ujar Ramma sambil meneguk jus jeruknya.

"Ya mau gimana lagi Ramma, mami gak mau dong kalau calon cucu mami lahir di luar nikah." Jawab mami santai.

BYUUUURRRR

Ramma yang sedang meneguk minumannya sontak menyemburkan minuman itu dari mulutnya dan terbatuk-batuk.

"Aduuuuhhh Ramma...jorok banget sih kamu. Udah besar masih aja kayak anak kecil. Kalau minum itu pelan-pelan dong." Ucap mami mengomel.

"Jadi.....maksud mami.....Shinta sekarang sedang hamil!"

"Iyaa.....kata Bima mereka khilaf." Jawab mami. "Tapi bagaimanapun, mo khilaf kek....apa kek....yang pasti mami bahagia banget karena sebentar lagi punya cucu, habis ngarapain dari kamu keburu tua mami sama papi." Lanjut mami. Wajah mami kelihatan gembira ketika memberitahu cucu yang aka lahir.

Papi pun tersenyum gembira.

Ramma yang melihat kedua orangtuanya gembira menyambut calon cucu tiba-tiba berpikir mungkinkah Shinta hamil anaknya? Mengingat kejadian itu baru sebulan yang lalu, tidak mungkin Shinta hamil anak Bima. Dia harus menanyakan ini kepada Shinta nanti.

-----------------

Mudah-mudahan aja pikiran Author gak tiba-tiba buntu untuk melnjutkan cerita ini. Karena ternyata membuat cerita itu susah loh.


Sang Playboy Jatuh CintaWhere stories live. Discover now