43 :: Surat Dari S

6.4K 348 4
                                    

Bajingan kayak lo gak pantes buat Diska. Karna yang pantes buat Diska itu cuma gue. Temuin gue hari ini di gedung teater pulang sekolah.

S

"Brengsek!"

Darian meremas secarik kertas berwarna merah darah itu lalu membuangnya asal. Tangannya mengepal, rahangnya kian mengeras menahan emosi yang mendadak muncul hingga memenuhi kepalanya.

"Lo yang ngirim surat banci kayak gini San?" Tukas Yogi setelah membaca surat yang tadi dilempar Darian.

Sani mengernyit bingung, "Hah? Surat apa sih maksud lo?" Tanyanya lalu merebut secarik kertas yang masih berada di tangan Yogi.

"Anjir bukan gue nyet. Lagian ngapain gue ngirim surat beginian? Gue gak bakat nikung. Apalagi pacar temen sendiri." Sungutnya lalu mengembalikan surat itu pada Yogi.

Yogi mencibir, "Ya siapa tahu. Lagian itu inisialnya kan S."

"Yakali inisial S disekolahan ini cuma gue doang! Masih ada Sukirman, Supriman, Sukijan, Sudirman, Su..."

"Sukijah saya mas." Tutur Yogi dengan logat khas ibuk- ibuk jawa.

"NAJIS!" ucap Sani dengan mimik jijik diwajah putih pucatnya.

"Bodo!" Jawab Yogi lalu merebahkan tubuhnya pada kursi dekat dengan Darian.

Sani mencebik kesal lalu ikut mendaratkan bokongnya pada kursi lain. Suasana kantin yang memang sudah panas semakin panas saat Darian mendapatkan surat itu dari salah satu adik kelasnya. Dia mengira adik kelasnya itu hanya orang suruhan si banci yang mengiriminya surat karna saat Darian mendapatkan surat itu adik kelasnya langsung pergi meninggalkannya tanpa mengucapkan satu patah kata pun.

"Terus rencana lo apa Yan?"

Darian menghirup nafas panjang dan membuangnya kasar, "Gue bakal dateng." Singkatnya dengan raut wajah yang penuh dengan kerutan di dahinya.

"Gue sama Yogi ikut."

Darian menatap Sani lalu kembali menyedot es tehnya. "Gak usah lah. Gue sendiri juga berani."

"Gak Yan pokoknya kita ikut!" keukeuh Yogi seakan itu adalah keputusan finalnya.

Tidak ada jawaban dari Darian karena sosok itu bangkit dari kursinya dan berjalan menuju gerobak somay Mang Udin. Sani berdecak. Kalau sudah begini Darian akan berkali- kali lebih menyebalkan dibandingkan dengan Yogi. Memang Darian bukan sosok yang sering merepotkan seperti Yogi. Darian itu lebih suka menyelesaikan masalahnya sendiri. Tapi jika sudah menyangkut soal hati Darian selalu lemah karena bagaimanapun dia mengatasinya, dia selalu membutuhkan bantuan kedua sahabatnya. Ya walaupun harus dipancing- pancing terlebih dahulu supaya Darian menceritakan permasalahannya. Berbeda dengan Yogi. Walaupun dari luar dia ceria dan kocak namun dia sangat lemah dalam urusan orang dewasa. Maka tak ayal laki- laki bermata almond itu akan selalu meminta bantuan kepada kedua sahabatnya jika sedang uring- uringan terlebih lagi karena bundanya. Baik Darian maupun Sani sangat tahu betul kalau Yogi dan bundanya itu tidak pernah akur.

"Bocah ingusan aja belagu. Gak mikir apa ya kalau dia bisa aja diperkosa sama inisial S itu kalau pergi kesana sendirian? Goblok banget dah." Ucap Yogi disela- sela mengunyah bakso super pedasnya.

Sani tergelak lalu menjitak kepala Yogi hingga membuat laki- laki itu berdecak kesal, "Bangke!" Rutuk Yogi lalu menendang kaki Sani yang berada di bawah meja dan sialnya tidak kena karena Sani sudah hafal dengan tabiat dari sahabat konyolnya itu. Poor you Yogi

"Gue penasaran kira- kira siapa ya Yog? Gue yakin pelakunya itu masih ada sangkut pautnya sama masa lalu Diska."

Yogi mengangguk setuju kemudian buru-buru menelan baksonya, "kalau gak mantan gebetan ya mantan pacar atau bisa juga penganggum rahasia."

Sani mengaruk dagunya seperti memikirkan sesuatu. Tak lama kemudian matanya membulat sempurna seakan dia mendapatkan jawabannya.

"Alvaro. Gue yakin itu Alvaro. Siapa lagi coba mantannya Diska yang sampai sekarang masih nempel sama Diska kaya benalu belimbing?"

"Masa sih? Inisialnya aja S. Kalau Alvaro harusnya A dong bukan S? Gue curiga jangan- jangan itu Sani cinta pertamanya BCL. Bisa jadi kan ya?"

Lagi. Satu jitakan meluncur bebas di kepala Yogi. Kali ini Sani melakukannya dengan menggunakan sedikit energinya.

"Anjing. Gue serius!" Omel Sani lalu memberngut kesal tanpa menatap wajah Yogi yang sedang kesakitan mengusap kepalanya.

"Gue juga serius njing." Sungut Yogi kesal karena seharian ini dia sudah mendapatkan lima belas kali jitakan dari Sani. Jangan tanya kenapa Yogi sempat- sempatnya menghitung itu, karna dia itu pada dasarnya memang kurang kerjaan dan juga terlalu peka pada hal- hal kecil disekitarnya yang notabene tidak masuk akal. Contohnya saja jika dia ditanya berapa kali Darian hari ini pergi ke toilet maka dia akan menjawabnya dengan mantab dan tentunya juga benar seratus persen. Bahkan Yogi juga tahu bahwa seharian ini Sani telah mengupil dikelas sebanyak lima kali.

"Gimanapun caranya kita harus ikut Yog." Tutur Sani setelah terjadi keheningan beberapa menit yang lalu.

Yogi mengangguk cepat, tangannya terulur mengambil lima sedotan dan memasukkannya pada segelas lemon tea kesukaannya. Sani sudah terbiasa dengan kebiasaan aneh sahabatnya itu. Bahkan Ibu kantin sampai memarahinya karena selalu menghabiskan persediaan sedotan yang hanya membutuhkan waktu satu minggu dihabiskan oleh Yogi. Kadang juga Yogi bisa memasukkan sepuluh sedotan kedalam gelasnya. Kalau ditanya kenapa, di cuma jawab, "Biar tambah greget aja. Semakin banyak sedotan, semakin cepat pula ngabisinnya!"

Kalau dipikir- pikir kenapa gak langsung diteguk habis lewat gelasnya langsung? Ngapain juga harus repot- repot pakai sepuluh sedotan? Namanya juga Yogi. Si anjing terlantar, gudikan, kutuan, sering disiksa lagi.

"Sabar ya njing!"

"Suprihatin saya mas." Cicit Yogi lalu mengedipkan matanya dua kali seperti boneka yang dimiliki oleh adiknya Darian si Tita. Memang sih bonekanya lucu tapi jika diterapkan pada diwajah Yogi entah kenapa hawanya berubah menjadi horor.

"Gak makan lo San?"

Darian datang dengan membawa satu porsi siomay dan juga es teh keduanya. Dengan bumbu kacang dan juga kecap, siomay itu terlihat berkali- kali lebih lezat dibandingkan jika membeli sendiri. Sani cepat- cepat mengambil garpu baru lalu mencicipi siomay Darian.

"Entah kenapa siomay yang dibeli pake duit orang itu ternyata lebih lezat berkali- kali lipat." Tutur Sani masih dengan menikmati siomay Darian. Darian berdecak namun engan menanggapi ocehan Sani.

"Ah masa sih San? Gue gak percaya kalau belum nyoba." Dengan gerakan gesit Yogi mengambil garpu baru lalu mengambil dua siomay sekaligus dari penjagaan ketat Darian.

"Ajigile. Pasti Mang Udin buatnya dengan penuh cinta dan kasih sayang. Ditambah lagi doa dari bini muda dan bini tua. Juga doa nenek ku pahlawan ku menambah siomay Mang Udin berkali- kali lebih nikmat."

Sani tertawa dan Darian hanya menampilkan wajah datarnya. Lebih tepatnya dia sedang memikiran berbagai macam pertanyaan dan juga dugaan tentang surat yang tadi didapatnya.










Hallo? Adakah yang masih setia sama cerita ini?

Terimakasih yang sudah mendukung, komen atau vote cerita ini... percayalah komenan kalian itu jadi penyemangat ku buat namatin MFN

Hari ini satu bab aja ya...

Lima atau enam lagi tamat kok 😂

Happyreading

17/01/17
(Tanggalnya cantik lho buat jadian. Ada rencana?😂)

DARIAN [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang