Chapter 1

1.6K 82 20
                                    

Hujan sepertinya masih enggan untuk berhenti barang sebentar. Suara gemuruh yang diciptakan beribu rintikan saat tetesan dari mereka menyentuh jalanan aspal bagai alunan harmonisasi bagi sebagian orang yang menikmatinya. Tidak begitu keras memang namun, mampu membuat hati seseorang terasa damai mendengarnya.

Moon Chaewon, gadis itu yang menikmati anugerah Tuhan lewat hujan dengan sangat apik. Gadis berambut gelap itu mendudukkan diri dihalte yang hanya dihuni oleh ia seorang. Matanya terpejam, senyum tipis ia ukir dengan sangat sempurna dibibir ranumnya. Tapi, tunggu! Apakah kalian melihat sesuatu? Ya, ada tetesan airmata yang baru saja lolos dari mata terpejamnya. Kalian melihatnya, kan? Jujur saja, aku sedikit ragu. Entah itu sungguhan atau memang aku yang salah lihat. Jangan tertawa mendengar penjelasanku. Ya, mataku tidak baik dalam melihat kejauhan. Minus 8, kalian catat itu. Tapi, ini tidak terlalu penting bukan?! Jadi, mari lupakan.

***

Seorang pria dengan paras tampan dan kacamata hitam yang bertengger sempurna dihidung mancungnya baru saja keluar dari pintu kedatangan luar negeri. Dengan menggeret koper yang kalian bisa lihat sendiri ukurannya seperti apa  terus melangkahkan kaki jenjangnya. Pandangannya seperti sedang mencari keberadaan seseorang diantara ramainya pengunjung yang berlalu lalang disekitarnya.

"Kakak!" Gadis remaja yang baru saja memanggilnya dengan sebutan "Kakak" langsung berhambur kepelukannya setelah berlari untuk menghampiri kakaknya tersebut.

"Hya... Song Seulki! Kau membuatku sulit bernafas!" Pekiknya karena Seulki memeluknya terlalu erat.

Gadis dengan rambut sebahu yang masih mengenakan seragam sekolah itu tak menghiraukan perkataannya dan malah mempererat pelukannya.

"U...huk. U... huk." Sepertinya Seulki memang terlalu kencang memeluk tubuh atletis Joongki.

Kalian lihat, kan? Wajah pria itu memerah. Ketara sekali ia tidak mendapatkan oksigen dengan baik untuk mengisi paru-parunya.

Tak lama kemudian wanita paruh baya dengan didampingi sopir pribadinya muncul dibelakang Seulki. Joongki yang menyadari kehadiran tersebut meloloskan diri dari dekapan sang adik kemudian menghampiri sang ibu. Pria itu memeluknya setelah mengenyahkan kacamata yang sedari tadi bertengger sempurna ditempatnya. Wanita yang ia sebut ibu itu mengelus punggung Joongki dengan lembut. Memberikan kesan nyaman yang sudah beberapa tahun ini tak menjamahnya.

"Bagaimana kabarmu, Ibu? Hm... aku merindunkanmu. Sangat merindukanmu, Ibu." Kalimat tersebut Joongki lontarkan seperti anak kecil yang merindukan sang kekasih.

Hal demikian membuat sang ibu gemas terhadap putera yang sudah 5 tahun ini tidak dapat ia lihat secara langsung kecuali melalui sambungan video call.

***

Moon Chaewon, gadis itu masih betah memejamkan matanya menikmati sang hujan. Aroma tanah yang terkena guyuran air memberikan kesan rileks untuk tubuhnya setiap kali ia hidu aroma khas itu.

Drrrrtt... Drrrrtt...

Chaewon membuka kedua matanya perlahan. Lengannya merogoh ke dalam tas untuk mengambil benda persegi panjang yang terus menerus menimbulkan suara ribut.

"Halo, Moon Chaewon disini." Chaewon memulai percakapan.

[...]

"Ah, baiklah. Saya segera kesana. Terimakasih untuk informasinya dan saya benar-benar minta maaf." Wajahnya terlihat tidak enak hati saat berbicara dengan seseorang disebrang sana. Sepertinya seseorang telah berbuat ulah.

Sorot mata Chaewon berubah tajam seolah ingin menyantap seseorang yang namanya sedang memenuhi otak Chaewon. Gadis bernetra teduh itu menengadahkan pandangannya ke arah langit. Hujan masih cukup deras menghujam kota Seoul. Namun, siapa perduli. Chaewon tetap beranjak dari halte yang sudah 30 menit disinggahinya itu meski langit belum memberikan tanda-tanda untuk memberhentikan hujan barang sejenak.

Kiss The RainWhere stories live. Discover now