Chapter 7

265 24 9
                                    

Di tengah kesibukannya memandang ke elokan sang rembulan, seseorang memeluk pinggang Joongki dari belakang. Mata Joongki memicing tajam melihat lengan yang melingkar di tubuhnya. Merasa jijik pada seseorang pemiliknya.

"Bukankah sudah ku bilang kau harus mengetuk pintu sebelum masuk." ketus Joongki pada wanita itu agar melepaskan lengannya dari pinggangnya.

"Siapa yang mengijinkanmu masuk kemari? Apa perlu aku menuliskan sesuatu di depan pintu kamarku. "Tidak berkepentingan di larang masuk!"." Joongki menekan intonasi di akhir kalimatnya.

Gadis itu berkaca-kaca. Perkataan Joongki dengan telak membuat hatinya sakit. Ia hanya berniat untuk menemui Joongki tapi yang terjadi Joongki membuatnya pergi dengan airmata berlinang melalui wajahnya yang semakin hari terlihat semakin mempesona.

***

Ny. Song tengah asik dengan beberapa buah apel yang ia potong dadu di dapurnya. Tiba-tiba suara nyaring Seulki menghentikan aktifitasnya. Ny. Song bingung, kenapa Seulki menangis? Ia pun bertanya gerangan apakah sehingga puterinya yang cantik ini mengeluarkan bulir bening berharga dari mata indanya?

Seulki bergelayut manja di tangan sang ibu dan menceritakan bahwa kakaknya telah malukai hatinya dengan perkataan kasar. Ia hanya berniat menghibur kakaknya yang ia tahu sedang dalam masa kesulitan. Tapi, apa? Iya malah dapat perlakuan yang kurang mengenakkan dari sang kakak.

"Seulki-ya, tidak perlu di tangisi. Kita tahu persis bagaimana watak dari kakakmu. Ia persis seperti ayah kalian." Ny. Song mencoba menenangkan Seulki dan mencoba memberinya pengertian.

"Kakakmu tidak benar-benar marah. Tolong di maklumi. Mungkin ia merasa sedang tertekan karena pernikahannya dengan puteri dari presdir Taesan itu." jelasnya lagi.

"Ibu, aku benci ayah!" ucap Seulki tiba-tiba.

"Kenapa?" Ny. Song membentuk beberapa lipatan di kening pertanda ia sedang bingung.

"Aku membenci ayah karena bersikap seenaknya pada kakak. Ayah pria kejam yang pernah ku temui selama ini." Ny. Song paham betul kenapa puterinya itu bisa berbicara layaknya tadi.

Kita semua sudah tahu bagaimana keras kepalanya Tn. Song. Siapa pun tidak akan ada yang bisa menghalangi dan mencegah keinginannya. Meski pun orang tersebut memohon sambil menangis darah di hadapannya. Sekali pun itu istrinya sendiri.

***

Sudah seminggu ini Joowon hanya mengisi waktu luangnya dengan bekerja. Membantu kakaknya yang bekerja di restoran Park Sihoo. Kakak dari Park Boyoung, teman sekelasnya.

Besok Joowon bisa kembali bersekolah karena masa hukumannya telah usai. Malam ini Chaewoon menyuruh untuk Joowon pulang duluan sementara ia akan lebih lama sedikit di tempat kerjanya. Beralaskan ia harus membantu Lee Jong Suk membereskan dapur. Perkataan Chaewon pun tak di beratkan Joowon. Pria itu bergegas mengganti pakaiannya dan segera pulang.

***

Jam menunjuk ke arah si kembar. Jongsuk masih asik berkelana di dapur dan Chaewon masih setia mengelap meja dengan kain di tangannya. Tak lama ia merasakan seseorang membuka pintu sedangkan ia sudah jelas-jelas memasang tanda 'Closed'.

"Maaf, Tuan. Kami sudah tutup. Anda bisa berkunjung esok hari jika tidak keberatan." Chaewon sedikit membungkuk memberi hormat pada pelanggan yang berkunjung saat mereka sudah tutup.

Kedua halis Chaewon hampir bertemu saat melihat sosok yang datang menghampirinya. Sosok yang tak asing untuknya. Ia ingat akan suatu hal.

"Pria ini… bukankah dia yang memberiku tumpangan seminggu yang lalu? Jangan meragukan ingatanku. Aku memiliki daya ingat yang baik apalagi tentang balas budi." begitu kira-kira isi yang ada di pikiran Chaewon saat ini.

Kiss The RainWhere stories live. Discover now