Richard memandang jenuh kebisingan yang dibuat Arel Abel dan beberapa murid yang lain dikelas. Hari ini cukup menyedihkan dimana jam pertama diisi oleh pelajaran maut yaitu Matematika.
Seperti hari-hari yang lain Azel Arel dan Abel tidak pernah mengerjakan tugasnya. Tapi kali ini karena pelajaran guru tergalak seantero sekolah yaitu-Bu Rondang- mereka terpaksa harus mengerjakannya dari pada mendapat cubitan maut dari guru itu.
"Della pinjem sih buku lo. Jangan pelit pelit ngapa." Teriak Abel kepada Della selaku sekretaris kelas yang juga seorang yang berprestasi dikelas.
"PINJEM SIH. GAK DIBAWA MATI JUGA TU PR" umpat Arel langsung merebut buku dengan beberapa soal yang mempunyai jawaban super banyak itu.
"Ilmu itu dibawa mati, Ogeb." umpat Azel menahan tawanya dia sama sekali tidak memperdulikan pr tersebut karena dia sudah menyimpan beberapa alasan yang logis untuk mengelak dari si galak -Rondang Sihombing.
"Yaudah si Ralatin." ujar Arel dengan wajah cemasnya melihat jawaban dari buku milik Della yang hampir 2 lembar itu.
KRINGG KRINGG ! ! !
"Lah dah masuk taik gue belom selesai!" Abel yang mendengar bunyi bel langsung panik dan menambah kecepatan menulisnya begitu juga dengan Arel dan beberapa murid-murid lainnya.
Azel memandang ria sambil tertawa kecil melihat kedua sahabatnya beribut mengerjakan tugas gila itu. Dari sisi lain justru Kaifa dan Richard tengah berbincang-bincang bersama sesekali mereka berdua tertawa.
"Lah jibang." batin Azel menggerutu diam ditempat duduknya tidak seperti biasa dikarenakan moodnya benar benar ancur sejak tadi pagi.
Bersama iringan bel Bu Eka selaku guru Biologi datang memberikan tugas karena Bu Rondang hari ini tidak masuk dikarenakan ada urusan mendadak sebentar.
Rudi berteriak gembira sambil berjoget joget refleks langsung disambar Bu Eka dengan penggaris mautnya. Sekelas bergidik nyeri akibat pukulan cukup kuat meghantam tubuh ketua kelas itu.
"Eh! bangsul si Rondang gak masuk gegara digigit anjingnya goblok" cetus Azel kepada kedua sahabatnya tetapi terdengar keras membuat seluruh kelas tertawa. akan tetapi Bu Eka yang masih berunding dengan Rudi justru menatap horor bangku paling pojok tempat Azel Arel dan Abel duduk.
Atmosfer kelas berubah 180° gara gara tatapan Bu Eka. "Itu yang belakang kenapa?" Tanya Bu Eka. Arel Abel dan Azel kicep seketika melihat Bu Eka menatap mereka tajam "Rambut kalian diwarnain?" Tanyanya
"Coba maju." panggil Bu Eka sambil menunjuk dengan penggaris yang ia pegang untuk memukul Rudi tadi
"Azel Arel Abel" Bu Eka setengah membentak karena Azel Arel dan Abel tak kunjung berdiri dari tempat duduknya
"Iya Bu Guru, telinga saya masih berfungsi." dengan amat terpaksa Azel berdiri dan diikuti kedua sahabatnya itu
"Kenapa dari tadi ngga maju."
"Kita lagi mencoba untuk menjadi putri solo yang bangun dari duduk dengan beberapa teknik bu." ujar Arel membuat satu kelas tertawa dengan ucapannya itu. Bu Eka semakin emosi melihatnya
"Ngelawan aja terus, ibu pukul juga itu ya mulutnya!"
"Eh! Iya bu ampun ampun, kita ngga ngelawan kok" Arel mengacungkan kedua jarinya
"Ya terus apa?"
"Nggak tau bu, coba saya tanya dulu ya bu sama Bu Marsini persamaan kata melawan itu apa?" Abel menjawab sambil membawa nama guru Bahasa Indonesia yang kemarin tengah jadi bahan tertawaan mereka karena memakai mascara yang berantakan.
YOU ARE READING
TRIPLE A
Teen FictionAzelia Saffayha Milarez, Arelia Khanza Cinamon dan Abelia Florenza Davinci. Pasti kalian mikir mereka kembar kan? bukan kok tenang mereka itu sahabat dari waktu mereka masih didalem rahim ibu mereka masing-masing rumah mereka aja samping sampingan...
