Chapter 16

6.4K 390 36
                                    

Tuesday, 12:30 PM
at Haruno's mansion

Meneguk secangkir teh yang maid Haruno sediakan, Fugaku menatap dua remaja yang saat ini menunggunya berbicara. Keduanya menuntut pria paruhbaya itu untuk membuka suaranya.

Berdehem sejenak, ia melirik Kizashi dan mendapat anggukkan dari sahabatnya tersebut. "Kami perhatikan, hubungan kalian kian membaik."

Fugaku menjeda, membiarkan ayah dari gadis remaja yang duduk di depannya angkat bicara. "Bahkan, kami dengar dari Naruto, kalian sudah benar-benar saling menyukai satu sama lain. Apakah itu benar?"

Sasuke menggenggam tangan Sakura. Menyuruh gadis itu untuk menjawab tanpa adanya keraguan sedikitpun. "Benar,"

Baik Fugaku maupun Kizashi tersenyum puas mendengarnya. Tapi, mengingat berita yang mereka bawa, senyuman itu memudar dari wajah dua orang yang berbahaya dalam bisnis itu. "Tapi, selain menyukai. Kami berharap, kalian harus saling percaya satu sama lain."

Perasaan Sakura mulai tidak mengenakkan sampai saat ini. Apalagi, ini mengenai Sasuke yang tadi mengatakan bahwa orang tua mereka akan mengirim Sasuke ke luar negeri. Mengenai hal itu, hatinya tak mengizinkan kepergian Sasuke dalam jangka waktu lama.

"Sasuke, minggu depan ayah akan mengirimu ke Jerman."

DEG

Ada yang roboh tapi bukan bangunan.

Ketika ia mencoba menguatkan hatinya, kenapa selalu ada hal yang membuat pertahanan itu roboh?

Air matanya mengalir, menuruni pipi putih yang selalu Sasuke mainkan akhir-akhir ini. Ia tak bisa membayangkan, bagaimana hari-harinya tanpa Sasuke kelak.

Ia telah merasa nyaman akan sosok bungsu Uchiha itu.

"Kenapa?" Suaranya yang bergetar berhasil membuat tangan Sasuke merengkuh pundak gadis merah muda itu. "Kenapa harus ke Jerman?"

"Ini permintaan pamannya Sasuke, Saku-"

"Nggak! Sasuke nggak bisa pergi!" Pelukan gadis itu mengerat, seakan tak mau kekasih tercintanya itu meninggalkannya.

Sementara itu, sang bungsu Uchiha hanya menepuk pelan kepala merah muda milik gadisnya. Tak ada yang bisa ia lakukan jika hal ini adalah keputusan sang ayah.

Ia diam, bukan berarti mau. Ia diam, karena ia bingung akan pikirannya, terlalu takut untuk menolak dan terlalu takut jauh dari Sakura.

--

"Jangan pergi, Sas!"

"Aku juga maunya gitu, jagain Kamu. Tapi mau gimana? Aku ga bisa nolak tousan." Mata sehitam elang itu menatap lurus sosok gadis yang telah berlinang air mata.

Tangannya mencoba untuk menghapus air mata itu. Namun, tangan Sakura menepisnya dengan kasar.

Emosinya membuncah saat ini. Kehilangan Sasuke diwaktu dekat ini adalah hal yang paling tak ia inginkan, ia sudah terbiasa akan eksistensi lelaki yang begitu hangat akhir-akhir ini.

Ia membekap mulutnya, berharap isak tangisnya di dalam kamar ini tak didengar oleh anggota keluarga yang ada di luar. Bahkan, ia pasrah saat Sasuke merengkuh tubuhnya, membawa kepalanya menyandar akan pelabuhan dada lelaki itu. Sakura tak tau, air matanya mengakibatkan goresan di hati Sasuke.

Tanpa sadar, kedua orang itu saling menyakiti dengan cara yang tidak disengaja. Tapi, mencoba menyembuhkan luka satu sama lain.

'Sorry,'

Adorable StoryWo Geschichten leben. Entdecke jetzt