Haruskah ???

3.8K 30 8
                                    

Seseorang pemuda berkata.”pikiran wanita itu sulit ditebak”. Namun pernahkah dia berpikir bahwa wanita juga berpikiran yang sama??

~ ~ ~

“hai jomati (jomblo sejati), pasti lagi galau lagi,,” sahabatku, Tiara memandangku dengan seringaian tak dapat kupahami, entah mengejek atau turut berduka. Yang jelas seringaian itu bukan sesuatu yang baik untukku.

“Ra,,,” aku hanya bisa menghela nafas. Tiara pun hanya mengacungkan kedua jari tengah dan telunjuknya membentuk huruf V.

“Ahhh Lauren, berhentilah seperti ini,” ia sangat mengerti aku. Hanya dengan helaan nafasku ia akan langsung mengerti bahwa aku sedang tak ingin diganggu.

“Aku lelah Ra,” lirihku tertahan. Hatiku menangis. Menangis dalam diam. Tiara pasti tau itu. Karena kami saling mengerti.

“Aku juga La,” balasnya lalu merengkuhku dalam pelukannya. Aku senang saat-saat seperti ini. Disaat aku memiliki sahabat untuk berbagi kesedihan walau tak terucap.

“kenapa lagi?” memang, diantara kami yang paling sering galau sendiri tanpa alasan itu aku. Tapi kalau Tiara juga galau itu pasti ada alasannya.

“aku bosan,” hanya dua kata itu aku sudah mengerti.

Tiara dan pacarnya, Nando tak bisa dibilang suatu pasangan. Hubungan mereka acap dibilang aneh. Disaat pasangan lain bersama pasangannya selalu berdua seperti perangko dan surat, lain halnya dengan mereka. Hubungan mereka hanya sebatas di jejaring social whatsapp. Sedangkan bila bertemu hanya menyapa dan seperti dua insan saling kenal tanpa hubungan apa-apa.

“ini sudah yang ke dua puluh dua kali kamu bilang begitu Ra,” desahku lelah. Memikirkan hatiku saja membuatku sedih apalagi hati yang lain.

“Ahh iya, sekarang tanggal dua puluh dua ya? Dan harusnya hari ini aku anniversary sama dia, tapi belum ada seorang pun yang mengucapkan selamat,” aku pun hanya mendengus. Memang. Dari awal aku ingat hari ini adalah hari penting baginya. Namun tidak bagiku.

“haruskah setiap bulan diberi selamat? Haruskah Ra?” tanyaku lirih. Awalnya aku merasa biasa. Tapi lama kelamaan aku merasa ucapan itu tak berarti jika hubungan mereka tak ada artinya dan berjalan datar seperti ini.

“kamu kenapa sih La? Aku juga nggak ngarepin ucapan darimu, toh aku sudah bosan dengannya. Hubungan kami terlalu datar. Hambar. Dan tak ada apa-apa. Aku ingin tantangan La”

“kamu tuh sebenernya masih sayang nggak sama dia? Masih ada rasa nggak? Kalau nggak kenapa masih dipertahanin?” aku mulai bertanya dengan sabar. Tiara itu sangat moody. Disaat orang-orang terdekatnya sedih ia akan turut sedih walau itu tak ada hubungannya dengan dia.

“masih La, tapi aku capek kalau gini terus, kami tuh kayak status tanpa hubungan La,” aku pun tersenyum samar. Disaat seperti ini dia masih sempat-sempatnya membuatku tersenyum. Seenggaknya rasa sedih dihatiku berkurang walau sedikit.

“dari pada hubungan tanpa status, kamu pilih mana?” tanyaku memandangnya lekat-lekat.

“enggak dua-duanya ihh” ia bergidik. Aku pun tertawa. Tiara memang paling tau bagaimana cara menghiburku.

“terus kamu gimana? Ada yang kamu suka nggak disekolah ini?” aku pun mengerutkan dahi. Pertanyaan sama yang entah keberapa ia ajukan padaku.

Dan seperti biasanya pula aku jawab dengan setengah berbohong, “cowok disini nggak ada yang tampan dan menarik.”

“kamu bohong,” dan inilah kami. Kami akan tahu disaat salah satu dari kami berbohong. Dan kami tidak akan memaksa untuk bercerita lebih lanjut.

Cerita singkat langsung -end-Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang