12. There is no other choice

3.4K 226 4
                                    

Happy reading ya!

-------------

Prana terlihat kesusahan menekan beberapa kode apartementnya, seharusnya ia tak akan sesulit ini melakukannya. Namun mengingat digendongannya kini ada seorang gadis membuat ia mau tak mau ini menjadi sedikit susah.

Setelah berhasil menekan beberapa tombol akhirnya pintu apartementnya berhasil terbuka. Pria itu pun langsung memasuki apartementnya. Direbahkannya tubuh gadis dalam gendongannya itu ke atas ranjangnya dengan perlahan.

Pria itu melirik jam tangannya kemudian mendesah pelan. Apa yang harus ia lakukan sekarang? apakah dia harus meninggalkan gadis tak dikenal itu sendirian di apartementnya? tapi mengingat kondisinya yang tidak memungkinkan untuk ditinggalkan, tapi dilain sisi setengah jam lagi rapat dengan para dewan direksi di perusahaannya menuntutnya untuk tidak bisa ditinggalkan.

Lain halnya lagi dengan Gilsha yang bersikukuh memintanya untuk menjemputnya. Padahal Prana sudah meminta Aldo aka sahabatnya memintanya untuk menjeput gadis manja itu. Oh ya Tuhan, mendadak Prana ingin sekali memakan manusia saat ini juga. Ah tidak, bukan begitu... maksudnya pria itu ingin sekali melenyapkan para manusia yang suka sekali merepotkannya.

Diambilnya ponselnya yang berada di saku kemudian mencari salah satu nomer yang menurutnya harus ia hubungi saat ini.

"Halo Pra, ada apa?"

Prana bernapas lega saat panggilannya sudah di jawab, "Bisa tolong ke apartement aku sebentar, Ve. Setengah jam lagi aku akan ada meeting penting dengan dewan direksi."

"Terus gue ke apartement lo mau ngapain, Pra. Lo aja mau meeting, yang benar saja!" kata wanita diseberang sana yang dipanggil Ve oleh Prana.

"Pokoknya kamu harus datang ke apartement aku sekarang! jangan banyak tanya dan jangan lupa panggilkan dokter."

Prana yakin wanita itu pasti akan memakinya habis-habisan setelah ini padanya. Tapi Prana tidak peduli, biar saja itu akan menjadi urusannya nanti. Yang terpenting sekarang dia harus cepat pergi dari sini atau dia akan menerima amukan besar dari sudaranya yang sangat pemarah.

Begitu selesai mengatakan apa yang ia inginkan, lelaki itu langsung mematikan sambungan telepon secara pihak. Pandangannya kini beralih pada gadis yang terbaring di ranjangnya. Tanpa sadar senyumnya terukir mengingat kejadian yang tidak ia duga saat pertama kali bertemu dengannya. Lagi-lagi di lift. Reflek Prana mengusap lengan kanan bekas gigitan Anaya sambil berdecak pelan. Sejenak Prana terpaku menatap wajah gadis ayu yang sedang tertidur pulas.

Gadis yang sangat pemberani, gumamnya pelan sambil menggelengkan kepalanya tak habis pikir. Mengingat meeting penting yang akan di mulai sebentar lagi, seketika Prana langsung bergegas pergi. Semoga saja saudaranya yang pemarah itu tidak mengajaknya untuk berduel dengan argumennya yang sialannya selalu benar.

##

"Gimana Ve, apa kata dokter?"

Veronica berdecak sebal karena lagi-lagi pria yang sudah menjadi sahabatnya selama kurang lebih 8 tahun itu menanyakan hal yang sama. Seperti: Gimana udah sampai belum?, kok lama banget sih nyampainya? kamu naik mobil atau naik cangkang siput, huh!, Nanti kalau dia kenapa-napa bagaimana?, apa kata dokter? dan masih banyak lagi.

Veronica hampir saja ingin mencekik gadis itu kalau saja Pranata si manusia kutub yang terdampar di belahan bumi timur mendadak terkena sindrom penyakit super cerewet dan mengancamnya untuk tidak berbuat yang tidak-tidak.

Siapa sih gadis ini, sampai-sampai membuat sahabat karibnya itu berani menyuruhnya seperti pembantu. Hah, ini rekor terbesar untuk Prana. Pasti gadis ini bukan gadis sembarangan untuk sahabat lelakinya itu.

ENTANGLED HEARTSWhere stories live. Discover now