47. Wrong Love

1.8K 106 4
                                    

"Daddy, can we talk?" Ujar Anaya terdengar tidak percaya diri saat memasuki ruang kerja pribadi Ayahnya yang terletak di lantai dua rumah mewahnya.

Danudayaksa mengangkat kepalanya dari kertas-kertas penting yang sedang dibacanya terlihat berserakan di atas meja. Dilepaskannya kacamata baca yang bertengger apik di hidungnya, lalu diletakkannya diatas tumpukan map di samping tangan kirinya.

Dengan bingung dia berkata, "Ada hal penting apa sehingga membuat puteri Daddy mendadak tiba-tiba ingin menemui Daddy, hm?" Katanya seraya terkekeh guyon. "Apa ini soal pekerjaan?" Tanyanya sambil menatap puteri bungsunya dengan kening berkerut ingin tau.

Anaya yang ditatap Ayahnya sedemikian rupa semakin tambah gelisah, bagaimana jika setelah ia menceritakan perihal masalahnya dengan sang Ayah, beliau menjadi murka kepadanya dan berubah menjadi monster yang sangat mengerikan?

Oh Astaga! Kembalikan pikiran warasmu Anaya, fokus pada masalah utama!

Gadis itu berdehem pelan berusaha menetralkan degub jantungnya yang sedang berpesta pora di dalam rongga tubuhnya. Ya Tuhan..., baru kali ini Anaya merasa tidak bisa berbicara di depan Ayah kandungnya sendiri. Padahal biasanya dia yang paling aktif membicarakan hal apa saja dengan sang Ayah. Tapi untuk kali ini saja, tolong izinkan dia berbicara lancar tanpa gagap sedikitpun yang menyelinginya di depan Ayahnya.

Sekali lagi Anaya menelan salivanya dengan sulit karena mata elang seorang Danudayaksa sedang beratensi menyorot fokus padanya. Astaga, belum apa-apa saja nyalinya sudah melempem seperti kerupuk terkena anginnn...

"Daddy...," Yang diajak bicara hanya menaikan sebelah alisnya menunggu kelanjutan kata-katanya. "Aku--" Anaya memejamkan kedua matanya berharap setelah ia membuka matanya kembali ia sudah hilang dari hadapan sang Ayah.

"Ya?"

"Daddy, apakah aku salah jika aku mencintai pria yang sudah membuat Daddy sangat membencinya?"

"...."

"Daddy, maafkan aku... A-aku-"

"Apakah orang itu berasal dari keluarga Aydan, puteriku?" Suara beratnya terdengar tenang dan datar tapi entah kenapa di telinga Anaya suara itu terdengar seperti nyanyian kematian?

"...." Anaya tidak bisa menjawab. Yang ada di pikirannya sekarang adalah bagaimana caranya agar membuat dirinya sebisa mungkin untuk tidak mendebat apapun kata-kata Ayahnya. Itulah yang dipesankan oleh Eyangnya sebelum ia memberanikan diri menemui Ayahnya yang baru saja pulang dari luar negeri dua hari yang lalu.

"Kamu mencintai orang yang salah, puteriku." Gumam Danudayaksa dengan tegas. Matanya berkilat emosi. Pria tua itu mengatupkan rahangnya dengan ekspresi tidak terbaca membuat Anaya semakin menundukan wajahnya semakin dalam.

"...."

"Tinggalkan dia." Perintahnya yang tidak bisa dibantah. "Apapun yang sedang kau rencanakan putriku, Daddy harap kau tidak akan melawan Daddy."

"Tapi Daddy, dia sudah berubah. Dia baik dan-"

"Baiknya seseorang tidak menjamin dia akan merubah kebiasaan buruknya di masa lalu."

"Daddy aku-"

"...Sejak kapan puteri Daddy berani membantah ucapan Daddy, Nai? Apa karena pria tidak tahu diri itu yang sudah merubah kelinci kecil Daddy menjadi rubah?"

"...." cukup Anaya! Jangan diteruskan. Percuma jika kau terus saja mendebat ego ayahmu, bahkan sampai kau menangis darah sekalipun beliau tidak akan luluh dengan kata-katamu.

"Berani sekali anak itu mengusik kembali kehidupan Danudayaksa, apa dia sudah bosan hidup dengan datang lagi menggangguku?"

"...."

"Katakan padanya jika dia nekad berani mendekatimu lagi, Daddy sendiri yang akan menggantungnya hidup-hidup di atas tiang rumah Mogu(nama sejenis macam tutul ganas yang kandangnya dibuat khusus di halaman belakang).

Bagaimana Anaya ingin meyakinkan ayahnya jika belum apa-apa saja Danudayaksa sudah mengibarkan bendera perang pada Efra. Ini sulit. Sangat sulit. Ternyata Efra muda sudah membuat sikap ayahnya begitu sangat membencinya. Entah apa yang dilakukan Efra pada beliau, sehingga batu besar ayahnya sangat sulit untuk dipecahkan.

Tapi untuk apa ia melakukan semua ini? Mencoba menentang sikap keras kepala ayahnya hanya untuk meyakinkan sang ayah agar beliau mau memaafkan seorang tersangka? Dan benarkah Efra seorang tersangka di masa lalu bagi keluarganya? Dan kenapa mendengar Efra di cap sebagai tersangka atas meninggalnya sang kakak, hatinya berteriak tidak terima?

Dia mencintai orang yang salah!

Benarkah? Apakah dia sedang dibuatakan oleh cinta sehingga ia menutup mata dari segala kenyataan yang dikatakan oleh Ayahnya. Tapi-... Anaya memejamkan matanya erat-erat. Berbagai bisikan tak kasat mata menghujatnya secara terang-terangan.

"Daddy, aku akan kembali nanti." Ucapnya kemudian dan buru-buru beranjak pergi meninggalkan ayahnya yang masih marah padanya.
Ternyata, menyangkal lebih mudah daripada menerima kenyataan.

T
B
C.
____________

Haiii sorry ya aku ngilang lama banget,.. banyak urusan didunia nyata sehingga membuatku hilang sementara dari dunia orange...*alasan

Sebenernya itu bukan kemauanku, but... mau bagaimana lagi,setelah lama menghilang dan gak pernah nulis aku jadi kena penyakit M alias Malas.hufhuf

Ini aja aku paksain nulisnya, maaf ya kalo part ini feelnya amblas tak bersisa...mueheee😊😆 insyllh aku bakal aktif lagi mulai hari ini...*beritepuktangan😅

Happy reading ya semoga sukha...
30juli2017.20.00

ENTANGLED HEARTSTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang