2. Bertaruh Hati

73.4K 3.3K 75
                                    

Akhirnya acara resepsi yang hanya dihadiri keluarga, dan rekan-rekan dekat kedua mempelai selesai juga. Hari yang melelahkan, bahkan Ardi merasa tidak pernah merasa selelah ini saat sedang jaga di rumah sakit. Ia akhirnya mengerti kenapa teman-temannya di RS memperingatkan agar Ardi menyiapkan staminanya. Sesederhana apa pun pernikahan, agaknya akan selalu melelahkan terutama untuk mempelai. Diam-diam Ardi menghela nafas. Rumah Zia, yang menjadi tempat akad sekaligus resepsi pernikahan akhirnya sepi dan hanya menyisakan kedua keluarga yang baru saja menjadi besan.

Mereka duduk di ruang keluarga yang masih berantakan dengan sisa-sisa pesta. Ngobrol ngalor-ngidul sampai tidak terasa hampir tengah malam. Ardi melirik Zia yang duduk di sampingnya, mengamati gadis itu yang sepertinya sudah tidak nyaman dengan pakaian pengantin yang masih dikenakannya, raut lelah juga terlihat jelas di wajah gadis itu saat ini.

"Semuanya, aku pamit ke kamar duluan ya," ucap Ardi setelah dirasa memiliki cela. Setelah berjam-jam tertahan menemani orang-orang itu mengobrol akhirnya Ardi memberanikan diri untuk menyela. Ia sudah benar-benar lelah hari ini, jadi tidak ada salahnya kan undur diri? Lagi pula istri kecilnya sepertinya merasakan hal yang sama, hanya saja gadis itu terlihat tidak tahu bagaimana mengatakannya di hadapan para tetua.

"Nah penganten baru udah nggak sabar nih pengen masuk kamar," papa Ardi terkekeh, melirik putranya penuh maksud yang justru ditanggapi Ardi dingin. Itu sama sekali tidak lucu, tapi entah mengapa orang-orang yag duduk di ruangan itu justru tertawa, termasuk Zia yang lebih terlihat memaksakan tawanya.

Ardi berusaha tersenyum menanggapi gurauan keluarganya, namun memilih untuk tidak berkomentar. Lebih baik ia segera menyingkir dari sana, mandi dengan air hangat lalu tidur di ranjang yang empuk. Dengan membayangkannya saja Ardi sudah tidak sabar bergelung dibalik selimut, meski entah ranjang Zia yang Ardi maksud itu empuk atau tidak ia tidak benar-benar tahu sebelum melihat dan merasakannya sendiri.

Melangkahkan kaki ke lantai dua rumah Ayah mertuanya, Ardi sebenarnya tidak tahu pasti di mana kamar Zia. Tapi toh akan terlihat dengan dekorasi ala penngantinnya bukan? Itu bisa menjadi petunjuk yanh cukup untuk Ardi.

"Loh Zia kok masih di sini? Udah sana kamu juga masuk kamar gih," suara Ayah mertuanya membuat Ardi menghentikan langkah, menoleh menatap Zia yang masih duduk dengan wajah menunduk, gadis itu terlihat gelisah meremas kedua tangannya sendiri.

Tidak lama Zia bangkit dan berjalan mendahului Ardi, tidak ia dengar Zia mengatakan apa pun saat melewatinya. Membuat Ardi hanya bisa mengekor di belakang Zia mengikuti, tentu saja diiringi suara-suara yang masih bisa Ardi dengar dalam langkahnya.

"Apa Zi nggak apa-apa ya, Yah?" Itu suara Kak Veli, Ardi dengan yakin menerkanya.

"Dia hanya gugup Ve, nanti juga terbiasa. Malah mungkin bahagia bisa menikah muda."

Ayah tertawa ringan diikuti yang lain. Membuat Ardi menghela nafas tertahan. Hatinya perlahan mengukir perasaan bersalah, mengumamkan maaf berkali-kali dalam hati. Sebelumnya Ardi tidak ingin merasa begitu, toh ia pikir pernikahan tanpa rasa yang dijalaninya bukan salahnya. Ardi hanya menuruti keinginan sang Papa yang mendesaknya untuk segera berkeluarga, permintaan yang sudah bosan Ardi dengar sejak beberapa tahun lalu. Dan alasan serupa yang Ardi tahu tentang Zia yang menerima lamarannya.

Sebelumnya Ardi tidak pernah tertarik dengan komitmen. Pria satu itu hanya ingin mementingkan karir dokternya tanpa pernah berpikir untuk berkeluarga. Tapi melihat papa begitu cemas dengan masalah percintaannya membuat Ardi tidak punya pilihan ketika mendengar permohonan orang tua tunggal yang kini dimilikinya itu. Ardi tidak pernah dibebani permintaan Ibu yang tidak pernah dilihatnya secara langsung, jadi ia tidak akan pernah menyia-nyiakan kesempatannya untuk menuruti semua kehendak papa yang seorang diri merawatnya sejak ibunya meninggal bersama kembarannya dulu.

Disguise... [END]Where stories live. Discover now