Case 6 - a

5.9K 870 116
                                    

Ken kembali ke apartement dengan gusar. Pembicaraan dengan papa mertuanya tadi, jelas mengusik ketenangannya. Permintaan Tristan agak mustahil dia lakukan terutama saat dia menatap wajah Rein yang tersenyum menyambutnya.

"Hai sayang," sapa Ken yang kemudian mencium Rein.

"Anak-anak sudah tidur ya? Maaf aku pulang terlalu malam, kamu sudah makan duluan kan?" lanjut Ken lagi.

"Sudah tidur satu jam lalu, aku juga sudah makan kok. Kamu mau makan? Aku buat soto betawi, ada cupcake yang tadi dimina Zain juga kalau kamu ga mau makanan berat."

"Aku mau sotonya... laper, tadi belum sempat makan," jawab Ken

"Aku hangatkan dulu ya.... " Rein bergegas beranjak ke dapur setelah mengecup ujung hidung Ken sekilas.

Ken tersenyum. Melihat Rein, bahkan hanya sekilas saja selalu mengembalikan suasana hatinya yang kadang suram menjadi jauh lebih baik. Dia beranjak ke kamar, mandi dan berganti pakaian kemudian beralih ke kamar putrinya. Memperhatikan mereka tertidur kemudian mengecup kening keduanya.

"Yah..." tegur Grace yang tiba-tiba terbangun saat Ken hendak keluar kamar.

Ken menghentikan langkahnya, kembali ke sisi tempat tidur Grace.

"Kok anak ayah bangun? Tidur lagi sayang... besok sekolah, kan?" bisik Ken sambil mengusap pelan rambut anaknya.

"Grace kangen ayah...."

Ken kehabisan kata-kata. Kadang rasanya miris sekali, dia sibuk memperhatikan orang lain, namun jarang memiliki waktu dengan keluarganya.

"I miss you too, Gracie...." ucap Ken dengan suara tercekat.

"I'm scared... boleh aku nyalain lampu?"

"Kalau lampunya nyala, nanti Shane bangun. Kamu tahu kan dia ga bisa tidur kalau lampunya nyala," bujuk Ken sekaligus mengingatkan alasan kenapa mereka hanya menempelkan beberapa stiker berbentuk bintang yg bisa glow in the dark di dinding dan langit-langit kamar sebagai alat bantu penerangan.

"I know...."

"Ayah temani sebentar ya... don't be afraid. No monsters under the bed. I'm gonna look after you, Gracie... sleeppppp...." bisik Ken sambil mengusap-usap kening Grace dan menyenandungkan lagu sampai dia tertidur pulas.
----------

"What took you so long?" tanya Rein saat Ken keluar dari kamar anak-anak.

"Grace bangun. Tapi udah tidur lagi."

Rein tersenyum, mengecup pipi Ken ringan. "Makan, Sayang...."

"Thanks, Rein."

Ken pergi ke meja makan ditemani Rein yang sekarang sibuk berkutat dengan laptopnya.

"Your project?" tanya Ken di sela-sela kunyahannya.

"Ya... masih ada beberapa perbaikan lagi. As usual, Angkasa orangnya detail banget."

Ken diam, tak mengganggu Rein lagi dengan pertanyaan-pertanyaan lanjutan. Lagipula dia juga sedang disibukkan dengan pikirannya sendiri.

Kondisi jantung mertuanya tidak baik. Harus operasi secepatnya, namun Tristan meminta Ken untuk merahasiakannya. Berapa lama dia sanggup merahasiakan hal ini dari Rein dan juga Zain? Sepertinya dia tak akan sanggup.

Penyumbatan otot jantung. Pembuluh darah koroner mengalami penyumbatan di beberapa bagian. Harusnya bisa ditangani dengan operasi bypass. Namun ada beberapa masalah lain.

Tristan punya penyakit lama, pembengkakan vena varikosa, jadi vena kaki tidak bisa digunakan sebagai graft. Lalu ada komplikasi nefropati diabetik (gangguan ginjal karena kondisi tingginya kadar gula darah yang berlangsung lama). Karena ada kemungkinan harus dilakukan dialisis (cuci darah), pembuluh nadi tangan juga tak bisa digunakan. Graft yang digunakan hanya ada tiga. Dari arteri torasik internal (nadi dada bagian dalam kiri dan kanan) dan arteri gastroepiploik (nadi jala besar lambung kanan).

Doctors in Blue Where stories live. Discover now