Bab. 1 The First Love

222 9 2
                                    

Seseorang akan semangat tiba-tiba di suatu tempat karena satu alasan. Begitupun dengan aku juga.. Aku sudah menunggu 15 menit di halte tapi apa yang ku tunggu tak datang juga. Sudah jelas bagaiman keadaan ku saat ini, wajah pucat, badan kedinginan.. Sebenarnya aku tidak salah juga, biasanya bus akan datang sekitar jam 06:25 dan sekarang sudah 06:30.. Bus terlambat 5 menit.. Arrggh ayolah bis di-

Bip.. Bip..
Aku tersadar dari lamunan ku ketika apa yang aku tunggu datang juga. Dengan wajah cemberut bercampur senang aku naik dalam bus.
Seperti biasa, dalam bus ini hanya beisikan 4 orang. Rika, dwi, laras dan imam. Aku segerah duduk di kursi nyaman ku yang berada di sebelah kiri, 3 bangku dari pintu di dekat rika..

"neng nada nunggu lagi yah? " kata bang ucup seraya aku duduk..

"iya bang. Lambat lima menit" balasku manyun. Yang bertanya hanya terkekeh geli..

"nunggu berapa menit lagi? 30 menit, 25, oh 1 jam??" ucap rika yang melepaskan pandangan hpnya ke arah ku..

Semua yang ada dalam bus terkekeh yang membuatku tambah manyun. Itu memang kebiasaan ku. Menunggu lebih cepat. Tapi ingat, aku melakukan karena satu alasan.

Selama perjalanan, bus yang tadi berisikan 4 orang mulai bertambah. Dan itu membuatku tambah gugup selama perjalanan. Itu berarti waktu aku berhadapan dengan dia sebentar lagi and now, bus berhenti di tempat haltenya. Dengan lirikan mataku aku menatap seseorang yang mulai menampakan wajahnya di pintu berjalan menuju ke tempat duduk kesukaannya, di depan ku. Tempat duduk di busway ini saling berhadapan, otomatis aku pun menatapnya juga.. Hahaha ini alasan ku sebenarnya dari awal, aku berangkat cepat agak tidak ketinggalan bus dan alasan aku mengatakan kursi kesukaanku. Tidak melihat wajahnya 1x membuat ku rugi.. Oh wahyu airlangga..

Selama perjalanan, ini yang aku lakukan. Menatap dalam diam, mata yang tertutup membuatku leluasa menatapnya. Tiba-tiba kelopak matanya bergerak, otomatis aku menunduk mencegah aku kepergo menatapnya..

"ehm, kamu nada kan? " suara berat mengalun di telingaku, otomatis aku mengangkat kepalaku Menatapnya. Serius dia bertanya padaku?? Omg.

"hey"ucapnya lagi membuat aku tersadar dari lamunan ku. Bodoh, kenapa aku memasang wajah bengong tadi..

"ii-ya, saya nada" ucapku gugup.

"kamu di ajarkan sama bu inggrid? Boleh kan aku minta kisi-kisi soal ujian bhs. Indonesia? " oh aku kira dia akan mengajak ku berkenalan. Tapi sudahlah, mungkin dia akan berbasa basi padaku..

"iyaa, akan aku kasih kan. Tapi kata bu inggrid kita harus meminta dengan anak ips soalnya guru kita berbeda." Dia hanya mengangguk-angguk. Aku dan dia anak ipa tapi beda kelas, dia XII ipa 2 sedangkan aku XII ipa 4.

"oh iya, rika kamu punya kisi-kisi bhs gak? " tanyaku pada rika. Kebetulan dia anak ips.

"aku punya. Nanti aku lihatkan."ucapnya menatapku.

"rika boleh kah aku meminjamnya sekarang? Aku butuh. " wahyu menatap rika menampilkan wajah senangnya. Aku bengong menatap wajahnya. Ini membuatku gila.

"oh tentu" ucap rika seraya menyimpang Hpnya dikantong dan mengambil tasnya untuk mengambil buku.

"ehm bolehka aku meminta nomor hp kamu? " aku dan rika bengong mendengarnya. "aku tidak tau kapan aku mengembalikannya, jadi mungkin aku bisa menghubungimi" ucapnya lagi. Rika hanya mengagguk dan menulis no. nya di buku yang akan di berikan ke wahyu. Sebenarnya aku yang meminjam duluan, tapi yah sudahlah.
Selama perjalanan kami berbincang-bincang. Bukan aku sih, tapi wahyu dan rika. Aku hanya wanita yang suka mendengar daripada berbicara. Menatapnya saja cukup buatku..

****

Istirahat sudah usai, tapi aku sangat malas keluar jadi aku berdiam diri di kelas. Rasa kantuk menyerangku membuatku ingin tidur. Aku memejamkan mata dan mulai berkhayal indah.

Halte Love StoryTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang