Aletta : Membangkang Lagi

70 6 7
                                    


Di sini senang, di sana senang ...
Di mana-mana hatiku senang ...

Entah kenapa sejak pulang dari Blind Date yang di susun mama, hatiku terasa sangat senang. Rasanya aku ingin melompat ke dalam kolam renang lalu menyelam dengan gaya berang-berang. Ah entahlah, aku tidak tahu lagi bagaimana mengambarkannya. Sekarang aku merasa bersyukur atas acara perjodohan ini. Kenapa tidak dari dahulu saja aku bertemu laki-laki yang cocok untuk dijadikan kekasih?

Aw ... menyebutnya kekasih sudah membuat jantungku berdetak lebih cepat. Rasanya seolah-olah di dalam sana ada sebuah bazar murah dengan diskon mencapai 90% untuk berbagai barang branded yang dipenuhi wanita-wanita gila. Aku tidak tahu harus ngomong apa lagi, yang pasti sangat bahagia.

"Sayang, udah selesai kencannya?"

"Pilihan Mama tidak pernah salah kan?" Saat aku akan membuka pintu depan rumah, ternyata mama sudah lebih dahulu membukanya diikuti rentetan pertanyaan. Sepertinya mama memiliki indra keenam bisa tahu timing yang pas untuk membuka pintu.

Aku hanya tersenyum dan mengedipkan sebelah mata ke arah mama. Mata mama tampak berbinar dan memancarkan aura bahagia melihat ekspresi yang aku tunjukkan. "Kok kamu malah senyam-senyum sih? Jawab dong pertanyaa Mama!" Mama merangkulku dan mengiring ke dalam rumah menuju sofa di ruang tamu.

Apa aku harus cerita ke mama? Sebaiknya jangan dulu. Mama kan ember, bisa-bisa Kak Embun tahu dan pulang hanya untuk mengganggu kesenanganku. Jika ada orang yang tidak dapat mengerem mulutnya dan selalu ingin membeberkan segala rahasia tentang adiknya, maka Kak Embun lah orangnya. Kadang-kadang aku berpikir apakah mama saat hamil Kak Embun dulu ngidam makan burung beo ya? Membayangkan mama makan burung beo rasanya membuatku mual saja. Entah kenapa pikiranku masih belum ingin menceritakan kejadian tadi ke mama.

"Aletta, kamu kok malah diam aja sih? Jawab dong pertanyaan Mama! Mama kan juga pengen tahu pertemuan tadi." Mama mengerucutkan bibirnya karena kesal, aku hanya bisa tersenyum melihat tingkah mama yang memiliki sifat kepo tingkat akut ini.

"Mama kepo ah, pengen tahu urusan anak muda aja. Mending Mama ke dapur buat masak, bentar lagi papa pulang lo! Nih liat udah jam 17.00," kataku sambil mengarahkan jam tanganku ke mama lalu berdiri untuk pergi ke kamar.

Sepertinya mandi kembang sangat bagus saat ini. Entah kenapa aku pengen banget mandi kembang agar aura kecantikanku muncul lagi dan dia akan melirik ke arahku nantinya. Ahh, sepertinya aku harus cepat melaksakannya sebelum aura ini hilang dari tubuhku.

"Ma, Letta mau mandi dulu, pengen berendam. Kapan-kapan deh Letta cerita ke Mama, tapi jangan kasih tahu Kak Embun dulu, oke?" Aku mengarahkan tanganku membentuk huruf O ke arah mama sambil mengedipkan sebelah mata saat sudah berada di undakan tangga. Mama tertawa melihat tingkahku. Ya, mau bagaimana lagi. Aku memang jarang kelihatan tertarik sama laki-laki, sampai-sampai mama menyusun rencana perjodohan. "Oke Sayang, mandi yang bersih kalo perlu mandi lulur di tambah mandi kembang biar aura kecantikan kamu lebih keluar dan bikin dia tambah kepincut." Mendengar ucapan mama membuat aku tertawa, bisa terlihat isi pikiran mama tidak jauh dari yang aku pikirkan. Ternyata memang benar buah jatuh tidak jauh dari pohonnya.

****

Tampak jam di dinding kamarku sudah menunjukkan pukul 7 malam. Sepertinya sebentar lagi waktu makan malam. Aku harus keluar kamar jika nantinya tidak ingin mendengar teriakan si Nyonya rumah. Katanya makan malam merupakan family time dan tidak boleh dilewatkan oleh siapa pun, bahkan mama tidak segan-segan menarik paksa papa jika masih bekerja di ruang kerjanya atau menendang kakak dari depan komputer karena keasyikan main game saat masih lajang dulu, walaupun sekarang sudah menikah, kebiasanya belum berubah.

You've reached the end of published parts.

⏰ Last updated: Feb 02, 2017 ⏰

Add this story to your Library to get notified about new parts!

Write A Love (Re-Publish)Where stories live. Discover now