Kembali Si Siang-ho berkata, "Sejak dilahirkan hingga detik ini, aku belum pernah menjumpai setan atau iblis, kalau memang bisa bertemu setan iblis, kenapa aku harus lewatkan kesempatan baik ini?"
Tu Siau-thian hanya tertawa getir tanpa menjawab.
Si Siang-ho berkata lebih jauh, "Seandainya kau benar-benar jadi setan gentayangan setelah mati nanti, jangan lupa, datang dan carilah aku terlebih dulu."
Menghadapi perkataan semacam ini, Tu Siau-thian tidak bisa berbuat lain kecuali tertawa getir.
"Silahkan!" kembali Si Siang-ho berkata.
Tu Siau-thian segera mencabut keluar goloknya sementara tubuhnya masih berdiri tegap dihadapan meja.
Suara dengungan nyaring bergema lagi dalam ruangan, beberapa ekor Laron Penghisap darah terlihat menempel di atas tubuh golok.
Tidak lama kemudian seluruh golok itu sudah dipenuhi oleh laron laron yang hinggap disitu, kini golok tersebut telah berubah jadi sebilah golok laron. Tidak kuasa Tu Siau-thian merasa hatinya bergidik.
Mendadak dia membentak nyaring, dengan menyalurkan tenaga dalamnya ke pergelangan tangan kanan, dia lepaskan beberapa kali bacokan ke tengah udara.
Bentakan yang keras dalam ruang penjara yang tertutup rapat kontan saja menimbulkan suara pantulan yang amat nyaring.
Seketika itu juga laron Laron Penghisap darah yang menempel di atas golok itu tersentak kaget dan beterbangan di angkasa.
Ketika Tu Siau-thian menarik kembali senjatanya, bercak darah telah menghiasi mata golok tersebut.
Rupanya diantara ayunan goloknya tadi, ada berapa ekor Laron Penghisap Darah yang terpapas oleh senjatanya, darah laron kontan saja menodai mata goloknya, darah segar berwarna merah!
Bau busuk yang memuakkan segera berhamburan di udara dan menyelimuti seluruh ruangan.
Tu Siau-thian tidak berani berayal, sinar matanya tidak pernah bergeser dari wajah Si Siang-ho, dia kuatir musuhnya melancarkan serangan bokongan, sebab saat seperti itu merupakan kesempatan yang sangat baik baginya untuk menyerang.
Tapi Si Siang-ho seakan tidak pandai manfaatkan kesempatan, atau mungkin dia punya rencana lain yang jauh lebih hebat, pada hakekatnya dia tidak pandang sebelah mata pun terhadap Tu Siau-thian.
Dia menunggu terus sampai Tu Siau-thian menarik kembali goloknya, kemudian baru menegur sambil tertawa, "Ternyata ilmu silatmu hanya begitu saja ...."
Tu Siau-thian membungkam, tapi kewaspadaannya semakin di tingkatkan.
Tiba-tiba Si Siang-ho menarik kembali senyumannya, diiringi bentakan nyaring dia mengayunkan tangannya ke depan, keranjang bambu yang semula digenggamnya itu tahu tahu sudah disambitkan ke arah lawan.
Tu Siau-thian mendengus dingin, goloknya sekali lagi membabat ke muka.
"Sreeet!" keranjang bambu itu seketika terbelah jadi dua.
Bunga berwarna kuning yang berada dalam keranjang bambu itu segera berceceran di udara dan menimpa kepala Tu Siau-thian, bau harum semerbak memenuhi seluruh ruangan.
Si Siang-ho ternyata tidak bohong, bunga itu memang makanan utama kawanan Laron Penghisap darah itu, sebab ketika bunga-bungaan itu berguguran ke bawah dan menimpa tubuh Tu Siau-thian, kawanan makhluk itu langsung menyerbu ke depan dan berebut bunga-bungaan tersebut.
Buru-buru Tu Siau-thian mundur ke belakang, dia tidak ingin menjadi mangsa makhluk menyeramkan ini.
Si Siang-ho membuang sisa keranjang bambu yang ada di tangannya, kemudian dia mulai bergeser lagi merangsek maju ke depan.

YOU ARE READING
Laron Penghisap Darah - Huang Ying
General FictionSetiap huruf yang tertera nyaris meliuk tidak beraturan, seakan si penulis surat sedang tercekam rasa takut dan ngeri yang luar biasa, demikian takutnya hingga batang pit juga tidak sanggup digenggam kencang. Mungkin semuanya adalah sebuah kenyat...