Part 4 - Ketika Semuanya Terjadi

1.2K 64 7
                                    

Hari yang paling dinantikan para personil Dhiren band pun akhirnya tiba. Segala bentuk persiapan telah mereka lakukan jauh sebelum acara itu berlangsung. Pergantian personil pun tak lantas menjadi suatu halangan dalam persiapan mereka menuju acara puncak.

Pagi-pagi sekali, 2 mobil yang dikendarai personil Dhiren mulai meninggalkan pelataran rumah Esa. Athar yang saat ini berada di dalam mobil Indra bersama Zay sedikit merasa tak dianggap. Bukan tanpa alasan. Kedua orang yang sedang kasmaran itu tengah beradu rayuan maut masing-masing. Bukan pula maksud hati untuk iri karena ia yang masih sendiri, tapi lebih kepada jengah. Angan-angan untuk tidur tenang dalam mobil pun sirna. Satu kesalahan yang dilakukan Athar pagi ini adalah memilih satu mobil dengan para flamboyan ini.

"Yang, nanti kamu nonton kan? Kau tau, aku menyiapkan penampilan special untukmu." Celoteh Indra pada pacarnya melalui earphone. Terlihat pula beberapa lembar foto seorang gadis cantik yang tertempel di beberapa sudut mobil. Indra ini semacam tak sadar umur jika dia bukan lagi remaja yang baru saja lulus sekolah.

"..."

"Kau tak perlu khawatirkan itu. Meski kau tak bisa live, tapi aku akan pastikan jika kostumku nanti bukan kostum yang kurang bahan hehe."

"..."

"Hei! Fokus nyetir, Ndra. Aku tak ingin mati muda karena kecelakaan saat satu mobil denganmu." Ujar Athar sinis saat mobil Indra sedikit tak terkendali tadi.

"Tenang aja mas. Slow aja lah. It will be fine, okay."

"Itu tadi suara mas Athar ya? Udah mas jangan marah-marah mulu ntar cepet tua lho." Terdengar suara peremppuan dari bangku belakang.

"Maklumin aja, Jani, dia kan emang udah tua hehe." Ujar Zay pada pacarnya lewat videocall.

"Jan, please ajarilah pacarmu itu untuk bersikap sopan pada yang lebih tua." Teriak Athar yang disetujui pula oleh Indra.

"Aku sudah lelah menasehatinya. Biarkan dia melakukan apa yang disenanginya hehe. Anggap saja itu panggilan sayang pacarku buat kalian. Sudah dulu ya. Semangat untuk kalian."

"Sama sekali tak bisa diharapkan." Gerutu Indra dan Athar bersamaan.

...

Sesampainya di lokasi acara, rombongan Dhiren's langsung disambut histeria penggemar yang kebanyakan perempuan. Mereka—penggemar—memang sudah sengaja menunggu kedatangan idolanya. Namun, teriakan itu sempat terhenti sejenak ketika melihat seseorang yang cukup asing bagi penggemar. Bahkan bisik-bisik tentang siapa dia dan apa yang dilakukan orang itu mulai terdengar.

"Kami akan memperkenalkan dia pada kalian ketika di atas panggung nanti. Terimakasih sudah menunggu ya." Athar angkat bicara kemudian tersenyum dan berjalan menuju ke sebuah ruangan di belakang panggung.

Tak jauh dari sana nampak seseorang yang terus menatap sinis ke arah Athar. Sesekali alis orang itu bertaut, menandakan keraguan akan seseorang yang tengah ditatapnya.

"Menggelikan. Bahkan tak pernah terlintas dalam benak jika dia akan menjadi pesonil band seperti itu. Pilihan yang menggelikan Ararya. Pensiun menjadi agent dan memilih profesi semacam itu. Cih... pengecut!"

Pria yang menatap Athar dengan sinis itu bermonolog dengan dirinya sendiri. Secara perlahan ia menarik sebuah senapan dari balik jaket yang dikenakannya. Senapan yang begitu disayanginya. Senapan yang sama dengan yang ia gunakan untuk membunuh Arya 3 tahun lalu. Meski sayang, Arya berhasil lolos dari peluru panas itu. Mencoba memastikan arah tepat ke arah panggung, lelaki itu tersenyum puas. Lokasi yang dipilihnya strategis.

SECRET AGENTWhere stories live. Discover now