Last Chapter: The Vision

7 3 1
                                    

Natali terdiam melihat pisau yang terletak di meja. Pisau yang diberikan oleh orang itu. Perlahan lahan diambilnya pisau itu, lalu dia memandang foto yang terpampang didepannya itu.

".... akan kucari kau sampai ketemu..."

.

.

Gadis itu melihat ke pemuda yang tengah berdiri dari kejauhan. Senyuman kecil menghiasi wajah pemuda tersebut.

"...Mikaelis..?" Ucap Natali perlahan. Kakinya pun melangkah maju untuk mendekati pemuda tersebut. "Mikaelis! Kamu dari mana saja?! Aku khawatir sekali!" Lanjutnya lagi.

Tiba tiba angin berembus dengan kencang, membuat Natali tidak bisa mendekati pemuda tersebut. Saat itu juga, sesuatu seperti serbuk cahaya kecil mulai mengelilingi pemuda tersebut, membuat tubuhnya menghilang perlahan. Natali yang semakin panik berusaha untuk melangkah, namun angin menghalaunya.

"Mikaelis!!" Teriak Natali sambil melihat pemuda tersebut, namun matanya terbelalak melihat sosok pemuda itu.

Dia bukan Mikaelis.

Warna rambut dan matanya pun berubah, menjadi orang yang begitu dikenalnya.

Dia.. pemuda itu.

Pemuda itu hanya tersenyum hangat, sampai akhirnya tubuhnya menghilang menjadi seberkas cahaya kecil yang kemudian ikut menghilang.

".... NATHAN.....!!"

Deg. Natali dengan cepat membuka matanya, namun suasana terlihat masih buram karena Natali masih belum sepenuhnya sadar. Lambat laun, penglihatannya membaik, dan terlihatlah keadaan yang putih. Kepala Natali dengan perlahan menoleh kesegala arah, mencari dimana dia sekarang. Dia pun mengaduh kecil saat dia berusaha untuk bangun, namun tidak bisa karena tubuhnya sangat lemas. Natali merasakan nyeri di tangan kanannya, dan diapun melihat jarum bius tertancap di punggung tangannya.

"....Rumah.... sakit..?"

****

Ria tersenyum bahagia sambil menyodorkan sepiring kecil berisi beberapa potong apel segar. Natali yang sudah bisa duduk dengan perlahan menerima piring tersebut dan memakan potongan apel tersebut perlahan.

"Syukurlah Natali sudah baikan. Kami sempat khawatir kepada anda." Ucap Ria perlahan.

"Ria.. apa yang terjadi... kepadaku?" Ucap Natali perlahan setelah dia menelan apel dimulutnya.

"Natali tiba tiba jatuh pingsan saat sedang membantu kami membersihkan halaman belakang. Dokter mengatakan karena Natali terlalu kelelahan." Jelas Ria perlahan. "Imun Natali sedang dalam sedikit gangguan, jadi Natali belakangan ini mudah sakit."

Natali pun mengangguk perlahan. Hal terakhir yang dia ingat adalah menyapu halaman belakang, dan akhirnya gelap total. Itu saja.

Kreekk. Pintu kamar terbuka perlahan, dan seseorang perlahan lahan memasuki ruangan tersebut. Ria langsung menoleh kearah pemuda tersebut.

"Nathan! Kau datang disaat yang tepat." Ucap Ria sambil tersenyum, sedangkan Nathan hanya tersenyum sambil membawa sebuket bunga.

"Natali, syukurlah kamu baik baik saja." Ucap Nathan sambil tersenyum. "Aku khawatir kalau kamu kenapa kenapa, tapi syukurlah tidak begitu parah." Lanjutnya lagi.

Perlahan lahan Natali melihat Nathan dan membalasnya dengan senyuman juga.

"Ah.. terima kasih karena sudah khawatir.." ucap Natali perlahan sambil tersenyum. Namun tidak lama kemudian, senyumannya memudar dan matanya terbelalak.

PretendTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang