One

97 5 0
                                    

"Siapa kau? Kenapa diriku begitu ingin membantumu?"- Ender

Author's POV

"Tidak lagi, sudah cukup semuanya. Sampai di sini saja kita akhiri. Apa yang perlu kita bahas lagi? Semua ini tidak pakai hati kan? Hanya materi, iyaa? Munafik..".

Pertengkaran itu berlangsung cukup lama. Semuanya terjadi tatkala mereka baru saja pulang bekerja. Anak semata wayang mereka tak sengaja melihat itu semua. Ia tak habis pikir dengan orangtuanya itu. Sebulan terakhir,mereka tak pernah absen untuk saling melontarkan cacian dan makian. Apa mereka tak merasakan kehadiran anak mereka? Mereka juga sepertinya tidak memikirkan apa dampak semua ini. Seolah apapun yang anak mereka rasakan, mereka sama sekali tak peduli.

Natasha's POV

"Terus aja, gak usah berhenti. Kenapa sih mereka tuh? Peduli gak sih sama gue? Bosen gue denger mereka ngoceh kek gitu tiap harinya. Pisah sekalian, gak usah pake acara drama-dramaan, cape enggak sih?".

Papa pergi setelah membanting pintu rumah. Sedangkan mama, hanya terduduk sambil menatap kosong ke arahku. Yap, dia baru saja menyadari keberadaanku. Kemana aja sih dari tadi? Udah ngocehnya? Bodo amat gitu yak sama gue, anaknya?? Bagus..

"Sha, dengerin mama dulu. Jangan ke mana-mana Sha. Mama mau bicara", sahutnya.

"Gak perlu", ujarku.

Aku berlari keluar dari rumah horor itu. Semakin lama berlari semakin melambat pula lariku ini. Sampai aku tiba disuatu tempat yang sepi. Tepatnya, sangat sepi. Who cares? Ya kan?

Hujan menyertai rasa yang saat ini tak ingin terasa sama sekali olehku. Malam ini, hujan turun sangat deras menemani ribuan tetes air mata yang terjatuh dari pelupuk mataku. Siapa sangka jika hujan akan turun? Aku tak peduli. Tak mungkin disaat seperti ini aku sibuk memikirkan ramalan cuaca? Bego yang gitu mah.

Aku membawa sedikit uang disaku jaketku. Handphone, uang dan headsetku entah dimana sekarang. Aku benar-benar tak bisa berpikir jernih. Yang terpikirkan hanya satu, gue LAPER!!!

Aku memutuskan untuk membeli makanan ke supermarket sekitar sini. Tak perlu jauh-jauh aku mencari. Dan bodohnya aku, supermarket itu ada di depan mataku, namun mengapa aku tak melihatnya tadi? Sudah kubilang, aku tak bisa berpikir karena LAPAR...

Mungkin sandwich, susu dan beberapa cemilan bisa mengisi perutku ini. Memang seadanya, yang penting gue kagak kelaperan kek gemvel. Dan bagusnya, semakin malam semakin deras hujan yang turun. Bisa-bisa aku kebawa arus banjir -duh mikir apa sih gue?-

Hingga aku tersadar, seeeorang memperhatikanku.

***

Ender's POV

Gue ngeliat seorang gadis berkupluk sedang asyik makan padahal di sini hujannya sangat deras -bego kali ya tuh anak?- dan air selokan pun meluap. Tapi, sepertinya dia tak peduli akan hal itu. Dia seperti baru selesai makan karena di samping tempatnya, sampah makanan menumpuk.

Sebenarnya gue bingung. Gue aja pakai payung, nah dia? Nah lo, kenapa gue jadi ribet mikirin dia ya? Apa urusannya sama gue? Eh, ada sih urusannya. Gue sebagak cowok gentleman, gue harus melindungi dia. Bener gak sih?

Samperin ah..

Tap.. Tap.. Tap.. Tap..

"Woy!" sahut gue. Dia melirik -tajem kek golok- lalu membuang muka ke arah lain.

"Eh, jawab kali", kacang itu gurih dan dikacangangin itu perih yega?.

"Paansi lo!? Ribet amat jadi orang. Siapa lo berani ganggu gue huh?!" jawabnya. Jujur gue gak pernah liat cewek cantik ngomong kek gini. Ngalahin singa tau gak?

"Biasa aja kali mbak. Cantik-cantik ko--",

"Apa?!" sentaknya -lagi-.

Duh gusti, ni cewek apa iblis? Serem amat... Ih horror gue.

"Udah-udah. Gue cuma mau mayungin lo doang. Ini hujannya kurang banyak, beneran deh. Nah lo gadis tengah malem keluyuran sendiri trus kehujanan kek gini gak baik", gue nyoba buat nasihatin nih cewek.

"Trus mau lo apa?" tanyanya ketus sambil siap-siap pergi.

"Gue cuma mau lo pulang sekarang, bawa payung gue. Atau... Lo mau gue an--", dan terpotong lagi.

"Gak usah. Gue bisa sendiri".

Dia bangkit dari kursinya -bukan dari kubur yak- lalu berlalu ninggalin gue yang basah kuyup karena ngejulurin payung tapi gak disambut.

Gue penasaran. Kenapa dia bisa kayak gitu sih? Kalau ada apa-apa sama tuh cewek gimana? Entar gue dapet karma lagi gara-gara tuh cewek. Apa boleh buat? Ini udah jadi urusan gue. Dan gue paling benci kalo gak bisa nyelesain urusan gue sendiri.

***

Natasha's POV

Duh sial amat gue! Napa bisa gue ketemu orang kek gitu. Idih nyebelin. Gak bisa gitu dia diem tanpa ngoceh ke gue kek cewek aja. Sapa dia berani ngoceh ke gue sih? Paansi tuh orang. Kzl bants deh gue. Tuh orang---

Tidit.......

Bruuukkkkk

Dia mencekal tanganku dan langsung membawaku ke dalam pelukannya. Dia melindungiku agar langsung tak bergesekan dengan aspal jalan.

Aku tersentak. Kenapa dia mau nolongin aku sih? Jadi dia yang kena kan? Nah, kenapa dia merem? Mobilnya kabur lagi, ih shit!

"Woy, lo gak papa kan?" tanyaku.

Dia masih terpejam. Tangannya masih erat memelukku. Pelipisnya berdarah. Tangannya pun berdarah karena bergesekan dengan aspal. Sebenarnya aku tak tega sebenarnya. Tapi, kenapa dia bisa berbuat sejauh ini. Dia masih asing bagiku. Kenapa harus kayak gini sih?

"Gu-gu gue ga-gakk papa ko. Eh, lo gak ke-ke napa-napa kan?" tanyanya tergagap.

Gak tega ya Tuhan.

"Gue gak papa. Nah lo sendiri gagap kek gitu dibilang gak papa. Sini gue bantu bangun. Lepasin dulu tangan lo. Apaansi lo, meluk-meluk gue, ih cari kesempatan dalam kesempitan ya lo", dia hanya tersenyum kecut. Manis sih jadi pengen ngehajar, hehe.

Aku membantunya berdiri. Hujan masih belum mereda. Petir juga menyemarakkan malam ini. Namun sebenarnya malama ini sepi sekali. Aku mencari taksi dan akhirnya ada juga. Aku membawanya ke dokter jaga yang buka 24 jam.

***

Ender's POV

Gue gak tahu kenapa gue berbuat sejauh ini. Padahal dia bukan siapa-siapa gue. Ya kan? Sekarang gue memar kek gini gara-gara dia tapi dia gak bilang makasih sama sekali. Dasar iblis cantik.

"Lo ngapain bantuin gue sih?" celetuk seseorang.

Lah gak normal, bukannya bilang makasih malah nyaci. Gila..

"Yaelah mbak, bukannya ngom--"

"Iya, makasih banget", potongnya.

"Sama-sama" jawab gue sambil nyengir kuda.

Dia perlahan beranjak dan menuju ke arah pintu. Ya, otomatis gue gak mau diacuhin gitu lah??

"Heh, lo! Mau kemana lo?"

"Bukan urusan lo" jawabnya sambil berlalu.

"Yah.."

Gue gak tau kenapa punya perspektif beda ke cewek itu. Dia galak, tapi bisa lembut juga. Dia cantik, tapi dia punya sejuta rahasia dibalik itu semua. Gue rasa, gue harus bantuin dia. Rasa kasihan gue udah gak bisa ditahan lagi. Semoga aja kita bisa ketemu lagi ya,

Cewek Bego! Kkkkkkkk.....

🌈🌈🌈

Senja & PelangiTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang