Five

16.4K 770 48
                                    

Naruto bergegas menyusul istrinya diruang tamu. Nihil. Wajahnya sudah pucat pasi membayangkan amarah istrinya. Dia menggerutu, mengutuk kebodohannya karena tidak memperhitungkan apapun yang terjadi disekitarnya. Tadi malam sakin rindunya ia pada Hinata sampai-sampai membuatnya lupa daratan. Lupa dengan parfum yang menempel dibajunya akibat ulah genit seketarisnya itu. Lagi pula sejak awal dia memang tidak menyadarinya.

Baiklah besok Naruto akan membuat peraturan baru dikantor bahwa dilarang memakai parfum yang menyengat. Dilarang memakai baju sexy. Rok mini, baju ketat, itu semua dilarang. Semua itu benar-benar membahayakan kaum adam yang sudah beristri. Niat hati ingin mencari nafkah bukannya selingkuh. Bisa-bisa pekerja laki-laki dikantornya melakukan pengkhianatan pada keluarganya karena merasa rumput tetangga lebih hijau. Tidak, ini tidak boleh diteruskan. Kejahatan muncul bukan semata karena niat, tapi karena kesempatan yang ada. Cukup Naruto saja yang menjadi korban kecentilan kaum hawa. Tapi dia juga tidak berniat mengulnginya.

Memang benar bahwa tidak semua kaum hawa yang berpakaian seksi itu tidak baik dan selalu jahat. Tapi cara mereka berpakaian selalu dan tidak akan luput dari pandangan pria entah itu sekilas tak bernafsu atau bahkan menatap lama hingga birahi memuncak. Begitulah laki-laki dan fitrahnya. Maka kaum hawa hendaknya pintar-pintarlah menjaga diri. Tidak untuk dipamerkan apalagi menjadi pajangan.

Kembali pada pencarian istrinya yang kini tidak ditemukan dimanapun. Ah sial, Naruto tersandung sofa ketika hendak keluar. Dalam benaknya kini Hinata sudah sampai dirumah mertuanya. Sebab Hinata tidak dimanapun, lalu kemana kalau bukan kembali kerumahnya. Duh bagaimana ini? Bisa-bisa Hiashi Hyuga mencincangnya. Menghabisinya. Memisahkannya dari Boruto. Tidak-tidak. Hal itu tidak boleh terulang kembali.

Dengan tergesa-gesa ia pergi menuju garasi. Menyalakan mobil dengan serampangan bahkan dirinya tidak sadar hanya memakai sendal rumah. Celana sport dan kaos putih biasa. Ah biarlah, Naruto tidak sempat memikirkan hal lain selain keluarganya. Dia membuka pagar rumahnya lebar-lebar kemudia berlari kecil memasuki mobil dan mengeluarkannya. Hampir saja mobil mahal itu tergores besi pagar yang tidak terbuka secara benar. Duh duh, terburu-buru memang bukan hal yang dibenarkan.

Sebelum Naruto melaju dengan kencang. Naruto menyempatkan dirinya untuk melihat-lihat disekitar taman. Saat itulah ia melihat sosok bocah berambut kuning, mencoba untuk berdiri namun terduduk lagi. Lantas senyum Naruto langsunh mengembang. Itu bayinya. Boruto yang baru pandai berdiri. Tepat disamping bayi kuningnya, Naruto melihat sebuah pemandangan yang membuatnya candu. Pemandangan yang membuat jantungnya berdetak dengan kencang. Pemandangan dimana Hinata tertawa melihat tingkah Boruto. Kalau sudah begini, Naruto pasti akan gila bila Hinata tidak lagi berada disisinya.

Bergegas Naruto memarkirkan mobilnya yang tidak jauh dari taman. Kemudian dengan berlari dia menghampiri kedua mahluk yang sudah mengambil seluruh atensinya itu. Sebelum benar-benar sampai, dia berjalan pelan-pelan tidak ingin mengejutkan keduanya. Naruto berhenti, dia sempat meragu akan kehadirannya. Apakah Hinata marah? Apakah istrinya itu akan mendiamkannya? Duh, Naruto tidak kuat menanggung derita bila semua itu benar terjadi.

"Pa... pa..." Boruto merangkak kearah Naruto. Menyadari kemana anaknya mengarah, Hinata terkejut. Meski begitu Hinata tetap bergeming membiarkan Naruto mengambil Boruto hingga menaruhnya kedalam gendongannya.

Suasana mendadak kaku. Hanya teriakan dan ocehan Boruto sajalah yang menjadi backsound diantara Naruto dan Hinata. Sampai akhirnya Naruto menemukan keresek dengan logo farmasi berada ditangan Hinata.

"Hinata, kau sakit?" Naruto langsung menghampiri istrinya. Memegang kening sang istri dengan raut wajah khawatir. Dia sudah tidak memikirkan apapun selain, Hinata sakit?

Hinata yang tiba-tiba dapat perlakuan seperti itu menjadi gugup dan salah tingkah. Duh, kalau begini bisa-bisa Hinata lupa daratan dan acara marah-marahnya gagal.

AnataDonde viven las historias. Descúbrelo ahora