One +1

11.1K 650 3
                                    

Tidak ada yang spesial dimalam pertama. Keduanya bersepakat untuk tidak melakukannya karena pernikahan ini berlandaskan perjanjian semata. kelak akan berujung pada perpisahan. Melakukan skinship yang berlebih akan merugikan gadis manis di depannya apalagi mengambil keperawanan Hinata itu merupakan kejahatan. Naruto dan Hinata tidak berlaku dingin, mereka tertawa dan tampak hangat satu sama lain. Pribadi Naruto yang easy going membuat Hinata si gadis pemalu akhirnya turut menikmati perannya sebagai istri dari seorang Naruto yang notabennya adalah sosok yang ia cintai.

Kini mereka hidup bersama namun setelah 2 tahun pernikahan, mereka bersepakat untuk berpisah. Bagi Naruto untuk melobi para tetua tidaklah mudah. Naruto butuh waktu yang panjang dan tidak mungkin jika ia menikah hanya sampai satu tahun. Bisa jadi akan menimbulkan kecurigaan dan ia kehilangan hak waris. Hingga mereka bersepakat menyudahi sandiwara ini ketika usia pernikahan mereka sampai 2 tahun.

Selama dua tahun mendatang Hinata hanya akan melakukan rutinitasnya sebagai istri yang baik, tidak sekalipun ia memiliki misi tertentu untuk merebut Naruto. Dia sungguh tidak ahli dalam hal menggoda atau menarik perhatian orang lain. Sejak dulu ia memang tertutup. Dia hanya punya Tenten, Neji, Shino dan Kiba sebagai sahabatnya. Lagipula yang ia ketahui sang suami memiliki cintanya sendiri. Hinata sadar suaminya sangat mencintai Sakura, sahabat sekaligus tunangan sahabatnya -Sasuke. Jadi Hinata begitu menghargai perasaan sang suami sebagaimana ia yang mencintai seorang yang tidak mencintainya. Iapun tidak ingin di usik dan Naruto juga pasti tidak ingin di usik pula.

Mereka menjalani peran dengan sangat baik. Tidak Ada percekcokan mengingat Naruto adalah pribadi yang hangat dan bersahabat. Hinata merasa beruntung Naruto memilihnya meski menikah dengan kontrak tapi Hinata sadar diperlakukan layaknya seorang istri (kecuali dalam hal ranjang) Sudah cukup baginya.

Meski Naruto hanya berperilaku layaknya sahabat. Kontak fisik yang mereka lakukanpun hanya sebatas berpegangan tangan ketika di publik dan Naruto mencium keningnya ketika orang-orang melihat mereka. Itu sudah cukup. Sebab Hinata tidak pernah bermimpi untuk membangun hidupnya bersama Naruto. Dia tidak pernah berani untuk bermimpi.

Hari-hari dilaluinya dengan sangat bahagia hingga ia tidak menyadari bahwa dirinya sudah menjalani perannya menjadi istri seorang Naruto empat bulan lamanya. Meski beberapa saat dia merasa tidak nyaman dengan perasaan cemburu melihat Naruto dan Sakura. Mengingat perlakukan sayang Naruto hanya sebatas formal. Melihat dimana sang suami masih menjadikan Sakura sebagai prioritas utamanya, sungguh kecemburuan menggerogoti Hinata.

Seperti saat itu, Hinata sedang terjatuh Dari tangga yang menyebabkan kepalanya bocor. Dirinya dibawa kerumah sakit, saat itu Hinata pingsan selama 2 hari dan ternyata setelah ia sadar, sang suami tidak pernah menjenguknya. Ia hanya ditemani sang ibu mertua. Hinata sengaja ia tidak mengabari orangtua serta sahabatnya.

Ada beberapa hal yang mengganjal di hatinya. Apakah ibu mertuanya mengetahui perihal status pernikahan mereka? Apakah ibu mertuanya mengetahui bahwa hati anaknya bukan untuk Hinata?

Sepertinya ada beberapa hal yang diketahui ibu mertuanya dan ia tidak mengetahuinya.

Hinata baru saja menyadari bahwa cinta Naruto pada Sakura tidak akan pernah hilang dan terganti sebagaimana ia mencintai Naruto.

"Hinata, aku minta maaf tidak bisa membawamu pulang. Aku harus melihat Sakura. Dia sedang Hamil, Sasuke sedang Ada urusan keluar Negri. Aku minta maaf"

Hebat, bahkan Sakura dan Sasuke yang belum menikah sudah memiliki cabang bayi. Dirinya? Ah Naruto bahkan lebih memperdulikan wanita lain disaat istrinya sedang sakit. Sakura tidak salah. Seorang sahabat memang di butuhkan untuk saat-saat seperti itu apalagi Sakura berada dirumah Sakit. Padahal mereka dirumah sakit yang sama tapi kenapa ia tak pernah melihat sekalipun Naruto menjenguknya.

Tentu saja Hinata memikirkan beberapa hal yang sebenarnya secara sadar hanya akan membuatnya semakin sakit hati. Ah sudahlah~ lupakan hal bodoh seperti itu.

Hinata membuka diari usang miliknya. Sebuah diari yang berisi tentang kisah cintanya dengan Naruto. Ia mulai menulis itu sejak SMP bahkan masih berlanjut sampai sekarang.

Diari yang cukup tebal. Namun mengingat pertemuan atau interaksi Hinata dan Naruto sejak dulu tidaklah terlalu banyak, membuat diari itu masih memiliki ruang untuk ditulis.

Aku tidak tahu seberapa besar cinta Naruto-kun pada Sakura-san. Mungkin sama besarnya dengan Cintaku kepada Naruto-kun mengingat kami mencintai orang yang bahkan tidak sedikitpun melirik perasaan ini.

Tapi kurasa sakit hatiku menjadi dua kali lipat. Mengingat cintaku yang tak berbalas dan cinta Naruto yang tak berbalas.

Tentu saja aku merasa sangat sedih melihatnya. Aku tidak ingin Naruto merasa sakit seperti yang aku rasakan.

Aku sangat faham bagaimana lelahnya menunggu. Bagaimana perihnya diabaikan. Bagaimana resahnya menunggu hari esok dengan keadaan aku mencintainya dan ia tetap mencintai orang lain.

Aku merasa sakit yang bertubi-tubi hingga rasanya seperti mati rasa.

Sakura-san Hamil dan aku bisa membayangkan betapa hancur perasaan Naruto. Aku ingin berada disisinya meski hanya sebatas sahabat. Karena aku sangat mengerti perasaan hancur seperti itu.

Tapi lagi-lagi dia meninggalkanku. Haruskah aku belajar Dari Naruto-kun? Tetap berada disisinya meski ia diabaikan. Tetap mencintainya meski tidak Ada sedikit ruangpun untuk cinta yang lain.

Tentu aku tak perlu belajar sebab sejak dulu aku sudah melakukannya.

-

Kini sudah 8 bulan lamanya mereka hidup bersama. Hinata dengan cintanya begitupun Naruto dengan segala kehangatannya. Mereka masih tidur di ranjang yang sama namun tak sekalipun melakukan kontak fisik yang lebih Dari sekedar mencium pipi dan kening.

Sudah sejak lama mereka bertingkah layaknya suami istri. Dimana Hinata tidak bisa tidur tanpa memeluk suaminya. Hinata yang tidak bisa jika tidak diberi kabar oleh Naruto. Semua berjalan normal tanpa paksaan. Begitupun naruto yang selalu merasa bahwa ia harus selalu membri kabar kepada istrinya. Alasannya agar tidak membuat orang rumah khawatir. Lihat, dia bahkan sudah menganggap Hinata bagian dari rumahnya. Sebuah tempat mengistirahatkan diri, sebuah tempat untuk berteduh dan berbagi kehangatan.

Mungkin hanya hayalan Hinata yang merasa bahwa dirinya kini diakui oleh sang pewaris tunggal Namikaze dan Uzumaki corp itu. Sebab kontak fisik yang mereka lakukan tidak lagi terlihat sebagai formalitas namun tampak lebih Alami sebagai suami istri.

Jika diawal pernikahan Naruto sudah menjadwal sarapan dan makan malam bersama, kini Naruto bahkan sering mengajak Hinata makan siang di luar. Bahkan seminggu sekali mereka akan dinner diluar.

Kali ini Hinata benar-benar melayang dibawa kebahagian yang begitu membuncah. Hingga suatu hari Naruto benar-benar menunjukkan ketertarikan pada Hinata. Tepat pada kesembilan bulan pernikahannya. Melakukan apa yang seharusnya suami istri lakukan.

"Aku tidak bisa bilang jika aku mencintaimu Karena setiap aku memikirkannya aku selalu ingin menghabiskan hari tuaku bersamamu." bisik Naruto.

"Apa itu cinta? Karena selama ini aku selalu salah mengartikan kata cinta." sambungnya kemudian.

Saat itu Hinata diam, dia ingin terharu. Baginya pengakuan itu Sudah lebih dari cukup.

"Lakukanlah karena aku istrimu. Aku sudah terikat denganmu dan dengan begini meski kau melepasku, aku tetap akan terikat denganmu"

Naruto terkejut dengan perkataan Hinata. Bukan karena izin yang diberikan wanita itu namun kenyataan mereka akan berpisahlah yang membuat dirinya terkejut. Kemudian mencium bibir istrinya selembut yang ia bisa. Karena ia sadar bahwa ia telah memulai sebuah kejahatan pada gadis yang sangat tulus mencintainya.

"Aku akan terus bersamamu terikat denganmu. Aku suamimu. Aku suamimu" bisik Naruto meyakinkan. dia terus mengulang kata dan meyakinkan Hinata bahwa seorang suami tak mungkin meninggalkan istrinya.

-

AnataWhere stories live. Discover now