bagian 6

6.1K 201 6
                                    

Hari ini pesantren libur tiga hari, setelah peringatan maulid nabi pesantren akan diliburkan.
Dan para santri diperbolehkan pulang.

Bagi santri yang tidak pulang dibebaskan keluar dari jam delapan sampai jam lima sore.

Ida sudah berdandan cantik, dengan gamis kotak-kotak kesayanganya, dan Ara memakai gamis garis-garis.
Mereka berencana ke gramedia membeli novel dan komik.

"Da di sambangi(di jenguk)" ucap Mei

"Ditunggu di ndalem Da"

"Makasih ya mbak Mei" ucap Ida.
Lalu mengandeng ara melangkah ke ndalem.

"Assalamu'alaikum" Ida dan Ara mengucap salam.

"Wa'alaikum salam, masuk nak"

Lalu Ida dan Ara masuk,menyalami ortu Ida dan Abah, dan ibu nyai.

"Ida masih nakal gak mas" tanya ayah Ida.

"Pancet ae arek iku ndablek e, tapi wes mulai berubah sifate" jawab abah yai.

Dan perbincangan panjang pun berlanjut, Ida dan Ara hanya duduk mendengarkan meskipun tak terlalu faham.

"Ngene lho ndok, ustadz Ali bulan wingi nembung Ida" ucap ayah Ida pelan.

"Maksud bapak" tanya Ida bingung.

"Ustadz Ali kemaren  datang kerumah, terus minta izin untuk meminta Ida jadi pendamping hidupnya, gimana Da" tanya ayah Ida.

"Saya masih belum mau nikah bah, masih pengen cari ilmu dulu" ucap Ida.

"Dia mau kok nunggu Ida, sekarang dipikirkan dulu jawabane, sholat istikhoroh dulu nak jangan dijadikan beban, abah mung manut ida mau yo silahkan ida nolak ya gak apa-apa.

Senyum tersungging di pipi ida.

"Kalau gitu Ida pikirkan dulu bah, emm bah Ida mau keluar sama Ara, mumpung bebas bah" rajuk Ida.

"Nyuwun sangu piro Da?" tanya ibu fatimah.
Ibunya ida.

"Manut bu, seng penteng mboten sekedik" jawab ida disambut jitakan Ara melayang ke keningnya.

Ida dan ara pun pamit untuk keluar.

"Ara nama bapakmu Hamdani ya, ketua mui di kalimantan, dia teman abah yai waktu dulu nyantri" ucap ibu nyai fatonah.

"Injeh bu nyai" jawab Ara kikuk.

"Yo wes, ati-ati nek metu yo nduk, ojo wengi mulihe" nasehat ibu nyai.

"Njeh bu nyai" jawab Ara dan Ida.

Lalu membungkukkan badan tanda hormat, dan berjalan ke luar ruangan.

-------

Ida dan Ara belanja beberpa novel terbaru.
Lalu mereka mampir kesebuah warung bakso yang tak jauh dari toko gramed.

"Da lihat tuh, ustadz Ali makan berdua dengan Likah, sinting katanya mau serius sama kamu tapi tetep jalan sama cewek lain" bisik Ara.

"Mungkin aku sudah terpesona dengannya sejak pertemuan pertama dulu Ra, tapi aku jamin aku tak akan jatuh cinta atau pun menikah dengannya Ra"

"Jangan ngomong begitu Da, takdir bisa saja berkata lain" nasehat Ara sambil menggenggam telapak tangan Ida, Ara tau meskipun Ida belum menyukai sang ustadz dia sangat kecewa melihat tingkah ustadz. Kalau memang ustadz Ali serius dengan ida, seharusnya dia bisa menjaga diri.

"Kita bisa merubah takdir, selama kita mau berusaha Ra, aku tak mau menikah dengan orang pembual, jika dia laki-laki baik, bukankah dia akan menjaga dirinya setelah dia menyatakan keseriusannya dengan seorang gadis Ra, hmmm kita lihat setelah ini dia akan bermain api dengan siapa lagi, karena aku dengar ada beberapa santri puteri yang dekat dengannya" ucap Ida.

"Bagaimana perasaan mu Da?"

"Saat abah menyampaikan kabar tadi aku tak percaya, dan ada sedikit rasa senang, tapi setelah kejadian ini aku sadar keseriusan Ali butuh di uji Ra, aku bukan wanita lemah"

"Good, ayo makan lalu kita senang-senang" goda Ara dengan mengeluarkan tiket konser Tata janeta.

Penyanyi idoal Ara dan Ida.

---------

Ara dan Ida berlari kedalam mall.
Ikut berdesak desakan dengan para penonton.

Tata janeta mulai bernyanyi diatas panggung dengan suara seksinya.
Setelah selesai bernyanyi Tata dan crew nya, membawa kotak yang isinya nama-nama pemenang yang akan mendapat kesempatan berduet, foto-foto dan mendapat hadiah cantik lainnya dari Tata janeta.

"Pemenangnya adalah
Saudari maulida, saudari Jauhara muthoifah,dan saudara zulfikar arifin,nama-nama yang telah di panggil harap kepanggung"

Ida dan Ara yang syok, kaget dan senang  tak menyangka mereka menjadi pemenangnya. dengan cepat Ida dan Ara melangkah keatas panggung.

Setelah cipika cipiki dengan sang artis mereka diajak berduet.

"Haa haaaa

Sendiri ku menangis
Tak seorang pun tau lukaku
Air mata seakan
Luapkan rasa sedihku

Percuma semua penjelasanmu
Kini ku tak kan perduli padamu
Simpan saja semua kata-katamu
Simpan saja tuk korbanmu yang baru

Sadisnya kau bagai tak punya hati
Kau tusuk-tusuk aku dibelakangku

Harus selalu kau ingat
Aku tak pernah sesakit ini
Kan kuingat kau selalu
Kan ku ingat kau selalu sampai mati

Sendiri ku menangis
Tak seorang pun tau lukaku
Simpan saja semua kata-katamu
Simpan saja tuk korbanmu "

Ara dan Ida berduet dengan Tata penuh penghayatan.
Ida merasa lagu ini cocok untuk hubunganya dengan Ali.

Selesai bernyanyi mereka berfoto-foto selfie di belakang panggung.
Ida,ra dan Arifin mendapat bingkisan hadiah.

Ida memberikan salah satu novelnya ke Tata untuk kenang-kenangan. Setelah itu Ida dan Ara membeli ice cream di dalam mal agak jauh dari panggung

"Wow suara kalian seksi sekali, bikin hatiku gimana gitu" rayu  Farhan disamping Ida.

"Jangan-jangan kamu yang naruh nama kita di dalam undian nya Tata" tuduh Ida.

"Sip betul ,aku tau kalian fans nya Tata, dan satu lagi biar Ida hilang galaunya, ehm aku tau apa yang terjadi" goda Farhan.

"Jangan bahas itu, pulang dari jalan-jalan ku pastikan hukuman menanti kita Ra" ucap ida.

"Biasa aja, dihukum yo dilakoni bereskan tuan puteri" canda Ara.

"Ehm, suara kalian bener-bener bagus" Arifin yang baru saja datang duduk disebelah Farhan.

"Kamu santri putera" tanya Ida dengan tatapan horor.

"Yup betul" jawab Arifin dengan cengiran khas nya.

"Sepertinya nasib kita benar-benar buruk Ra" ucap Ida dengan wajah lesu.

"Semua akan baik-baik saja, aku akan membantumu, sudah sore ayo pulang" ajak Farhan.

"Kalian tadi naik apa" tanya Farhan.

"Naik angkutan umum" jawab Ara.

"Kalau begitu pulang bareng aku aja, biar cepet dan aman, kalau ada yang macam-macam nanti berhadapan denganku" ucap Farhan.

Lalu mereka berjalan menuju parkiran dan masuk ke dalam mobil jaguar hitam milik farhan.

Selama perjalanan Ida dan Ara hanya diam, mereka sangat capek, tanpa sengaja Ida melihat pemandangan yang membuatnya mual.
Ustadz Ali berjalan dengan Mei meskipun mereka tidak bergandengan tangan, tapi jarak mereka sangat dekat, dan mereka berjalan sambil bergurau sesekali Mei memukul pelan pundak sang ustadz.

"Mungkin aku ini adalah peringatan dari Allah, agar aku bisa melihat kenyataannya" batin Ida.

Cinta Dipesantren (Completed)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang