PART 5

2.1K 133 0
                                    


ANDIN POV

"Thank you so much Daddy... make hope comes true." Ucap Ken lirih sambil memeluk Ben. Aku tertegun mendengarnya. Semoga Kirana tidak dengar.

Cklek....

Oh God. Semoga bukan Kirana.

"Ken masuk sayang." Ucap Kirana. Hah.. Dia pasti mendengarnya.

"Ah maaf Aku hanya mengantar Ken pulang. Tadi Andin menitipkan Ken kepada ku karna dia harus menjemput temanya." Ben berusaha menjelaskan.

"Jangan bohong Kamu. Mana mungkin Andin menitipkan anakku kepada orang asing sepertimu." Ucap Kirana dingin. Yah Dia memang bukan orang yang bar-bar dan akan meledak ketika marah atau gundah.

"Mom... tadi Ken kok yang minta ikut Om Ben." Ku dengar Ken mulai membela Ben. Aku segera melangkah keluar dari persembunyianku.

"Hai Ken... kau sudah sampai rupanya. Terimakasih Ben sudah mau menjaga Ken hari ini." Ucapku ringan. Aku pura-pura tidak tau. Kirana memicingkan mata. Hah... Aku tau Dia sedang membaca pikiranku. Tapi tak akan bisa karna Aku sudah tau cara menyembunyikanya.

"Sama-sama Din. Kalau begitu Aku pamit dulu karna nanti malam ada acara penting. See you guys... " pamit Ben. Dia memang ramah bukan?

"Udahlah Ki... yang penting Ken seneng. Dia juga aman kok." Belaku.

"Hai Ken... kau kemana saja tadi sama Om Ben?" Tanya ku mengalihkan pembicaraan dan menarik Ken melangkah ke dalam kamar.

"Tadi Om Ben ngajak Ken ke pantai Tante pake motor gede. Motornya kereeennn bangeett..." ceritanya antusias. Aku tertawa.

"Oh ya... Ken foto nggak sama Om Ben tadi?" Meskipun baru kelas 3 SD-err Ken loncat kelas berkat otak cemerlang ibunya- dia sudah bawa ponsel.

"Ada tante. Ini." Ucapnya sambil menyodorkan ponselnya. Aku membuka galeri.

"Wah... foto kamu sama Om Ben Keren. Liat deh Ki." Ujarku sambil memperlihatkan foto Ken bersama Ben di atas motor memakai kacamata hitam. Rambut mereka ternyata sama. Coklat gelap.

Kirana maju dan mengambil ponsel Ken. Menggeser layarnya secara perlahan. Mungkin sedang melihat-lihat.

"Ah ya... aku mandi duluan yah. Uda jam 5 seperempat nih." Kirana hanya mengangguk. Dan Aku melangkah ke arah Kamar mandi.

"Keren kan mom... Ken di beliin kacamata hitam kuga sama om Ben loh..." ucap Ken sayup-sayup
masih terdengar.

'Semoga aja Ben bisa menghangatkan hati Kirana yang dingin, Aku pengen Dia kembali ceria kaya dulu'

=======================

KIRANA POV

"Thank you so much Daddy... make hope comes true."

Kata-kata Ken kembali terngiang di telingaku. Yap Aku mendengarnya karna pada saat itu Aku berada tepat di balik pintu. Apakah Ken selama ini masih penasaran siapa Daddy nya? Apakah selama ini Dia masih merasa berbeda karna Dia tidak punya Daddy? Oh God... maafkan mommy Ken.

"Ra... are you okay?" Ucap Andin mengabaikanku.

"Oh yeah, am I." Ujarku sekenanya. "Okey guys.. thanks. Kalian uda bekerja keras. Selamat menikmati pesta." Ujar ku di radio. Membubarkan tim yang bertugas. Yup Aku memiliki usaha WO juga EO. Dan juga memiliki butik di tengah kota yang lumayan besar.

"An.. Aku mau ke pelaminan habis itu istirahat. Sepertinya Ken sudah lelah." Aku melirik ke arah Mama. Disana Ken digendong Kak Hanna.

"Maaf menyela... tapi Ken. Ayo kita ke pelaminan, beri selamat kepada Om Fathan." Kak Hanna tertawa saat Ken berbisik di telinganya. Aku memicingkan mata pura-pura curiga. Bang Han, Mama dan Papa tertawa. Yah.. Ken memang poros kehidupanku dan pusat kebahagiaanku.

"Sana beri Om Fathan selamat dulu. Habis itu tidur sayang. Sudah malam." Ucap Papa sambil mengelus kepala Ken.

"Siap Kakek Dokter." Kami kembali tertawa.

"Good Night Grandpa, Grandma, my handsome uncle and my sweet aunty." Kebiasaan Ken. Hug and Kiss sebelum tidur.

"Good night too our angle...." seru keluargaku. Ken dan Aku tertawa renyah. Yah karna Aku hanya tertawa bersama mereka.

Aku dan Ken berjalan menuju pelaminan. Bertemu Orang tua Kak Fathan. Aku cukup mengenal mereka karna dulu mereka tetangga Kami.

"Selamat ya Kak Fathan jaga Kak Clara baik-baik. Dia gadis yang luar biasa buat Kakak." Ucapku sambil memeluk Kak Fathan. Ini hal biasa kok.

"Selamat Kak Clara... semoga bahagia selalu yah... kalau Kak Fathan nakal telpon Aku ya Kak.. Aku bantu buat bully Dia." Kak Clara tertawa. Dia memelukku. Aku tau Dia gadis yang baik. Aku pernah membaca pikiranya.

"Makasih ya Ki. Buat do'anya, rancangan pestanya dan semuanya." Ucap Kak Clara tulus. Aku tersenyum.

"Om Fathan... Ken boleh cium tante baru nggak?" Ucap Ken. Kami tertawa. Kak Clara mengernyit.

"Anak ku Kak... " jawabku. Dia tampak terkejut Aku menjawab batinya.

"Boleh dong..." seru Kak Fathan. Ken digendongnya dan mencium kening Kak Clara.

"Semoga bahagia Om.. Tante.."

"Selalu boy..." seru mereka bersamaan. Aku melangkah ke arah Miss Laurent yang dari tadi menyimak gurauanku di depan Kak Fathan dan Kak Clara.

"Saya undur diri dulu Miss-"

"Panggil aja Tante ya.. kalau perlu mommy." Ucapnya. Aku tersenyum menatap Miss Laurent dan Suaminya.

"Okey... Mommy and Daddy." Ucapku sambil tersenyum. "Ken beri salam sama Oma baru."

"Hai Oma.. Opa." Ucap Ken.

"Dia putraku mom..." Miss laurent mengangguk dan tersenyum.

"Hai Ken... nice to meet you boy." Ucap suami Miss laurent

"Nice too meet you grandma."

"Kami pamit dulu ke kamar ya mom.. dad.."

"Sebentar... Ben..!!" Seru Miss Laurent. Wait?Ben? Aku langsung berbalik dan...

"Om Ben...!!" Pekik Ken.

"Hey Boy.. and Hay Ki." Sapanya. Aku hanya nyengir. Gugup juga Kaget.

"Kalian uda kenal?" Tanya Misa Laurent.

"Em.. iiya Mom.." jawab Ben terbata. What?mom? Jadi...

"Baguslah kalau begitu. Ben anter Kirana ke Kamar nya yah. Gendongin Ken. Dia tampak lelah." Ben hanya mengangguk. Aku speechless dan nggak tau harus ngomong Apa.

Kami beriringan menuju lift. Aku merasa ada yang mengamati. Mungkin karna Ben terlalu menonjol.

Ben ikut masuk ke kamar. Membaringkan Ken perlahan ke kasur. Dia sepertinya kelelahan sampai ketiduran di gendongan Ben.

Aku mengantarnya Keluar kamar. Rasa canggung benar-benar mencekam. Aku merasa tak nyaman. Di langsung melangkah ketika keluar dari kamarku.

"Ehm.. Ben." Ucap ku lirih tapi mampu membuat Ben berbalik. Dia mengangkat alisnya.
"Makasih uda gendong Ken sampai sini." Dia diam. Tampak berfikir. Aku mencoba membaca pikiranya tapi tidak bisa. Mungkin dia tau cara membloknya seperti Andin.

"If you want thanks for me. Let's join me go to.." Dia menunjuk ke atas.

"Maksudmu ke penthouse mu?" Aku memekik. Dia tersenyum.

"Aku tidak sebajingan itu nona. Maksudku rooftop." Shit. Pipi jangan merah. Aku mengangguk dan mengikutinya menuju lift.
'Mungkin ini caraku menyembuhkan traumaku'

=======================

Tbc....

INDIGOSTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang