10. Meet the Lucifer

3.7K 443 33
                                    

"Maaf kami terlambat," dua laki-laki berbaju biru mendatangi tempat Alisya dan Caroline duduk.

"Ayo pergi," ajak Alisya setelah menyantap potongan steak terakhir mereka.

Caroline mangangguk sambil meraih dompetnya, melempar beberapa uang ratusan ribu diatas meja. Mereka meninggalkan tempat itu tanpa menghiraukan para laki-laki yang datang terlambat hampir 2 jam. Kedua laki-laki seperti mahluk tak terlihat dimata mereka berdua.

Setelah keluar dari restaurant tersebut, Caroline dan Alisya berjalan menuju rumah Alisya. Caroline memutuskan menginap di tempat Alisya karena kedua orang tuanya tidak pulang kerumah.

"Jadi lo bakal tetep dateng hari selasa?" Alisya iseng bertanya.

"Ya iyalah! Udah terlanjur nih ini mulut bego ngeluarin omongan! Muka gue mau ditaruh dimana kalau nyerah sebelum 49 hari," sahut Caroline lesu.

"Ya gak apa juga lah, yang penting ..." Alisya menarik napas kaget, "jangan lihat ke kanan!" perintahnya yang tentu saja membuat Caroline menengok reflek.

Caroline melihat seorang laki-laki tengah menghajar laki-laki lain sebayanya di sebuah gang sempit dan agak gelap.

"Pura-pura gak lihat!" perintah Alisya yang dibalas oleh anggukan Caroline. Namun tetap saja kedua mata Alisya tidak mampu mengalihkan pandangannya dari mata lemah milik laki-laki yang dihajar tersebut. Dengan wajah penuh darah, meminta Alisya untuk menolongnya.

"Aish," Alisya mengacak-acak rambutnya.

"Lo cari pertolongan gue yang nahan! Cepet kalau lo masih mau lihat gue hidup!" perintah Alisya. Caroline berlari menelusuri jalan. Gadis itu mengumpat kesal saat jalanan terlihat sangat sepi.

Gadis itu semakin memacuh langkahnya cepat. Sementara kakinya sudah terasa seperti mau putus akhirnya ada satu laki-laki yang sedang berdiri menyender pada sebuah pohon di ujung jalan.

Laki-laki itu mengenakan kaus tanpa lengan hitam polos, dengan celana pendek senada. Sepatu coklat melingkar indah di kakinya.

Walaupun dalam remang, Caroline bisa melihat tegas rahangnya, juga bentuk bibirnya yang indah. Alisnya begitu tebal, dan berwarna gelap sangat kontras di kulitnya yang putih.

Caroline berlari semakin mendekat, tanpa memerdulikan norma kesopanan atau apapun ia meraih pergelangan tangan laki-laki itu. Kemudian menarik laki-laki itu untuk menolong Alisya.

-----

Alisya menggenggam kepalan tangan laki-laki yang tengah menghajar seseorang siswa dengan ganas. Sejujurnya ia sangat kaget saat melihat seragam anak yang tengah dihajar itu adalah seragam SMA Putra Jenaka.

Siapa yang bisa menghajar anak-anak iblis sehingga babak belur seperti itu? Alisya mengumpat menyesal, seharusnya tadi ia tidak memerdulikan rasa kemanusiaannya yang tiba-tiba muncul.

"Minggir," desisi suara itu membuat bulu kuduk Alisya meremang.

"Lepasin dia!" balas Alisya berharap suaranya tidak bergetar. Alisya memperkuat kuda-kudanya, mencengkram tangan laki-laki itu tidak mau melepaskan.

"Aku belum pernah memukul wanita sekalipun dalam hidupku, tapi sepertinya hari ini adalah pengecualian," ucapnya sembari melayangkan pukulan kuat kewajah Alisya. Gadis itu menghindar cepat, menyebabkan pukulan laki-laki itu hanya membelah angin desebelah wajah Alisya.

"Seperti dugaanku..." laki-laki itu menyeringai, "kau lumayan!" lanjutnya.

Alisya melayangkan tendangan keperut laki-laki itu, namun ditangkisnya dengan cepat. Alisya terdorong akibat tangkisan tersebut sehingga membentur tembok gang sempit itu. Gadis itu meringis kesakitan.

"Awas," laki-laki itu menarik Alisya kedalam dekapannya, bau parfum mint merasuki indra penciumannya. Membuat Alisya mendesah lega, bau sampah disebelahnya langsung ternetralisir oleh bau laki-laki itu. Sebuah vas bunga terjatuh tepat ditempat Alisya berdiri tadi, membuatnya terbelah menjadi kepingan-kepingan kecil.

"Kau tidak apa-apa?" tanyanya. Walau hanya diterangi sinar lampu jalanan yang membias, Alisya menatap wajah laki-laki itu dengan mata terbelalak. Gadis itu tidak mungkin salah lihat.

"Leo," bisik Alisya singkat. Wajah laki-laki itu mengingatkannya dengan kekasih hati kesayangannya. Leonardo Dicaprio. Laki-laki tertampan tiada duanya.

Jantung Alisya berdetak kencang, semakin kencang saat melihat kerutan di dahi laki-laki itu.

"Siapa..." kata-kata laki-laki itu terpotong oleh jeritan seseorang. Dengan amat tidak rela, Alisya melepaskan pelukan laki-laki itu kemudian berjongkok diatas korban pukulan laki-laki itu, yang kali ini juga bernasib sial terkena kepingan-kepingan tajam pot yang terbelah.

"Aliiii~" teriak Caroline ngos-ngosan, masih menyeret laki-laki tadi. Mata Caroline membulat saat melihat siapa pelaku tindak kejahatan tersebut.

"Sean," Caroline berbalik, laki-laki yang ia seret itu mengucapkan kata yang hampir saja Caroline teriakan.

"Liam," sapa Sean menyeringai.

"EEEEHHHHH?" jerit Caroline kaget, kemudian menunduk dalam-dalam. Ia bersyukur karet rambutnya terputus dipertengahan jalan sebelum bertemu dengan Sean, sehingga laki-laki itu mungkin tidak mengenalinya.

"Kau sudah menemukan pengacau itu?" tanya Liam.

"Sudah," Sean melirik laki-laki yang berbaring penuh darah dalam pelukan Alisya.

"Bawa dia pada Niel," perintah Liam kemudian meninggalkan tempat kejadian perkara tanpa berbalik menyapa Caroline. Gadis yang menyeretnya menemui mangsa yang ia cari. Pengacau SMA Putra Jenaka.

Sean mengangguk, kemudian berjongkok didekat Alisya sambil membisikan kata-kata 'kau hebat, senang bertemu denganmu' sebelum mengangkat laki-laki yang sudah tidak sadarkan diri itu seperti mengangkat beras dalam karung.

"Apakah itu Sean yang sama dengan yang lo ceritain?" tanya Alisya masih menatap punggung Sean yang menjauh.

"Iya," Caroline mengangguk singkat.

"Jadi seperti itu pangeran kerajaan iblis, apanya yang tidak tampan!" Alisya mencubit gemas Caroline karena telah menipunya mentah-mentah.

"Kita bahkan sudah bertemu raja iblis-nya!"

Agak lebih singkat dari sebelumnya, tapi memang cuma segini yang aku ingin jelaskan di part ini

Hoppla! Dieses Bild entspricht nicht unseren inhaltlichen Richtlinien. Um mit dem Veröffentlichen fortfahren zu können, entferne es bitte oder lade ein anderes Bild hoch.

Agak lebih singkat dari sebelumnya, tapi memang cuma segini yang aku ingin jelaskan di part ini. Jadi 10 part hanya untuk menjelaskan pertemuan Caroline dengan para pangeran tampan, DAAAAN INI BARU SATU HARII😂😂😂😂. Sejauh ini Sean yang lebih mendominasi. Namun selanjutnya, bagian-bagiannya akan dibagi secara merata pada mereka.

21/02/2017

49 Days Live In Hell [On Going]Wo Geschichten leben. Entdecke jetzt