Snow Angel berdiri di serambi kamarnya memandang langit yang semakin memerah di kaki gunung. Ia merasa senang telah menyelesaikan segalanya tanpa sepengetahuan orang lain. Ia telah bertemu keluarga Boudini dan Charlemagne serta memberi tahu Mrs. Dellas. Kini tibalah ia pada masalah yang paling sulit. Bagaimana mempertemukan Jenny dengan Carlemagne?
Tiba-tiba ia mendapat perasaan buruk ketika ia sedang memikirkan cara untuk mempertemukan mereka. Ia segera memalingkan kepalanya ke arah lapangan rumput tempat tenda Boudini's Theatre berdiri. Dilihatnya asap hitam mengepul, membumbung ke atas.
"Charlemagne!" pikirnya panik.
Ia membalikkan badan dan berlari panik. Dibukanya pintu kamarnya dengan tergesa-gesa dan hampir menabrak Nanny yang akan membuka pintu kamarnya. Ia terus berlari tanpa menghiraukan Nanny yang kebingungan melihatnya. Demikian pula ketika ia bertemu kakak-kakaknya dan Vladimer di luar rumah. Ia terus berlari menuju kandang kuda.
Mereka berjalan menuju rumah dengan bercakap-cakap ketika Snow Angel muncul dengan tergesa-gesa. Ketiganya terkejut karenanya.
"Apa yang terjadi? Mengapa engkau terburu-buru?" tanya Frederick.
Namun gadis itu terus berlari menuju ke belakang rumah.
Snow Angel beruntung, pelana kuda yang dipakai mereka bertiga belum dilepas. Segera ia meraih seekor kuda yang masih berpelana itu dan melompat ke punggung kuda itu. Thompson dan para penjaga kuda itu terkejut melihatnya datang dengan tiba-tiba dan kemudian pergi dengan tergesa-gesa. Ketiga pria yang masih bingung melihat tingkah Snow Angel sangat terkejut ketika gadis itu tiba-tiba muncul. Snow Angel memacu kudanya dengan cepat menuju kota.
"Engkau akan pergi ke mana?" tanya Frederick dengan suara keras.
Namun adiknya terus memacu kudanya. Ketiganya berpandang-pandangan bingung melihatnya.
"Aku akan mengikutinya," kata Vladimer ketika sosok Snow Angel menghilang di tikungan menuju kota dan berlari ke kandang kuda.
Sesaat kemudian ia muncul dan tanpa menghiraukan kakak beradik yang masih kebingungan itu, ia pergi menyusul Snow Angel.
"Mengapa kita diam saja? Mari kita menyusul mereka," kata Frederick sesaat setelah Vladimer meninggalkan Troglodyte Oinos.
Api dengan ganasnya melahap tenda-tenda Boudini's Theatre. Banyak orang yang menyaksikan kebakaran itu. Sebagian dari mereka mencoba memadamkan api itu. Sebagian mencoba menyelamatkan barang yang belum terbakar habis.
Snow Angel memacu kudanya mendekati seorang anak yang memandang kobaran api di depannya. Ia melihat Charlie menangis.
"Ayah... Ibu...," katanya.
"Di mana Mr. dan Mrs. Boudini?" tanyanya.
"Mereka ... mereka ... ada di ... sana," jawab Charlie menunjuk kobaran api itu.
Snow Angel memandang kobaran api di depannya. Samar-samar ia melihat sosok seseorang yang mencoba menyelamatkan diri dari kobaran api. Snow Angel segera menaikkan Charlie ke atas kuda dan memukul kuda itu menjauhi kobaran api.
Ia memanggil-manggil Mr. dan Mrs. Boudini dengan panik. Namun tak ada jawaban. Ia terus memanggil mereka. Hingga samar-samar terdengar teriakan.
"Tolong selamatkan Charlie, Tuan Puteri!"
Ia terus memanggil kedua orang itu hingga tenda itu roboh dan terdengar jeritan dari dalam kobaran api itu. Ia termangu di depan kobaran api itu. Ia terus menatap kobaran api yang terus mengganas itu. Entah berapa lama ia diam memandangi api yang menjalar semakin dekat. Lidah-lidah api itu berada dekat sekali dengannya.