It's a long day about Dina

2.5K 159 8
                                    

Hari pertama sekolah gue seperti biasa menjemput Gita. Tidak sepagi biasanya karna gue tau pasti kegiatan belajar mengajar belum seefektif biasanya. Dan ketika gue dan Gita sudah berpisah diujung lorong gue jadi keingetan sama Dina.

Gue akhirnya tidak jadi naik keatas tangga ke kelas gue dan malahan pergi kekelas Dina. Gue melongokkan kepala gue kekelasnya tetapi gue tidak melihatnya sama sekali. Akhirnya gue balik ke kelas dan akan kembali kesini ketika istirahat. Dan gue tidak melihatnya juga ketika gue kembali.

Gue mencoba menghubungi Dina tetapi ponselnya tidak aktif dan ketika gue chat belum juga dibaca meski deliv, tetapi ketika selanjutnya gue chat lagi malah ceklis. Ini hapenya suka mati nggak jelas sepertinya.

Setelah 3 hari gue juga tidak bertemu Dina disekolah, akhirnya gue join makan siang dengan teman-teman Gita. Dan tidak gue lihat Dina juga disana. Gue mulai membahasnya ketika kita sudah berdoa dan menyantap makanan masing-masing.

“Kaya ada yang kurang. Dina kemana?” tanya gue basa-basi sambil memakan mie goreng gue. Clara menjawab, “Dia sakit katanya..” yang lain seperti baru tau mengenai hal itu, “really?”

Clara mengangguk lantas kembali bertanya, “Lo pada nggak dikasih tau?” yang lain menggeleng. Lalu Gita berinisiatif, “kalo gitu kita harus jenguk dia dong?”

Gue langsung mengiyakan, gue harus benar-benar ketemu Dina secepatnya karna terakhir dia bilang mau cerita kan? Dan akhirnya kita menunggu sampai weekend untuk menjenguk Dina karna rumahnya lumayan jauh mana sering hujan sekarang. Dan benar saja Dina tidak masuk selama seminggu penuh.

Akhirnya hari minggu gue dan yang lain kerumah Dina. Gue sama Gita, Bimo sama Clara dan Abang absent hadir dan hanya menitip salam karna ada acara keluarga dirumahnya.

Ternyata rumah Dina tidak terlalu jauh dari taman tempat gue ketemuan sama Dina dulu. Rumahnya lumayan luas berdinding keramik dengan garasi yang saat itu sedang dipenuhi oleh banyak mainan anak-anak.

“Assalamualaikum..” ucap Gita dan Clara ikut-ikutan. Gue dan Bimo masih duduk diatas motor. Lalu beberapa saat kemudian seorang wanita yang sedang menggendong anak kecil membuka gerbang. Dan langsung mengenali sosok Gita dan Clara disana.

“Eh Gita sama Clara ya, tumben main.” Katanya dengan senyuman ramah, Gita dan Clara bersalaman dengan wanita tersebut dan juga balita yang digendongnya. “Iyanih Mbak, baru sempet main lagi kesini. Dinanya ada kan mbak?”

“Oh ada dia, lagi sakit ngurung diri dikamar terus tuh. Ayo masuk-masuk, motornya masukin aja..” ucapnya lagi dan membuka gerbang lebar-lebar untuk memasukkan motor gue dan Bimo.

Gue ikut salim dengan kakaknya Dina yang dipanggil Mbak Indah setelah turun dari motor. Lalu kita masuk kedalam rumah Dina, ada sebuah pintu berwarna putih yang ditunjuk Mbak Indah sebagai kamar Dina. Kita langsung disuruh masuk saja.

“Aduh pas banget deh kalian dateng, tolong jagain Dina ya. Mbak mau pergi keluar sebentar, kalau perlu apa-apa tanya sama Dina atau bibi aja dibelakang.” Pamit Mbak Indah, sepertinya mbak Indah udah kenal betul dengan Gita dan Clara jadi membiarkan kami begitu saja sebagai tamu ditinggal dirumahnya.

Setelah kita semua mengiyakan, Mbak Indah pun pergi dengan ke dua anak balitanya. Gita langsung mengetuk pintu kamar Dina yang tidak terkunci terlebih dahulu,

“Dina..” panggil Gita lembut, lalu membuka kamar Dina. Dipojokan kamar ada sebuah kasur yang terbaring diatasnya Dina dengan selimut yang menutupinya sampai leher. Dina memunggungi kita dan sepertinya sedang tidur, Gita kemudian masuk dengan Clara. Gue dan Bimo yang bingung mau masuk atau tidak berdiri di ambang pintu.

PLAYLIST [COMPLETE]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang