chapter three

1.5K 27 0
                                    

Hyun ae – ya ..

Mianhe ..jinjja jinjja mianhae ..

Maafkan oppa tidak datang ke acara perpisahanmu ..

*kubus panjang gerakkan ke kiri ..

Siwon

Entah sudah berapa lama hyun ae membaca surat singkat itu. Nampak sekali surat itu ditulis secara buru buru. Walaupun begitu hyun ae hanya menatap kosong surat di tangannya itu. Air matanya terus menetes membasahi kertas itu.

Setelah menerima surat itu dari -entah siapanya- siwon. Hyun ae berjalan pergi dari tempat acara menuju ke kelasnya. Orang orang menatapnya dengan aneh karena matanya yang sudah berair. Padahal seharusnya dia tersenyum bahagia atas prestasinya. Tapi itu hanya sebentar. Seperti biasa keberadaan hyun ae tidak pernah dianggap dengan serius. Si tengkorak berjalan.

“hyun ae ya.., ngapain kamu disini sayang, ayo pulang, eomma sudah menyiapkan- … hyun ae ya kenapa kau menangis ?”tampak raut wajah khawatir di wajah eommanya. Sedang hyunae hanya menatap kosong ibunya. “ya! Hyunae ya kau kenapa ?! jangan seperti ini.. bangunlah hei kau dengar ibu ?”kali ini ibunya menggoncang goncang tubuh hyunae.

“eomma ..”

“ada apa sayang, ayo cepat katakan pada eomma. ppalii.. jangan buat eomma khawatir.”sahut eommanya cepat.

“eomma … apa keberadaan hyunae di dunia ini hanya membebani orang saja?”tanya hyunae masih dengan tatapan kosongnya. “tentu saja tidak! Siapa yang berani bilang begitu padamu ?! ayo katakan ..!!” sepertinya eomma hyunae mulai marah melihat anaknnya seperti ini. Ibu mana yang tidak sakit hati melihat anaknya diperlakukan seperti ini. Tapi bukannnya menjawab hyunae malah kembali melontarkan pertanyaan.

“eomma, apa hyunae tidak  pantas mempunyai teman? Berharap padanya dan.. menyayanginya ?”satu bulir air mata melesat keluar dari matanya diikuti dengan bulir lain. Mamanya sangat sakit melihat putrinya seperti ini. Segera ia memeluk anak bungsunya yang sudah mulai terisak isak ini.

“hyunae-ya, katakan apa yang sebenarnnya terjadi. Mungkin eomma bisa membantu.”kata eommanya dengan sedih.

“di-dia pe-pergi, di-dia pe-pergi.. di-dia tidak bi-bilang apapun. Ha-hanya maaf. Di-dia tidak memberitau alasan dia pergi. Hyunae berpikir pasti dia malu punya teman seperti hyunae. Pa-padahal dia berjanji pada hyunae akan menjaga hyunae, tapi dia pergi …”tangis hyunae sudah tak terbendung lagi. Ia menumpahkan airmatanya di pelukan sang ibu. Sementara ibunya hanya menepuk nepuk pundak hyunra dalam diam, berusaha untuk menenangkannya dan memahami perasaan hyunae.

 Setelah hyunae sudah agak tenang. Eommanya melepas pelukannya dan berbicara pada hyunae.

“hyunae-ya.. kau tau ? eomma mu ini juga pernah mengalami hal seperti yang kau alami saat ini.”kata eommanya dengan tersenyum. Sementara hyunae hanya menatap ibunya dengan tatapan sedih.

“tapi bedanya, eomma mengalami perasaan ini sewaktu SMA. Jujur, eomma terkejut kau mengalami perasaan ini. Padahal usiamu masih saat dimana kau harus bersenang senang.” Eommanya menghembuskan napas perlahan. “ceritakan eomma. Saat SMA itu.”pinta hyunae. Sambil mengelus rambut hyunae eomma pun mulai bercerita,

“Dulu .. eommamu ini sangat laris. Kau tau kan apa artinya ?”tanya eomma dengan senyum yang misterius. “tentu saja. Dari yang hyunae dengar dari appa, eomma adalah wanita tercantik di sekolah eomma dulu. Karena itu setiap harinya eomma selalu mendapat kiriman surat cinta, bunga, coklat ataupun hal lainnya. Eomma benar benar beruntung.” Jawab hyunae merenung

- At Last, His Come Back For Me -Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang