Selamat Hari Ayah

1.6K 62 3
                                    


Enjoy it!

  
   
  

Boby saat ini sedang berada di dapur rumahnya, ia memasak makanan untuk adik satu-satunya. Shania Junianatha. Mereka berdua hanya tinggal berdua, tidak ada orang tua atau kerabat yang tinggal dengan mereka.

"Shanju! Makanan sudah siap!" seru Boby yang mulai menata meja makan.

"Sedang apa anak ini?"
Pemuda lalu itu berjalan menuju ke kamar Shania, hanya untuk melihat apakah adiknya mendengar seruan dari sang Kakak atau tidak. Lagipula teriakan Boby hampir sama seperti sebuah Sound sebuah.

"Shanju? Kau di dalam?" tanya Boby sambil mengetuk pintu kamar milik Shania.

"Se-sebentar kak Boby! A-aku sedang memakai pakaian!"

Boby menunggu dengan sabar, ia sendiri sangat tekun menghadapi adiknya yang sangat manja. Tapi... "Kok lama sih? Shanju! Apa sudah selesai!?" pemuda itu bisa mendengar suara-suara yang muncul dari dalam kamar Shania.

"Nju? Apa yang sedang terjadi?"

"A—tidak! Ini aku sedang membersihkan kamarku yang berantakan!"

"Kalau begitu cepatlah! Sebelum makanannya dingin!"

"Ya! Tunggu dibawah saja Kak! Aku akan datang sebentar lagi!"

Boby pun menyudahi kegiatan teriaknya bersama sang adik, ia berjalan ke lantai bawah untuk sarapan. Ya, mau bagaimana lagi? Dia tidak bisa membiarkan makanan tersebut jadi dingin gara-gara menunggu sang adik tercinta.

Beberapa saat setelah menyantap sarapannya, Boby mendengar suara langkah kaki dari lantai atas. "Shanju, cepat sebelum makananmu dingin!"

"Baik Kak!"

Pemuda itu menaruh sumpit, kemudian merapikan alat makannya untuk di bawa ke tempat pencucian alat makan. Sementara itu, sang adik baru saja mulai acara sarapan paginya. Boby dibuat heran dengan tingkah sang adik yang sedikit... Err... "Nju? Kau tidak apa-apa kan?"

Shania sedikit terkejut, kemudian tersenyum kikuk disertai dengan semburat merah yang menyelimuti kedua pipinya. "Eh, ah, kakak tidak usah khawatir dengan keadaanku, aku masih sehat kok!" balas gadis itu sambil menunjukkan senyum kikuknya.

Dengan cepat, dia menyelesaikan acara sarapannya, kemudian merapikan alat makan miliknya. "Kak, tolong duduk di sofa! Aku mau mengambil sesuatu." Shania berlari menuju kamarnya untuk mengambil sesuatu.

Boby hanya mengangkat kedua bahunya, lalu mengambil sebotol air putih di dalam lemari pendingin. Ia pun berjalan menuju sofa, kemudian menyalakan televisi. "Ada apa dengan Shanju? Dia daritadi terlihat aneh?" tanya Boby entah kepada siapa.

Pintu ruangan itu terbuka, dan menampilkan Shania yang berjalan menuju sofa. "Kak aku mempunyai hadiah untukmu." Boby hanya memandangi Shania sambil meminun air putih miliknya. "Ini! Tolong di terima!"
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.

Byurrrrr

"Apa!? Shanju, apa maksudmu!?" tanya Boby yang sangat terkejut dengan sebuah alat kecil yang diberikan oleh Shania. "Ini kan... Testpack!?"

"Emm, uhh... Se-selamat hari... A-ayah!"

"Maksudmu!?"

"Aku hamil anakmu, Kakak..." Balas Shania sambil memegangi perutnya.

Boby sendiri hanya bisa cengo sambil memandangi Shania yang tersenyum manis disertai semburat merah. Pemuda itu baru ingat, beberapa bulan yang lalu dia dan Shania... Berhubungan intim... Dan itu tanpa disengaja... Lalu sekarang...

"...Kau hamil anakku?" Shania mengangguk dengan semangat. "...Sial, aku pasti mengeluarkannya di dalam kemarin."

"Kak... Kamu akan bertanggung jawab, kan?"

"... He?"
.
.
.
.
.
End!

One Shoot StoryWhere stories live. Discover now