Pria Aneh

11.1K 681 14
                                    

Sepanjang 3 jam pelajaran, Tasia tidak pernah berhenti bergerak gelisah. Ia merasakan anak baru yang bernama Hadyan itu terus mengawasinya dari belakang.

Tata berkata, perasaan itu hanya ketakutan berlebih dan sugesti Tasia karena pertemuannya dengan Hadyan yang kurang menyenangkan. Namun Tasia tidak dapat menahan hati dan otaknya untuk tidak gelisah.

"Rasanya aku pernah bertemu dengannya. Tapi aku tidak pernah. Tapi wajahnya familiar dan membuatku takut!" Bisik Tasia untuk kesekian kalinya, membuat telinga Tata menjadi panas.

"Itu. Hanya. Perasaanmu. Saja. Titik." Geram Tata.

Rrrrrrrrrr!!! Bel tanda istirahat berbunyi dan setelah guru bahasa Indonesia pergi, seluruh murid mulai berhamburan keluar.

Tapi ada beberapa anak yang menyempatkan diri untuk menghampiri meja Hadyan si anak baru untuk sekedar berkenalan, terlebih karena wajahnya yang tampan.

"Ta, ayo kita ke kantin sekarang" Tasia menarik lengan Tata yang belum rampung merapihkan buku dan isi kotak pensilnya yang berhamburan di meja.

"Tunggu sebentar, Tasia. Lagipula Marya dan anak-anak yang lain belum menjemput kita"

"Yasudah, kita saja yang menghampiri mereka untuk kali ini, ya?" Bujuknya ikut membantu merapihkan buku-buku itu.

"Kamu itu kenapa sih, Tasia?!" Tanpa sadar Tata menaikkan nada bicaranya. Tasia tersentak kaget dan mematung.

"M.. maaf" gumamnya penuh sesal karena bersikap sangat kekanak-kanakan hingga sahabatnya yang mudah marah itu menjadi marah sungguhan.

"Hey, kalian tidak apa?" Sapa Hadyan yang sudah berdiri di belakang Tasia.

Tasia tersontak dan membalik tubuhnya dan tersenyum kaku "ya"

"Aku kira kalian bertengkar? Suara kalian sampai menyita perhatian yang lain" senyumnya.

Tasia sontak memandang sekeliling dan benar adanya bahwa mereka telah menjadi pusat perhatian "ah... Sepertinya begitu, maaf jika kami mengganggu. Itu semua salahku"

Hadyan tersenyum ramah "jangan menyalahkan dirimu sendiri, Tasia"

"Ya, aku masih mengingat namamu 'TASIA' kita bertemu di komplek saat aku terjatuh dari sepedah motor. Aku harap kau masih mengingatnya" jelasnya ketika melihat wajah Tasia yang terkejut.

"Dan sejak kejadian itu, dia menjadi paranoid dan takut padamu. Aneh bukan?" Sambar Tata.

Hadyan mengerutkan dahinya sambil tersenyum bingung "benarkah? Kenapa?" "Ah, ngomong-ngomong aku Hadyan" ia menjulurkan tangan kanannya.

Tata menyambar tangan itu dan sedikit mengerutkan dahi "Tata. Tasia bilang tanganmu dingin seperti hantu, dan ternyata itu memang benar"

"Hahahaha... Ya, banyak yang mengatakan hal yang sama kepadaku. Tapi sebenarnya aku memang memiliki suhu tubuh yang rendah, karena itu tangan dan kakiku selalu dingin dan aku mudah kedinginan juga. Itu adalah keturuan" jelasnya.

"Hem... Dan sahabat ku yang menjengkelkan ini menjadi paranoid atas itu. Dan menganggap pertemuan kalian sangat aneh" jujur Tata.

"Bu... Bukan begitu. Aku hanya merasa, agak aneh. Mungkin karena saat itu aku kurang enak badan setelah pulang berlibur" jelas Tasia gelagapan karena tidak enak hati terhadap Hadyan.

"Jangan dipikirkan, Tasia. Jika bukan karena ban selip, mungkin kita tidak akan bertemu hari itu"

"Nah, dengar itu Tasia. Kau hanya paranoid tanpa alasan. Hadyan yang tidak tahu apa-apa malah jadi korban. Aku yakin traumamu itu akan membaik jika tidak kau pikirkan terus menerus"

The Prince Of The East Sea // EndWhere stories live. Discover now