Gangguan Jiwa

8.2K 566 3
                                    

Tidak ada satupun tanda dari dirinya. Entah jawaban, cara ia bicara, dan tingkah lakunya tidak ada yang janggal.

"Siluman ular? Seperti yang kau tau, tentu aku percaya hal seperti itu. aku sudah bercerita kepadamu soal tempat di mana aku tumbuh besar." Ia menjawab dengan datar. Terkesan seperti benar-benar diriku yang terserang sakit mental karena mencurigainya bahwa ia mempunyai hubungan dengan hal mistis.

Dan.. ada hal yang semakin aneh. Sejak saat itu, perlahan-lahan Hadyan mulai kerap muncul di dalam mimpiku. Wajahnya, suaranya, dan kehadirannya. Sekan ia meletakaan sesuatu pada diriku hingga aku terus terhubung dengannya.

Sekilas aku berpikir, apakah ini rasa suka? Apakah aku menyukainya? Jelas ia tampan, baik, dan ramah. Tapi aku yakin bahwa ini adalah perasaan yang berbeda. Perasaan bahwa aku telah terkutuk olehnya.

****

Ia mulai curiga. Aku tau ia memata-mataiku. Ini semua karena aku terlalu sering datang ke negri jin, tidak kusangka dampaknya akan secepat itu pada tanda yang kubuat.

Hadyan tersetak dari lamunannya saat ia merasakan hentakan pada pundaknya.

"Hei! Kenapa melamun? Kau memikirkanku? Hahaha" sapa Marya, ikut duduk di samping Hadyan yang sedang bersantai di taman sekolah.

"Kau suka sekali mengejutkan orang, ya? Aku sedang memikirkan sesuatu." Tawanya dengan mengelus dada.

"Bukan tentang ku?" Tanya Marya dan langsung mendapat gelengan dari kepala Hadyan "lalu apa?"

Hadyan nampak berpikir sebentar, ia tidak mungkin menceritakannya pada Marya yang adalah seorang bangsa manusia. Meskipun ia sangat membutuhkan sebuah tempat untuk mencurahkan kegelisahaannya, Marya bukanlah sosok yang tepat.

"Em.. sulit diceritakan. Ini sebuah rahasia yang tidak sembarang orang boleh mengetahuinya."

"Ah! Kau pelit sekali!" Keluhnya, memukul-mukul lengan Hadyan dengan bercanda.

Hadyan terbahak dan pura-pura menahan kedua lengan Marya dengan susah payah "ampuni aku, baginda ratu!"

"Ampun katamu? Kau harus menerima hukuman lari seribu putaran di lapangan sambil mengenakan rok!"

"Apa?! Hahaha.." Hadyan tidak habis pikir atas syarat aneh itu.

Di belakang, Tasia mememperhatikan mereka dengan seksama dari koridor.

"Sepertinya mereka mulai dekat."

"Ehem... Apakah aku mencium bau kecemburuan di sini?"

Tasia tersontak ketika tau kata-katanya didengar Patra.

"Hey! Jaga mulutmu Patra. Aku tidak menyukainya." Sebal Tasia.

"Oh? Ku pikir iya. Karena wajahmu terlihat ... Hem.. berbeda?" Ia menusuk pipi Tasia dengan ujung jari telunjuknya, membuat sebuah lesung pipi yang dalam.

"Itu karena aku menggunakan BB cream hari ini." Bantahnya.

"Kau menggunakan cream untuk bokong bayi di wajahmu? Aneh sekali! Hahaha.." tawanya.

"Apa?! Itu bukan cream untuk bokong bayi! Wajahmu itu yang bokong bayi!" Ia melotot dengan kedua tangan di sisi pinggang.

Patra dengan cepat menelungkup kedua pipi Tasia dengan kedua tangannya, hingga membuat bibir merah Tasia menjadi monyong seperti mulut ikan "wajahmu yang seperti bokong bayi. Lihat ini."

The Prince Of The East Sea // EndWhere stories live. Discover now