Prolog.

10.5K 510 14
                                    

Sorry for typo and happy reading gaes

Perempuan tersebut menatap kosong ke arah jendela kaca dengan mata hijau yang menghangatkan, dia menumpukan dagu seraya menghela keras nafas yang keluar dari mulutnya. Seolah otak dan raganya tidak ada dalam tubuh tersebut. Pikirannya hampa, semuanya hancur .  Namanya Mutia Antasya Putri, perempuan yang telahir di keluarga kaya dengan satu saudara yang terlahir empat tahun lebih dulu darinya, Niala Atasya Putri. Walau di lahirkan dari satu rahim yang sama, sifat mereka sangat berbanding terbalik. Ketika Mutia lebih kalem menuruti semua ucapan orang tuanya, sering menghabiskan waktu dengan membaca, berpenampilan seadanya, bahkan ketika SMA tidak ada yang tahu bahwa Mutia anak orang kaya, walaupun terkadang dia sedikit nakal dan kasar. Berbeda dengan Niala, kesukaannya dunia malam, mondar-mandir kesana kemari menghabiskan uang  untuk benda yang bagi Mutia sudah dimiliki setumpuk dirumah.

Malam ini dengan ditemani temaram bulan  ia akan pergi kerumah calon mertuanya. Calon mertuanya, susah payah Mutia menelan air ludah yang terasa menyangkut di tenggorokannya. Seharusnya Niala yang berada di dalam mobil ini, seharusnya Niala yang bertunangan dengan lelaki ini. Tapi sayangnya, Niala kabur keesokan paginya ketika makan malam dia mendengar bahwa ia akan dijodohkan dengan seseorang yang memiliki kelainan, bahkan itu hanya berbicara sekilas tanpa tahu siapa yang akan dijodohkan kepada Niala. Niala begitu nekat, entah kemana dia pergi. Maka dengan seperempat hati, Mutia menyetujui keinginan orang tuanya untuk menggantikan Niala. Pikiran rasionalnya bertentangan hebat dengan pilihannya ini, siapa yang mau menikah dengan pria yang memiliki kelainan, ayolah bahkan dirinya belum lulus kuliah.

Bila bukan Bunda dan Ayahnya yang membujuk serta meminta tolong kepada Mutia, mana sudi dia. Kakanya memang manusia sialan.

"Mutia, memikirkan apa?"tanya Bunda Tia disamping, membuyarkan lamunan Mutia yang meratapi nasibnya.

"Tidak ada". Suara yang keluar dari mulut Mutia seolah mengibaratkan bahwa dirinya kenapa-kenapa. "Maafkan Bunda nak, seharusnya kakamu yang menerima perjodohan ini"

"Tak apa Bun," Mutia menjawab risauan Bunda Tia sambil tersenyum tipis. Apanya yang tidak apa-apa, hatinya sakit, pemikirannya buntu untuk sekarang.

"Maafkan Bunda nak. Bila Bunda tau bahwa kakamu akan melarikan diri, Bunda tidak akan pernah menerima perjodohan ini. Seandainya Ayah tidak bangkrut, seandainya Ayah tidak meminjam uang yang besar kepada Om Hendra. Pasti tak akan terjadi seperti ini."

Suara gemetar Bunda Tia membuat Mutia terenyuh, bundanya menangis. Spontan Mutia mendekatkan diri, lalu memeluk bunda tercintanya dari samping, "Bunda... Mutia gapapa, sumpah deh bunda. Daripada perusahaan ayah bangkrut?, daripada ayah dan bunda menanggung malu akibat memutuskan sepihak perjodohan ini?. Mutia akui, Mutia kadang bandel, malah sering nakal sama Bunda. Tapi Mutia gamau bikin bunda dan ayah jadi bahan hinaan gara-gara ka Niala pergi dari rumah."

Semakin tersedu bunda Tia ketika mendengar ucapan malaikat dari putrinya, "kau kesayangan bunda nak"

"Aku juga sayang bunda...." ucapnya lirih dengan senyum yang tak pernah sampai ke ujung.

Mutia POV

Inikah yang dinamakan takdir? Saat usiaku masih 21 tahun, lulus kuliahpun belum, mengharuskan aku menikah pada usia semuda ini. Oh tuhan, kesalahan apa yang aku perbuat di kehidupan yang dulu sehingga mengakibatkan aku mendapatkanya?.

Boy Idiot Is Mine!Where stories live. Discover now