Bab 8

4.7K 333 6
                                    

Typo bertebaran.

Karna mencintamu pilihanku

----

Author POV

Mutia sedari tadi berbolak-balik di lorong rumah sakit sesekali menggigit jarinya dengan keadaan yang cukup berantakan, rambut yang tidak teratur lagi dan baju putih yang memerah karna darah. Mengingat bahwa itu darah Grafa, membuat Mutia menghela nafas kasar dan mengacak kasar rambutnya. Frustasi, takut, cemas yang di tampilkan pada wajah Mutia.

Ibu Viona duduk seraya menangis di bahu Om Hendra sedangkan Febrya menangis tersedu-sedu di pelukan suaminya, Haikal.

Pikiran Mutia tidak tenang, bagaimana bisa ia tenang sedangkan suaminya berada pada ruangan terkutuk itu bertaruh nyawa. Dan kenapa juga Grafa harus ada pada ruangan tersebut, sebegitu parahnya kah keadaan Grafa. Ingatannya kembali saat kejadian.

Flasback On

Mutia memeluk Grafa erat. Tangisannya semakin keras, darah di mana-mana. Orang sudah bergerumul membentuk lingkaran, mendapat tontonan drama live gratis.

"Permisi-permisi" ucap beberapa orang memakai baju warna putih yang Mutia yakini perawat.

Dengan cepat, kumpulan orang tersebut menerobos gerombolan orang lalu mengangkat tubuh suaminya yang terkulai lemah dengan kelopak mata yang indah tertutup. Dengan sisa kekuatan yang ia punya, Mutia mencoba berdiri, kakinya tidak kuat untuk menahan berat badannya membuatnya sempoyongan. Saat akan ambruk Haikal yang entah datang dari mana langsung menahan berat badannya. Seketika kegelapan menjemputnya, menyatukan dirinya pada Mutia.

Dengan perlahan ia membuka matanya, sesekali mengerjab membiasakan cahaya masuk ke mata hijaunya. Saat sadar yang pertama kali dilihat ialah warna putih berada pada sekitarnya, tiba-tiba rasa menyengat datang ke kepalanya. Dengan mata tertutup Ia mencoba untuk duduk seraya memijit pelipis kanannya untuk meredakannya. sesekali mencoba mengingat kejadian apa yang membuatnya pingsan.
hal yang muncul pada kepalanya ialah darah dimana-mana lalu Grafa.

Grafa, mengingat nama itu membuat Mutia dengan cepat turun dari ranjang dan berlari ke seluruh lorong rumah sakit untuk mencari suaminya.

Flashback of.
----

Hati Mutia mencelos ketika tahu bahwa suaminya sedang bertaruh nyawa di meja operasi.

"ini salahku!. Kenapa aku bisa selalai ini menjaga Grafa. Bodoh" runtuk Mutia dalam hati

Melihat Mutia sedari tadi berbolak-balik membuat Ibu Viona memberitahu bahwa Grafa akan baik-baik saja karena ia anak kuat. Meski sudah di beritahu bahwa Grafa akan baik-baik saja tidak membuat Mutia menghentikan aktivitasnya berjalan kesana kemari.

Memperingatkannya untuk duduk saat situasi seperti ini sama saja memperingatkan batu, tak akan sampai pada telingannya. Mutia kukuh akan pendiriannya, berbolak-balik menyusuri loteng rumah sakit sambil mengigit jari, sesekali menatap nanar pintu yang tertutup di depannya. Menunggu pintu terkutuk itu terbuka dan Grafanya akan baik-baik saja ialah harapannya sekarang.

Grafanya?. Sejak kapan?

Ingin Mutia tertawa atas pikirannya. Sejak kapan? Kata-kata itu terus berputar di kepala Mutia.

Lampu di atas pintu berhenti menyala, menandakan selesainya operasi. Masih berbalut baju operasi, dokter tersebut keluar dan bertanya.

"Siapa keluarga Grafa di sini?" Ucap dokter tersebut seraya melepas masker pada wajahnya.

Boy Idiot Is Mine!Where stories live. Discover now