Bab 9

4.3K 315 11
                                    

Happy reading guys and sorry for typo.

Dengan mengatakan semua baik-baik saja akan membuatku terlihat lebih kuat.

Author Pov

Mutia hanya bergeming, matanya menatap kosong ke arah Ibu Viona, pupilnya membesar seakan tidak percaya apa yang tengah terjadi saat ini. Ibu Viona yang beruraikan air mata memegang bahu Mutia untuk menyadarkannya dan berkata.

"Karna itulah, kami berencana untuk menikahkan Latasya dengan Grafa, agar Grafa kembali normal seperti dahulu. Tetapi, ayahmu mengganti Latasya dengan mu. Awalnya aku marah, bagaimana bisa menantu ku di gantikan semudah transaksi jual beli layaknya barang" Ibu Viona menggapai pipi Mutia dengan tangannya seraya mengelus lembut,
"akan tetapi, melihat mu membela keluargamu menjadikan arah pandangan ku kepadamu berubah. ku kira kau menerima semua ini karna kekayaan ternyata tidak, melihatmu selalu bermain dengan Grafa, sabar menghadapi sifatnya membuat bersyukur ketika mendapatkan mantu sepertimu. aku menyayangi mu akan tetapi....." Ibu Viona berhenti sejenak, mengambil nafas sebanyak-banyaknya lalu membuangnya. Dengan perlahan, tangannya memegang kedua bahu Mutia dan mengarahkannya dalam pelukan, memeluknya dengan erat.

"Grafa mengalami Amnesia. Kata Dokter dia belum boleh mengingat masa lalunya, otaknya terlalu terbentur dengan keras. Bila dia mengingat masa lalunya sekarang, akan membuat Grafa depresi Nak" ucap Ibu Viona dengan menangis, lelehan air mata membasahi baju yang di pakai Mutia. Mutia hanya berdiam diri, akan tetapi telinganya menyimak dengan baik perkataan Ibu Viona.

"Dan aku ingin Mutia menjauh dari Grafa..."

Ucapan Ibu Viona bagaikan pisau tajam yang menancap pada jantung Mutia. Baru saja ia merasakan apa itu cinta .Bagaimana bisa ia meninggalkan suaminya?, suaminya sedang sakit, dia memperlukan Mutia untuk merawatnya.

Apakah bila kau merawatnya dia akan sembuh!.

Air keluar dari matanya, menetes dengan deras hingga nafasnya tersekat-sekat, ibu mertuanya menginginkan dia pergi dari anaknya yang notabene suaminya, bagaimana bisa? Memikirkannya saja Mutia tak sanggup apalagi melakukannya.

"B-bagai m-an-naa b-bisaa ak-ku m-m-melakuk-kannya Ibuu "  Mutia tergugu seraya menangis dalam pelukan Ibu Viona, seolah memeluknya adalah kekuatan yang ia butuhkan.

"Kau harus bisa sayang... satu bulan sayang. Ibu janji kau bisa menemuinya dalam satu bulan lagi sayang. Ibu yakin Grafa akan sembuh dalam satu bulan, selama itu bisakah kau menjauhinya?" Ucap Ibu Viona menyakinkan seraya menjauh kan Mutia dari pelukannya.

Satu bulan? Bagaimana bisa ia melakukannya, satu detik saja tidak sanggup! Oh tuhan cobaan apa lagi ini.

Mutia hanya berdiam, ego dan hatinya bertarung sekarang. Antara pergi dan bertahan. Hingga akhirnya yang menang adalah hati, spontan anggota tubuh kepala Mutia turun naik dengan sendirinya, Ibu Viona tersenyum lalu memeluk Mutia erat, yang di peluk hanya tersenyum kecut dengan hati yang menangis walaupun menang.

-------
Mutia POV

30 hari, waktu yang cukup lama aku tidak bertemu dengan Grafa. Aku rindu padanya, teramat sangat. Yang bisa kulalukan sekarang ialah menatapnya dari kejauhan. Pernah saat kami tidak sengaja perpapasan, dia tak menoleh, sedikitpun. Mungkin memang sudah takdirku akan menjanda pada umur muda.

Sekarang aku bekerja sambilan sebagai pelayan di sebuah restoran, bukannya tidak punya uang, aku hanya tidak enak untuk menggunakan uang yang di berikan Om Hendra kepadaku. Aku tidak tinggal lagi pada rumah Grafa, aku sekarang menumpang tinggal di kontrakan kecil punya temanku, Tiymi. Dia begitu baik, temanku dari awal kuliah sampai sekarang bahkan dia satu-satunya orang di kampus yang mengetahui bahwa aku sudah tidak lajang.

Boy Idiot Is Mine!Where stories live. Discover now