THE BATTLE

1.8K 204 19
                                    

It's not ending yet, beybeehh... saya putuskan untuk nambah chapter, karena ada beberapa permasalahan lagi yang harus di pecahkan. Enjoy reading...

*

*

*


"Apa P'?? Di kurung??? B-Bagaimana bisa???" Prem tidak bisa menyembunyikan keterkejutannya ketika dia mendengar kabar tentang Arthit dan Kongpob dari Bright.

"Ya, Ayah memergokinya ada di apartemen Kongpob. Aku juga tidak tau dia tau hal itu darimana. Padahal aku sudah mati-matian menyembunyikannya."

"Lalu... keadaan Arthit dan Kongpob bagaimana P'?"

"Adikku terlihat sangat menyedihkan. Sudah 4 hari dia sama sekali tidak menyentuh makanan dan minuman. Dia sangat keras kepala. Tubuhnya sudah sangat lemas, dan aku hanya bisa memberikannya cairan infus untuk tetap menstabilkan kondisinya. Sedangkan Kongpob sendiri... aku tidak tau. Terakhir yang ku dengar, Kongpob datang kemari dan sempat berbicara dengan Arthit, walau terbatasi oleh pintu. Dia kemari untuk membujuk Arthit makan, tapi tetap tidak berhasil. Dan sampai sekarang... aku tidak bisa menjangkaunya."

"Astaga... kenapa semuanya bisa menjadi seperti ini, P'? Aku menghubungi P'Bright karena memang sudah 4 hari aku tidak bisa menjangkau mereka berdua. Tapi aku tidak tau kalau masalahnya ternyata sebesar ini."

"Prem, aku minta tolong padamu, ya. Tolong kau temui Kongpob. Aku sangat khawatir padanya. Tolong temani dia. Jangan biarkan dia sendirian. Dia sama rapuhnya seperti Arthit. Jika dia tidak punya tempat bersandar, aku takut hal buruk terjadi padanya."

"Baik P'. Aku mengerti. Aku, Wad dan Aim akan menemui Kongpob. P'Bright tenang saja. Tolong, sampaikan salamku pada Arthit. Jika kondisinya sudah memungkinkan, kami akan menjenguknya."

"Baiklah. Terimakasih Prem,"

"Iya, P'. Sama-sama."

Klik.

Prem mematikan panggilan teleponnya.

"Bagaimana? Apa yang terjadi dengan mereka berdua?" Tanya Wad.

"Prem... apa yang terjadi pada Arthit dan Kongpob?" Tanya Aim.

"Kita harus pergi sekarang. Nanti aku jelaskan!"

--00--

Siang itu, Prem, Wad dan Aim berada di depan kamar apartemen milik Kongpob. Mereka membunyikan belnya beberapa kali, namun tidak ada jawaban juga. Aim yang saat itu terlihat paling khawatir. Dia menekan bel Apartemen Kongpob secara membabi buta, membuat Prem dan Wad juga menjadi penasaran karena sikapnya.

"Sabarlah Aim. Mungkin Kongpob masih di kamar mandi." Kata Wad. Aim memandang kedua temannya itu. Sinar matanya menunjukkan kekhawatiran yang sangat besar. Aim kemudian mulai menggedor-gedor pintu apartemen Kongpob.

"Kong... ini aku, Aim! Buka pintunya, Kong!!" Teriak Aim. Namun, masih tidak ada jawaban dari Kongpob.

"Kong.. ini aku, Prem. Dan juga ada Wad disini. Kong, kami sudah tau semuanya soal Arthit. Jadi bicaralah pada kami. Kami khawatir padamu... Aku mohon...." Kata Prem.

Akhirnya, pintu kamar apartemen Kongpob terbuka.

Prem, Wad dan Aim sangat terkejut ketika melihat tampang Kongpob yang sangat berantakan itu. Belum lagi kamar apartemennya saat ini, sudah benar-benar seperti tempat yang baru saja terkena bom atom.

"Astaga... apa yang kau lakukan dengan rumahmu, teman?" Kata Prem sembari masuk ke dalam apartemen Kongpob.

"Maafkan aku. I couldn't help myself. Aku kebingungan dan tidak tau harus melakukan apa sekarang." Ujar Kongpob lirih. Prem, Wad dan Aim menatapnya iba.

KETIKA MATAHARI DATANGTahanan ng mga kuwento. Tumuklas ngayon