Oh My...

4.9K 603 107
                                    

Buat yang masih belum tahu, kalau Destiny ini adalah alternate ending dari LiFe yang sudah diterbitkan (YEAY) dan sekarang masih open PO dan sudah tersedia di toko buku online juga. Sebelum nantinya akan tersedia di toko buku.

Jadi Destiny ini semacam "Kalau Fiona enggak meninggal, Fee bakal gimana ya?" nah Destiny ini jawabannya. Jadi selamat membaca, semoga suka :)

"Menurutmu, apa orangtuamu akan suka padaku?" Tanya Fee untuk kesekian kalinya semenjak kami naik ke pesawat hingga mendarat dengan selamat dan berjalan mencari taksi untuk membawa kami ke rumahku, di Ottawa.

Ku jawab dia dengan helaan napas berat yang sengaja ku buat dramatis.

Aku mungkin sangat sangat sangat mencintai gadis ini, tapi siapa yang tidak jenuh harus menjawab hal yang sama berulang kali selama hampir enam jam penuh?

"Aku serius, apa seharusnya kita singgah dulu ke toko untuk membili buah tangan untuk orangtuamu? Apa yang mereka suka?"

"Mereka suka buah."

"Buah apa?" tanyanya penuh minat.

"Buah dada." Jawabku asal sambil menurunkan kedua tas kami untuk berlibur di sini selama seminggu. Dan mulai melihat kiri dan kanan untuk mencari taksi.

"Brengsek." Makinya tidak cukup pelan dan membuatku tertawa.

"Aku serius Sammy, aku benar-benar tidak siap bertemu orangtuamu."

"Fee... kau mulai terdengar seperti radio rusak. Menanyakan hal yang sama setiap lima menit sekali."

"Ini semua juga karenamu yang tidak mengizinkanku ke salon dulu untuk membenahi warna rambutku." Gerutunya sambil memegangi sejumput rambut merah gelap yang dia kucir tinggi tersampir di sebelah bahunya. "Bagaimana kalau mereka kira aku ini bukan gadis yang baik untukmu?"

"Kalau begitu selamat tinggal, kita putus." Perkataanku memancing tatapan tajam dari gadis itu yang langsung berjalan cepat ke depanku dan menyentil keningku sekuat tenaga. Dan ku katakan padamu, itu sakit sekali.

"Aku cuma bercanda Fee ya ampun..." kataku sambil mengusap-usap keningku yang sepertinya juga memerah seperti rambut Fee.

"Bercandaanmu tidak lucu." Katanya marah. Menghentikan taksi dan mulai memasukkan tasnya ke dalam bagasi belakang.

"Fee..." ku coba memanggilnya yang diam saja, bahkan setelah taksi ini melaju separuh jalan menuju rumahku. "Sayang jangan marah ya..."

Fee menghela napas panjang, "Kau tahu aku khawatir kalau orangtuamu tidak suka padaku, tapi kau terus saja bercanda dengan hal-hal seperti itu. Kau memang mau meninggalkanku, atau apa? Aku jadi tidak mengerti." Suaranya berubah dari kesal menjadi sedih secepat dia melontarka kalimat itu.

Aku beringsut mendekat ke arahnya dan menyampirkan sebelah tanganku ke belakang punggungnya, "Hei... aku hanya bercanda Fee, sungguh. " kataku berusaha membujuk. Walaupun Fee tetap menolak untuk melihat ke arahku.

"Mana mungkin aku meninggalkanmu begitu saja, kau kira aku bodoh? Maksudku aku memang terlihat bodoh kadang-kadang, tapi tidak sebodoh itu juga." Ujarku meracau tanpa kendali, "Aku sudah bertahan selama ini untuk mendengarkan ocehan Diego selama menemani mengecat rambut." Ujarku mengingat seorang penata rambut langganan Fee yang suka sekali bergosip mulai dari pengantar surat, sampai tukang ledeng, yang tidak ku kenal. Dan aku harus tahan dengan semua itu demi bisa lebih dekat dengan Fee.

Mendengar perkataan itu membuat Fee sedikit tersenyum, membenarkan dugaanku selama ini kalau dia sebenarnya tahu aku tersiksa mendengarkan gossip-gossipe Diego.

"Aku juga pernah memakai foundation untuk menutupi jerawat yang tumbuh dikeningku waktu kau mengajak kencan, saat itu rasanya aku mulai mempertanyakan kejantananku."

DestinyWhere stories live. Discover now